16 Desember, 2015

KELOMPOK 6 : OPERASI CAESAR

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI II
OPERASI CAESAR SEBAGAI ALTERNATIVE PENOLONG

PATOLOGIS




Agita Anggun M                   (121.0005)
Chieffiana Laila                    (121.0021)
Desy Evarani                         (121.0023)
Monica Handayani                (121.0065)

Rois Umam                            (121.0093)




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Persalinan dengan operasi sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan untuk bayi. Persalinan sectio caesarea atau bedah caesar harus dipahami sebagai alternative persalinan ketika dilakukan persalinan secara normal tidak bisa lagi (Patricia, 2005; Irwan, 2009; Lang, 2011). (Mulyawati, 2011).
Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi persalinan, namun apabila terjadi komplikasi maka penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu dan bayi. Operasi sectio caesarea ini merupakan pilihan persalinan yang terakhir setelah dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak la- yak untuk dikerjakan (Akhmad, 2008; Asamoah et.al., 2011). Insidensi operasi sectio caesarea dalam masing-masing unit obstetrik bergantung pada populasi pasien dan sikap dokter. Sekarang ini angkanya berkisar antara 10 sampai 40 persen dari semua kelahiran, karena sectio caesarea telah ikut mengurangi angka kematian perinatal. Angka persalinan sectio caesarea yang ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya untuk menguranginya karena meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu (Ensor et al., 2010). Pada kasus sectio caesarea angka mortalitas dua kali angka pada pelahiran pervaginam, disamping itu angka morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, dan kerusakan organ internal lebih tinggi pada persalinan sectio caesarea (Kulas, 2008). (Mulyawati, 2011).
Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu bersalin dengan sectio caesarea 47,22%, tahun 2001 sebesar 45, 19%, tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59%, dan tahun 2006 sebesar 53,68% dan tahun 2007 belum terdapat data yang signifikan (Grace, 2007).


Survei Nasional pada tahun 2009, 921.000 persalinan dengan sectio dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluru persalinan. (Sumelung, 2014).
Indonesia sudah ada peraturan yang menerangkan tentang kriteria standar agar persalinan sectio caesarea dapat dilakukan. Walaupun belum membahas secara mendetail namun peraturan tersebut dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan sectio caesarea (Utomo and McDonald, 2009). Mengacu pada WHO, Indonesia mempunyai kriteria angka sectio caesarea standar antara 15 - 20% untuk RS rujukan. Angka itu dipakai juga untuk pertimbangan akreditisasi Rumah Sakit (Gondo, 2010). Sistem rujukan di Indonesia menjadikan rumah sakit (RS) kabupaten sebagai RS rujukan sekunder, yang memiliki berbagai fungsi pelayanan obstetri. Secara umum jumlah persalinan sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20-25 % dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari total persalinan (Mulyawati, 2011). Dari penjelasan diatas, maka kami tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang operasi sectio caesar ini agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami lebih dalam sehingga dapat menentukan pilihan pada saat persalinan guna meminimalisir angka kematian dan meningkatkan status kesehatan serta kesejahteraan masyarakat.

1.2         Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar dari operasi caesar sebagai alternative penolong patologis persalinan?

1.3         Tujuan
1.3.1   Tujuan Umum
Mendiskripsikan dan menerangkan konsep dasar dari operasi caesar sebagai alternative penolong patologis persalinan.
1.3.2   Tujuan Khusus
1.    Mendiskripsikan pengertian persalinan dengan operasi caesar.
2.    Mendiskripsikan indikasi persalinan dengan operasi caesar.
3.    Mendiskripsikan dan menyebutkan faktor-faktor penyebab persalinan patologis.
3.1         Manfaat
3.1.1   Manfaat Bagi Pembaca
Dapat memahami dan mengerti tentang konsep dasar dari operasi caesar sebagai alternative penolong patologis persalinan.
3.1.2   Manfaat Bagi Penulis
Dapat menjadikan sebagai dasar acuan refrensi dalam pemenuhan ilmu pengetahuan dan aplikasi terapan dalam penangan klien dengan eklamsia. Serta dapat dijadikan acuan dalam pengadaan penelitian yang terkait dengan kehamilan sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan meminimalisir angka kejadian.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Konsep Dasar Persalinan
2.1.1  Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan terjadinya serangkaian perubahan besar pada calon ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir, dimana terjadi pembukaan serviks yang progresif, dilatasi, atau keduanya, akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap lima menit dan berlangsung sampai 60 detik. (Aprillia, Yesie: 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2005).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah proses fisiologis dari pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan yang dapat dilakukan baik tanpa bantuan ataupun dengan bantuan.

2.1.2  Tahapan Proses Persalinan
1.    Kala Pertama (Kala I)
Kala pembukaan, terjadi dilatasi serviks dari 0-10 cm, dimulai jika terjadi kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan lama waktu yang memadai sehingga terjadi pelunakan dan pembukaan serviks. Kala ini berakhir jika serviks sudah membuka dengan lengkap.




2.        Kala Kedua (Kala II)
Dimulai dari pembukaan serviks lengkap dan berakhir saat bayi dilahirkan.
3.        Kala Ketiga (Kala III)
Dimulai dari kelahiran bayi dan berakhir pada keluarnya plasenta dan selaput janin. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda seperti;
a.       Uterus menjadi bundar.
b.      Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
c.       Tali pusat bertambah panjang.
d.      Terjadi perdarahan.
4.        Kala Keempat (Kala IV)
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah;
a.       Tingkat kesadaran penderita.
b.      Pemeriksaan tanda-tanda vital.
c.       Kontraksi uterus,
d.      Terjadinya perdarahan.
Perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500cc. (Aprillia, Yesie: 2010).

2.1.3  Nyeri Saat Persalinan
1.    Selama Kala I
Nyeri dihasilkan oleh dilatasi serviks dan Segmen Bawah Rahim (SBR) serta distensi (tahanan) uterus. Pada intesitas nyeri akibat kontraksi uterus involunter, nyeri dirasakan dari pinggang dan menjalar ke perut. Kualitas nyeri bervariasi. Sensasi impuls dari uterus sinapsnya pada torakal 10, 11, 12, dan lumbal 1.
2.    Fase Transisi
Pada fase ini sensasi nyeri yang dirasakan sangat amat sakit dimana calon ibu akan sangat tidak berdaya dan menunjukkan penurunan, pendengaran, serta konsentrasi.
3.    Selama Kala II
a.       Nyeri diakibatkan tekanan kepala janin pada pelvis.
b.      Nyeri juga disebabkan peregangan jalan lahir akibat penurunan bagian terbawah janin.
c.       Distensi struktur pelvis dan tekanan pada pleksus lumbosakralis.
d.      Nyeri dirasakan pada bagian;
1)     Regio L2, bagian bawah punggung dan paha serta tungkai pada areal vagina dan perineum.
2)     Sensaninya seperti tarikan, tekanan, rasa terbakar dan puntiran, serta kram.
3)     Ibu biasanya mempunyai keinginan untuk mengejan.
4)     Sensasi impuls dibawa dari perineum ke sakrum 2, 3, dan 4 oleh saraf pedendal.
e.         Hal-hal yang harus diperhatikan;
1)   Jangan menahan diri, melainkan biarkan tubuh mengikuti kontraksi.
2)   Langsung mengejan ke arah bawah.
3)   Selalu mengambil napas dalam untuk mengisi awal dan akhir kontraksi.
4)   Jangan mengejan terlalu panjang tanpa mengambil napas.
5)   Rileks saat tidak ada kontraksi. (Aprillia, Yesie: 2010).

2.1.4  Faktor Penting Dalam Persalinan
1.    Kekuatan (Power)
a. His (kontraksi otot rahim).
b. Kontraksi otot dinding perut.
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
2.    Pasanger
Janin dan plasenta.
3.        Passage
Jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang.

2.1.5  Tanda-Tanda Persalinan Sudah Dekat
1.    Beberapa hari sebelum persalinan dimulai, bayi bergerak turun dalam rahim. Keadaan ini akan membuat ibu bernapas lebih mudah, tetapi ia lebih sering kencing karena tekanan pada kandung kemih. Tanda ini dapat timbul sampai 2 minggu sebelum persalinan.
2.    Sesaat sebelum persalinan dimulai, segumpal kecil lendir (plug of mucus) dapat keluar. Atau sebagian lendir dapat keluar selama 2 atau 3 hari sebelum persalinan dimulai. Kadang-kadang lendir ini disertai dengan sedikit darah. Keadaan ini merupakan tanda yang normal.
3.    Kontraksi atau his persalinan (pengencangan/pengetatan rahim secara mendadak) untuk mengkerutkan rahim dapat mulai timbul beberapa hari sebelum persalinan; mula-mula antara serangan his yang biasanya terdapat selang waktu yang lama, beberapamenit atau beberapa jam. Setelah kontraksi menjadi lebih kuat, teratur dan lebih sering, maka persalinan dimulai.
4.    Sebagian ibu dapat mengalami his palsu (practice contraction) berminggu-minggu sebelum persalinan. Keadaan ini merupakan tanda palsu. Hal ini terjadi jika kontraksi menjadi kuat dan berdekatan, tetapi kemudian berhenti beberapa jam atau beberapa hari sebelum proses persalinan. Kadang kala berjalan-jalan atau pemberian enema akan membantu meredakan kontraksi jika kontraksinya palsu, atau dapat memperlancar kelahiran jika kontraksinya merupakan kontraksi atau his yang sebenarnya.
5.    Kantong ketuban yang membungkus bayi dalam rahim biasaya pecah bersama dengan mengalirnya cairan, yang terjadi pada saat setelah persalinan dimulai. Apabila ketuban pecah sebelum dimulainya his biasanya keadaan ini berarti dimulainya persalinan. Setelah ketuban pecah, ia harus dijaga agar tetap bersih. (Werner, David: 2010).





BAB 3
PEMBAHASAN

3.1         Pengertian Operasi Caesar
Operasi caesar adalah suatu prosedur yang berhubungan dengan pembedahan, tetapi peristiwa itu juga merupakan upaya dalam membantu proses persalinan, baik karena keadaan patologis ataupun kehendak dari calon ibu dan keluarganya. (Sears, William: 2007).
Sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim ibu (Todman, 2007; Lia et.al, 2010). (Mulyawati, 2011).
Section Caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan didnding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosatro, 2007). (Sumelung, 2014).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa operasi caesar adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan guna membantu dalam proses persalinan, yang umumnya dilakukan pada keadaan patologis saat proses persalinan berlangsung.

3.2         Indikasi Operasi Caesar
Menurut Indivara, 2009 indikasi harus dilakukannya operasi caesar, yakni;
1.      Ukuran panggul tidak sesuai dengan besar bayi.
2.      Placenta praevia, yaitu suatu kondisi plasenta berada dibawah janin sehingga menutupi jalan lahir.
3.      Placenta abruption, yaitu suatu kondisi plasenta yang terpisah dari dinding rahim.
4.      Detak jantung bayi semakin menurun sehingga jika bayi tidak segara dikeluarkan akan membahayakan kesehatan dan keselamatan bayi.
5.      Lilitan tali pusat, sehingga kepala bayi tidak dapat bergerak ke bawah.
6.      Pecahnya ketuban, jika terlalu lama bisa mengakibatkan keracunan pada bayi.


Tiga alasan utama operasi caesar menurut Marshall (2005), yaitu; kontraksi yang kurang kuat untuk membuka rahim, bayi yang besar dan ukuran panggul ibu.
1.      Disporposi Sefalpelvik (CPD)
Terjadi bila bayi terlalu besar untuk melewati ruang panggul ibu. Rahim menolakuntuk membuka dan atau bayi tak bergerak menurun ke jalan lahir sekalipun rahim telah membuka sepenuhnya.
2.       Payah Janin
3.      Bayi Sungsang
Pada persalinan vagina, bayi sungsang mempunyai komplikasi dan masalah neurologis yang lebih tinggi dan sebagian lahir dengan hasil yang kurang sempurna. Sebagian dokter menyarankan bahwa semuabayi pertama bila sungsang harus dilahirkan lewat operasi caesar.Sebagian dokter bersedia melakukan persalinan per vagina bila kriteria tertentu terpenuhi, tetapi keputusannya tidak boleh dilakukan tanpa pertimbangan yang dalam. Persalinan sungsang yang dilakukan per vaina dapat terhenti bila lengan bayi terkunci diatas kepala, tali pusat bisa turun ke vagina sebelum tubuh dilahirkan dan memutus aliran oksigennya. Saat dokter mencoba mengeluarkan kepalanya, yang harus dilakukan dalam beberapa menit untuk menghindari kematian akibat tak bisa bernapas atau kerusakan otak akibat kekurangan oksigen. Tak ada jalan kembali setelah tubuh dilahirkan, dan tak ada yang bisa mengetahui hasil akhirnya.
4.      Posisi Bokong Keatas
Prosedur dimana bayi diputar dari posisi bokong dibawah menjadi kepala dibawah. Prosedur ini beresiko memakan biaya. Tali pusat bisa terbelit hingga memutuskan aliran oksigen ke bayi, dan atau plasenta bisa terpisah dari dinding rahim, dan operasi caesar akan dilakukan bila terjadi komplikasi.

5.      Kehadiran Lengan
Jika tangan bayi keluar pertama diperlukan operasi untuk melahirkan bayi.

6.      Tali Pusat Melilit Leher Bayi
Kadang-kadang begitu erat sehingga bayi tidak dapat lahir sama sekali. Cobalah untuk meloloskan tali pusat dari leher bayi, jika tetap tidak bisa maka segera lakukan prosedur operasi.
7.      Kotoran Pada Mulut dan Hidung Bayi
Bila ketuban pecah dan air ketuban mengandung meconium, maka bayi tersebut dalam keadaan bahaya, karena bayi mengisap kotoran tersebut kedalam paru-parunya, dan apabila tidak segera ditolong bayiakan meninggal. Apabila bayi tidak segera keluar, maka segara lakukan tindakan operasi.
8.      Kembar
Prosedur operasi dapat dilakukan apabila dalam proses persalinan keadaan bayi terlalu besar dan keadaan calon ibu tidak cukup baik untuk melakukan persalinan per vagina.

3.3         Faktor-Faktor Penyebab Tindakan Operasi Caesar
Menurut beberapa penelitian yang dilakukan oleh Mulyawati (2011) dan Sumelang (2014) adapun faktor penyebab tingginya angka tindakan operasi caesar adalah karena:
1.      Usia ibu
2.      Paritas
3.      Anemia
4.      Gawat janin
5.      Lamanya proses persalinan
6.      Pre eklamsia
7.      Panggul yang sempit

3.4         Prosedur Operasi Caesar
1.        Persiapan Praoperasi
Prosedur persalinan caesar dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis anestesi serta bidan. Dokter akan menjelaskan alasan perlunya dilakukan caesar. Perlu persetujuan dari pihak keluarga, karena merupakan salah satu prosedur baku pelaksanaan operasi. Apabila pihak keluarga menyetujui, akan diminta untuk menandatangani surat persetujuan tertulis. Hal ini penting untuk melindungi profesi kedokteran sekaligus menghormati hak-hak pasien.
Ibu diminta berpuasa sedikitnya 9 jam sejak sebelum operasi untuk mengosongkan kandung kemih dan persiapan tubuh. Lalu ketika waktunya sudah tiba, seperti pada proses persalinan normal, perawat akan mencukur rambut di sekitar kemaluan dan perut bagian bawah ibu hamil. Selanjutnya bagian perut yang akan dibedah disterilkan sehingga diharapkan tidak ada bakteri yang masuk selama operasi. Daerah perut ibu hamil dan daerah rambut kemaluan dicuci dengan antiseptik.
2.        Pembiusan atau Anestesi
Ibu hamil akan diberi obat bius. Ada dua jenis pembiusan, yaitu melalui rongga tulang belakang dan bius total. Apabila caesar sudah direncanakan sebelumnya, umumnya ibu hamil memilih bius epidural atau spinal agar tetap sadar dan dapat melihat bayinya saat baru lahir. Tetapi, jika kondisinya darurat, dokter anestesi akan melakukan bius total karena lebih aman dalam menjalankan proses kelahiran.
Pembiusan yang dilakukan sekarang adalah bius spinal agar hanya bagian tubuh dari perut ke bawah yang mati rasa sedangkan ibu tetap terjaga.
3.        Pemasangan Alat dan Pembedahan 
Berikutnya alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan.
a.       Selang kateter dimasukkan untuk menampung aliran urin.
b.      Selang infus dipasang
c.       Diberikan antasid untuk menetralisir asam lambung
d.      Alat monitor jantung dan tekanan darah dipasang
Dokter akan melakukan sayatan horizontal di perut bagian bawah dalam keadaan terbius, diikuti dengan pemotongan pada rahim bagian bawah untuk dapat mengeluarkan bayi. Proses ini membutuhkan waktu kurang dari 3 menit.
Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan. Panjang sayatan kurang lebih 15 cm. Selama melakukan sayatan, dokter harus mempertimbangkan letak plasenta agar tidak terjadi perdarahan. 
Dokter pada umumnya melakukan sayatan vertikal atau horizontal pada perut ibu hamil. Lalu sayatan sekali lagi pada dinding rahim. Bekas sayatan dapat pulih dalam waktu 6 minggu. Bekas jahitan akan hilang sama sekali dan kekuatannya kembali seperti semula dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 tahun. 
4.        Ketuban Dipecahkan dan Bayi Diangkat
Ketuban dipecahkan dan bayi diambil dari rongga panggul. Beberapa bayi tidak langsung bereaksi saat dikeluarkan sehingga dokter harus melakukan tindakan penyedotan lendir ke air ketuban melalui hidung dan mulut agar saluran pernapasan bersih dan bayi dapat menangis. Cara mengangkat bayi dilakukan dengan perlahan-lahan dan bayi segera dibawa ke meja resusitasi.
5.        Mengambil Plasenta
Setelah bayi dikeluarkan dari rahim ibu, selanjutnya dokter akan mengambil plasenta. 
6.        Penjahitan
Setelah semua proses selesai, langkah terakhir adalah menjahit sayatan itu selapis demi selapis sehingga tertutup semua. Tiap lapis dijahit dengan benang dan alat yang steril. Ibu dipindahkan ke ruang pemulihan setelah operasi selesai. Pada umumnya membutuhkan waktu beberapa puluh menit agar kesadaran ibu normal kembali baru kemudian dibawa ke ruang istirahat. (Aprillia, Yesie: 2010)

3.5         Kelebihan Operasi Caesar
1.        Resiko kegagalannya rendah.
2.        Karena sifatnya sadar tidak lemah akibat kondisi mengejan, maka inisiasi menyusui dini dapat dilakukan dengan mudah.
3.        Tidak melewati masa mengejan maka tidak ada peregangan otot panggul dan vagina.
4.        Proses persalinan dengan cara ini relatif singkat, hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam. (Indivara, 2009).

3.6         Kekurangan Operasi Caesar
1.    Beberapa hari setelah persalinan caesar akan timbul rasa nyeri hebat yang skalanya tidak selalu sama pada setiap ibu.
2.    Ibu harus menjalani waktu rawat inap yang lebih lama daripada persalinan normal karena proses penyembuhan akibat pembedahan. 
3.    Jarak kehamilan yang aman bagi wanita yang pernah operasi caesar tidak boleh terlalu dekat.
4.    Risiko infeksi pasca pembedahan akan timbul, atau bisa berisiko emboli udara.
5.    Frekuensi perdarahan yang lebih tinggi.
6.    Bayi hasil caesar berpeluang lebih tinggi mengalami gangguan pernafasan (neonatal respiratory distress).
7.    Efek obat biusnya dapat membuat bayi cepat mengantuk, sulit saat harus mulai bernapas saat dilahirkan, sembelit, dan masuk angin. 
8.    Sementara cara penyuntikkan obat bius di tulang punggung dapat membuat Ibu sering merasakan kesemutan dan rasa pusing cukup hebat di kemudian hari. 
9.    Operasi besar ini menimbulkan trauma operasi.
10.     Membutuhkan biaya yang lebih mahal. (Indivara, 2009).


BAB 4
PENUTUP

4.1         Simpulan
Persalinan adalah suatu prosedur tindakan yang dilakukan guna membantu dalam proses keluarnya janin yang sudah cukup umur dan dapat hidup diluar rahim. Proses persalinan ini umumnya merupakan kejadian fisiologis, namun dapat menjadi patologis jika calon ibu atau calon bayi mempunyai gangguan yang dapat menghambat proses persalinan sehingga harus dilakukan dengan prosedur bedah atau yang biasa dikenal dengan operasi caesar untuk menyelamatkan calon ibu dan calon bayi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kejadian patologis saat persalinan, beberapa penelitian jurnal terkait menyebutkan bahwa faktor penting yang dapat mempengaruhi dilakukannya operasi caesar antara lain adalah; usia, paritas, anemia, pre eklamsia, gawat janin, dan pinggul calon ibu yang sempit. Dari prosedur bedah ini tentunya mempunyai dampak positif ataupun negatif. Namun dalam keadaan persalinan patologis, tindakan operasi caesar ini sangat disarankan, sehingga diharapkan masih dapat menolong dan melakukan penanganan yang cermat, tepat, dan efektif untuk menyelamatkan nyawa calon ibu dan calon bayi.

4.2         Saran
Dalam penanganan dan perawatan dan penanganan persalinan ibu diperlukan adanya tenaga kesehatan yang professional dan terampil guna memaksimalkan upaya dalam penyembuhan klien. Dan untuk masyarakat khususnya ibu hamil diharapkan agar menjaga dan memperhatikan kehamilan mereka, dan dapat memilih cara persalinan yang aman, tepat, cermat, dan efektif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, Yesie. 2010. “Hipnostetri: Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil & Melahirkan”. Jakarta: Gagas Media.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. “Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Edisi 5”. Jakarta: EGC.
Werner, David, dkk. 2010. “Where There is No Doctor”. Yogyakarta: Andi Offset.
Sears, William, dan Martha Sears. 2005. “The Baby Book, Everything You Need to Know About Your Baby from Birth to Age Two”. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Indivara, Nadia. 2009. “The Mom’s Secret”. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
Marshal, Connie. 2005. “Calon Ayah: Membantu Calon Ayah Memahami dan Menjadi Bagian dari Pengalaman Kehamilan”. Jakarta: Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Mulyawati, Isti, dkk. 2011. “Faktor Tindakan Persalinan Operasi Sectio Caesarea Kemas 7 (1) (2011) 14-21.” http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/viewFile/1788/1979 Diakses tanggal 1 Oktober 2015.

Sumelang, Veibymiaty, dkk. 2014. “Faktor-Faktor yang berperan Meningkatnya Angka Kejadian Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Liun Kendage Tahuna Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor 1, Februari 2014”. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/4052/3568 Diakses tanggal 1 Oktober 2015.

0 komentar:

Posting Komentar