06 Juli, 2015

Kelompok Promosi Kesehatan



 PROMOSI KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI dengan PROSEDUR SKRINING BERKALA:  CA MAMMAE (SADARI),
SKRINING CA SERVIKS (PAP SMEAR)



 Oleh
           Eka Putri Citra                      (121.0029)
           Lailatul Hidayah                    (121.0055)
           LusyAndiPratiwi                    (121.0057)
           Nur Indah Rahmawaty           (121.0075)
           Rizki Adista S.                       (121.0091)


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TA 2014/2015

  BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Kanker kedua yang paling sering terjadi pada wanita adalah karsinoma payudara (setelah kanker paru).Karsinoma payudara merupakan 27% dari kanker pada wanita dan menyebabkan 20% kematian akibat kanker. Sekitar 1 dari 11 wanita akan mengalami kanker payudara selama kehidupannya. Kanker payudara kebanyakan menyerang kelompok usia 40-70 tahun, tetapi risiko terus meningkat dengan tajam dengan makin bertambahnya usia. Karsinoma ini jarang terjadi pada usia di bawah 30 tahun: 3% terjadi selama kehamilan; 99% dari kanker payudara terjadi pada wanita.
   Deteksi dan diagnosa kanker payudara diawali dengan penyakit pribadi atau keluarga yang berkaitan dengan patofisiologi payudara, dan pemeriksaan fisik payudara.Mamografi, yaitu radiogram jaringan lunak, merupakan pemeriksaan klinis tambahan yang penting.
Smear serviks atau tes Pap (dinamai sesuai dengan penemu tes ini, Dr. george Papanicolaou) dilakuakan sebagai tes skrining untuk mendeteksi kelainan sel skuamosa. Skrining Pap smear yang adekuat dapat menurunkan kemungkinan seorang wanita meninggal akibat kanker serviks hingga 90%. Uji Pap telah menurunkan angka kematian akibat kanker servikal secara signifikan di Amerika Serikat-Angka kematian menurun 70% dari tahun 1950-1970 dan 40% dari tahun 1970-1995.
Tujuh puluh persen perempuan dengan kanker servikal invasif yang baru didiagnosis, tidak melakukan pulasan pap selama 5 tahun terakhir (American Cancer Society,2001). Puncak insidens karsinoma in situ adalah usia 20 hingga 30 tahun pada perempuan keturunan Afrika-Amerika maupun kaukasian. Perempuan yang lebih tua dari 65 tahun dilaporkan 25% menderita karsinoma servikal invasif dan 40% hingga 50% kematian terjadi akibat karsinoma servikal (CancerNet, 2001).
Saat ini, direkomendasikan bahwa semua wanita yang aktif secara seksual atau telah mencapai usia 18 tahun untuk melakukan skrining Pap smear dan melakukan pemeriksaan pelvis setiap tahun serta melakukan pemeriksaan Sadari untuk mendeteksi kanker payudara secara dini.

1.2         Rumusan Masalah
1.2.1   Apa yang dimaksud dengan Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita ?
1.2.2   Apa yang dimaksud dengan Anatomi Fisiologi Mamae (Payudara Wanita) ?
1.2.3   Apa yang dimaksud dengan Kanker Serviks (Ca. Serviks) ?
1.2.4   Apa yang dimaksud dengan Kanker Payudara (Ca. Mamae) ?
1.2.5   Apa yang dimaksud dengan Penyuluhan Promosi Kesehatan Pemeriksaan Payudara Mandiri (SADARI)?
1.2.6   Apa yang dimaksud dengan Promosi Kesehatan Prosedur Skrining Berkala Kanker Serviks (Pap Smear) ?

1.3         Tujuan
1.3.1   Tujuan Umum
1.    Menjelaskan konsep dasar Anatomi Fisiologi Reproduksi wanita
2.    Menjelaskan konsep dasar Anatomo Fisiologi Mammae
3.    Menjelaskan konsep dasar Kanker Serviks
4.    Menjelaskan konsep dasar Kanker Payudara
5.    Menjelaskan Penyuluhan Promosi Kesehatan
1.3.2   Tujuan Khusus
1.    Menjelaskan yang dimaksud dengan Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita.
2      Menjelaskan yang dimaksud dengan Anatomi Fisiologi Kelenjar Mamae (Payudara Wanita).
3      Menjelaskan yang dimaksud dengan Kanker Serviks (Ca. Serviks).
4      Menjelaskan yang dimaksud dengan Kanker Payudara (Ca. Mamae).
5      Menjelaskan yang dimaksud dengan Pemeriksaan Fisik Payudara.
6      Menjelaskan yang dimaksud dengan Penyuluhan Promosi Kesehatan Pemeriksaan Payudara Mandiri.
7      Menjelaskan yang dimaksud dengan Teknik Skrining Diagnostik Payudara.
8      Menjelaskan yang dimaksud dengan Promosi Kesehatan Prosedur Skrining Berkala Kanker Serviks (Pap Smear).
1.4         Manfaat
1.    Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Anatomi dan Fisiologi Reproduksi wanita
2.    Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Mammae
3.    Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Kanker Serviks
4.    Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Kanker Payudara
5.    Mahasiswa mampu memahami Penyuluhan Promosi Kesehatan SADARI dan PAP SMEAR
























BAB 2
PEMBAHASAN

2.1         Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita
2.1.1   Alat Genetalia Luar (Sarwono. 2006):
1.    Mons veneris
Bagian yang menonjol dibagian simfisis. Pada perempuan dewasa di tutupi oleh rambut kemaluan
2.    Labia mayora (bibir-bibir besar)
Terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah.Di sebelah bawah dan belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior.
3. Labia minora (bibir-bibir kecil)
Suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.Kedepan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk preputium klitoridis diatas klitoris dan frenulum klitoridis dibawah klitoris.Kebelakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk fossa navikulare.Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak kelenjar lemak dan ujung-ujung urat saraf menyebabkan bibir kecil amat sensitif.Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil dapat mengembang.
4. Klitoris
Organ pendek berbentuk silinder dan erektil terletek tepat di bawah arkus pubis.Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat kira-kira sebesar kacang hiaju, terdiri dari glans dan korpus klitoridis membesar.Glans klitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan persarafan membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.Fungsi utama klitoris adalah merangsang dan meningkatkan ketegangan seksual.

5. Vulva
Berbentuk lonjong, memanjang dari muka ke belakang. Dimuka dibatasi oleh klitoris, dikanan dan  kiri dibatasi oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh perinium. Kira-kira 1-1,5 cm di bawah klitoris terdapat lubang kemih yang berbentuk membujur, kira-kira 4-5 mm. Lubang kemih tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina yang menyebabkan kadang-kadang sukar ditemukan. Tidak jauh dari lubang kemih di kiri dan kanan bawahnya terdapat kelenjar/ skene, di kiri dan dikanan bawah dekat fossa navikulare terdapat kelenjar Bartholin.Pada waktu koitus kelenjar bartholini mengeluarkan getah lendir.
6. Bulbus vestibuli kiri dan kanan
Terletak dibawah selaput lendir vulva, menagndung banyak pembuluh darah. Pada waktu persalinan biasanya kedua bulbus tertarik ke atas, kebawah arkus pubis, akan tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering menaglami cedera, kadang-kadang timbul hematoma vulva atau perdarahan
7. Introitus vagina
Berbentuk dan memiliki ukuran yang berbeda-beda pada setiap individu.Pada wanita, introitus dilindungi oleh labia minora, baru dapat dilihat jika bibir kacil dibuka, ditutupi oleh himen atau selaput dara.
8.    Perineum
Terletak antara vulva dan anus, ditutupi kulit.Panjangnya kira-kira 4 cm.

2.1.2   Alat Genetalia Dalam (Sarwono. 2006):
1. Vagina (liang kemaluan)
Ditemuakan setelah melewati introitus vagina yang menghubungkan introitus dan uterus, terletak di belakang rektum dan di belakang kandung kemih dan uretra. Dinding depan lebih pendek (sekitar 9 cm) dan berdekatan satu sama lain. Bagian sebelah dalam vagina berlipat-lipat disebut rugae, ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum.Lipatan-lipatan tersebut memungkikan vagina dapat melebar pada waktu persalinan.
Mukosa vagian berespon dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan perogestron. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid.
Cairan vagina sedikit asam, berasal dari saluran genetalia atau bawah.Intraksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman (P.H. 4.5).apa bila cairan PH naik antara 5, maka insiden infeksi vagina meningkat. Kebersihan relatif vagina dipertahankan oleh cairan yang terus mengalir dari vagina.Fungsi vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.
2. Uterus
Organ berdinding tebal, muskular dan pipih, tampak seperti buah peer terbalik. Dalam keadaan fisiologis, posisi uterus adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, begitu juga dengan korpus uteri kedepan dan membentuk sudut denagan serviks uteri). 
Uterus (rahim) merupakan organ yang memiliki peranan besar dalam reproduksi wanita, yakni dari saat menstruasi hingga melahirkan.Bentuknya seperti buah pear, berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram.
Lapisan uterus antara lain;
a.    Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan rongga perut.
b.    Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
c.    Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
Setelah menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh hormon estrogen.Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan karena pengaruh hormon progresteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan tadi bersama sel telur akan terlepas (meluruh) dan keluar melalui vagina yang disebut sebagai menstruasi. Waktu antara dua menstruasi disebut siklus menstruasi.Walaupun rata-rata periodenya datang setiap 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada setiap perempuan.Periode ini juga sangat tidak teratur pada 2-3 tahun pertama mulai menstruasi.
3. Tuba falopi
Organ yang dikenal dengan istilah saluran telur.Saluran telur adalah sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10cm yang menghubungkan uterus dengan ovarium melalui fimbria. Ujung yang satu dari tuba falopii akan bermuara di uterus sedangkan ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke dalam rongga abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai yang bergerak bebas.Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan oleh ovarium (indung telur). Dari fimbria, telur akan digerakkan oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam rahim.
4. Ovarium
Terletak pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbria/umbai-umbai) dan terletak di rongga panggul.Ovarium merupakan kelenjar yang memproduksi hormon estrogen dan progresteron.Ukurannya 3×3×2 cm, tiap ovarium mengandung 150.000-200.000 folikel primordial.Sejak pubertas setiap bulan secara bergantian ovarium melepas satu ovum dari folikel degraaf (folikel yang telah matang), peristiwa ini disebut ovulasi.

2.1.3   Fisiologi Reproduksi Wanita
1.    Menstruasi
Wanita yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (haid).Siklus menstruasi, selaput lendir rahim dari hari ke hari terjadi perubahan yang berulang selama satu bulan mengalami empat masa (stadium). 
a.    Stadium menstruasi (desquamasi)
Pada masa ini endometrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal disebut statum basale yang berlangsung selama empat hari.Dengan haid, keluar darah, potongan endometrium dan lendir dari serviks.Darah ini tidak membeku karena ada fermen (biokatalisator) yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan mukosa, banyaknya perdarahan selama haid kira-kira 50 cc.
b.    Stadium post-menstrum (regenerasi)
Luka yang terjadi karena endometrium terlepas, berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi dari sel epitel kelenjar endometrium. Pada masa ini tebal endometrium kira-kira 0,5 mm dan berlangsung selama 4 hari.
c.    Stadium intermenstruum (proliferasi)
Pada masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal kira-kira 3,5 mm. kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain, berlangsung kira-kira 5-14 hari dari hari pertama haid.
d.   Stadium praemenstruum (sekresi)
Pada stadium ini endometrium tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku-liku dan mengeluarkan getah.Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai makanan untuk sel telur.Perubahan ini untuk mempersiapkan endometrium menerima telur.
Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar, lapisan stratum spongeosum yang banyak lubang-lubangnya karena terdapat rongga dari kelenjar dan lapisan bawah disebut stratum basale.Stadium ini berlangsung 14-28 hari, kalau tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepas dengan perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi.(Syaifudin. 2006)

2.    Siklus Ovarium
Dalam ovarium banyak terdapat sel-sel telur muda yang di kelilingi oleh sel gepeng bangunan ini disebut folikel primordial. Sebelum pubertas ovarium masih dalam keadaan istirahat. Pada waktu oubertas pada pengaruh hormone dari lobus interior hipofise yaitu FSH. Folikel primordial mulai tumbuh walaupun hanya satu yang masak kemudian pecah dan yang lainnya mati. Pemasakan folikel primordial terjadi sebagai berikut.
Mula-mula sel-sel sekeliling ovum berlipat ganda kemudian timbul diantara sel-sel rongga yang berisi cairan follikuli. Ovum terdesak ke pinggir dan terdapat di tengah tumpukan sel yang menonjol ke dalam rongga follikel, tumpukan sel dengan telur di dalamnya disebut cumulus ophurus. Antara sel telur dan sel sekitarnya terdapat zona pellucida. Sel-sel granulosa lainnya membatasi ruang follikel yang disebut membran.
Dengan tumbuhnya follikel jaringan ovarium sekitar follikel tersebut terdesak keluar dan membentuk dua lapisan yaitu theca interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan theca eksterna terdiri dari jaringan ikat padat. Follikel yang masak disebut folikel de Graaf menghasilkan estrogen tempat permukaan hormon ini pada theca interna. Sebelum pubertas terdapat pada lapisan dalam korteks ovarium dan tetap tinggal di lapisan tersebut.
Setelah pubertas follikel tersebut mendekati permukaan dan menonjol keluar karena ligamentum follikuli terbentuk terus maka tekanan dalam follikel makin lama makin tinggi. Tetapi untuk terjadinya ovulasi bukan hanya bergantung pada tekanan tinggi tersebut tetapi juga harus mengalami perubahan-perubahan nekrobiotik pada permukaan follikel.
Awalnya sel-sel ovarium menjadi tipis hingga pada suatu waktu follikel akan pecah dan mengakibatkan keluarnya liquor follikuli bersama ovum. Keluarnya sel telur dari follikel de Graaf pecah disebut ovulasi. Sel granulosa yang mengelilingi sel telur telah bebas, disebut corona radiate. Setelah ovulasi sel-sel granulosa dari dinding follikel mengalami perubahan dan mengandung zat warna kuning disebut lutein. Dengan demikian sisa follikel berubah menjadi butir kuning disebut korpus luteum, mengeluarkan hormon yang disebut progesteron di samping estrogen. Bergantung pada apakah terjadi konsepsi (pembuahan) atau tidak, korpus luteum dapat menjadi korpus luteum gravidarum atau korpus luteum menstruationum.
Korpus luteum mentruationum mempunyai masa hidup 8 hari setelah berdegenarasi dan diganti dengan jaringan ikat yang menyerupai stroma ovarium. Korpus luteum yang berdegenerasi disebut korpus albikan yang berwarna putih. Dengan terbentuknya korpus albikan maka pembentukan hormon progesteron dan estrogen mulai berkurang malahan berhenti sama sekali. Ini menghasilkan iskemia dan nekrose endometrium dan disusul dengan menstruasi. Estrogen dapat menyebabkan proliferasi dari endometrium. Fase ini disebut fase follikuler (preovulatoir) yang berlangsung hari pertama menstruasi sampai ovulasi.
Korpus luteum graviditatum setelah terjadi ovulasi maka sel telur masuk ke dalam tuba dan diangkut ke kavum uteri. Hal ini terjadi pada waktu ovulasi ujung ampula tuba menutup permukaan ovarium. Selanjutnya sel telur digerakkan oleh peristaltik dan rambut getar dari sel-sel selaput lendir tuba ke arah kavum uteri, kalau tidak terjadi kehamilan sel telur mati dalam beberapa jam. Bila terjadi kehamilan maka terjadilah pertemuan dan persenyawaan dari sel telur dan sel mani dalam ampula tuba. Sel telur yang telah dibuahi itu berjalan ke kavum uteri menanamkan diri dalam endometrium (nidasi).
Zigot (sel telur yang dihamilkan) mengeluarkan hormon-hormon hingga korpus luteum yang biasanya hidup 8 hari sekarang tidak mati bahkan tumbuh menjadi besar dinamakan korpus luteum graviditatum yang hidup sampai bulan keempat kehamilan. Setelah bulan keempat fungsinya diambil alih oleh plasenta. Karena korpus luteum tidak mati maka progesteron dan estrogen terus terbentuk. Endometrium menjadi lebih tebal berubah menjadi desidua sehingga selama kehamilan berlangsung tidak terjadi haid. Perubahan pada endometrium dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalam ovarium dan kejadian dalam ovarium dipengaruhi oleh kelenjar yang lebih tinggi keududkannya yaitu kelenjar hipofise. (Syaifudin. 2006)
2.1.4   Hormon Wanita
1. Gonadotropin
     Bertanggung jawab untuk pembentukan hormon progesteron dan estrogen
2. Estrogen
     Dihasilkan oleh ovarium. Fungsinya pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual wanita, yaitu pemmbentukan payudara, lekuk tubuh, dan rambut kemaluan.
3. Progesteron
     Mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan
4. FSH (folikel stimulating hormon)
     Berfungsi dalam pengeluaran ovum
5. LH (luteinizing hormon)
     Merupakan pencetus terjadinya ovulasi atau masa subur
6. Androgen adrenal
     Merangsang kelenjar keringat berlebihan yang menyebabkan munculnya jerawat (Wylie, Linda.2011)

2.1.5   Pubertas
Pubertas yaitu dimulainya kehidupan seksual dewasa, sedangkan menarke dimulainya menstruasi. Periode pubertas terjadi karena kenaikan sekresi hormon gonadotropin oleh hipofise yang perlahan. Dimulai pada tahun ke-8 dari kehidupan dan mencapai puncak pada saat terjadi menstruasi pada usia 11-16 tahun.
Pada wanita, kelenjar hipofise dan ovarium akan mampu menjalankan fungsi penuh apabila dirangsang secara tepat. Timbulnya pubertas dirangsang oleh beberapa proses pematangan yang berlangsung di daerah otak yaitu hipotalamus dan system limbic ditandai dengan,
1.    Peningkatan sekresi estrogen pada pubertas.
2.    Variasi siklus seksual bulanan.
3.    Peningkatan sekresi estrogen lebih lanjut selama beberapa tahun pertama dari kehidupan seksual.
4.    Terjadinya penurunan progresif dari sekresi estrogen menjelang akhir kehidupan seksual.
5.    Hampir tidak ada sekresi estrogen dan progesteron sesudah menopause. (Syaifudin. 2006)

2.1.6   Menopouse
       Pada usia 45 sampai 50 tahun, siklus seksual biasanya menjadi tidak teratur dan ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus sesudah beberapa bulan sampai beberapa tahun, dan siklus terhenti sama sekali. Hormon – hormon kelamin wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada, disebut sebagai menopause.Penyebabnya menopause adalah matinya ovarium.Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira – kira 400 folikel premordial, tumbuh menjadi folikel vesikular, dan berovulasi, sementara ratusan ribu ovum berdegenerasi.
Ketika produksi estrogen turun di bawah nilai kritis, estrogen tidak lagi dapat menghambat produksi FSH dan LH, juga tidak dapat merangsang lonjakan LH dan FSH untuk menimbulkan ovulasi.

2.2         Anatomi dan Fisiologi Mammae (Payudara Wanita)
Payudara adalah pelengkap organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Buah dada terletak dalam fasia superfisialis di daerah antara sternum dan aksila, melebar dari iga kedua sampai iga ketujuh. Bagian tengah terdapat putting susu yang dikelillingi oleh areola mamae yang berwarna cokelat. Dekat dasar putting terdapat kelenjar Montgomeri yang mengeluarkan zat lemak supaya putting tetap lemas. Putting mempunyai lobang ± 15-20 untuk tempat saluran kelenjar susu.
Buah dada terdiri dari bahan-bahan kelenjar susu (jaringan alveolar) tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak, setiap lobus bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air susu). Saluran limfe sebagai pleksusu halus dalam ruang interlobular jaringan kelenjar bergabung membentuk saluran lebih besar. (Syaifudin. 2006)
Pada perempuan, perubahan dan perkembangan buah dada terjadi setelah masa remaja atau pubertas karena terdapat penambahan jaringan kelenjar.Seorang wanita mulai menstruasi pertama terjadi sedikit pembesaran buah dada disebabkan pengaruh hormone estrogen dan progesterone yang dihasilkan ovarium, lama-kelamaan buah dada berkembang penuh dan penimbunan lemak menimbulkan pembesaran yang tetap.Pada masa menopause, lama-kelamaan ovarium berhenti berfungsi dan jaringan buah dada mengerut.
Laktasi (pengeluaran air susu) terbagi dalam tahap :
1.  Sekresi air susu. Pada kehamilan minggu ke-16 mulai terjadi sekresi cairan bening dalam salran kelenjar buah dada, yang disebut kolostrum yang kaya protein. Setelah bayi lahir, pengeluaran kolostrum air susu dirangsang oleh hormone prolaktin.
2.   Pengeluaran air susu. Air susu mendapat rangsangan dari bayi supaya keluar secara normal bergantung pada isapan bayi, mekanisme dalam buah dada berkontraksi memeras air susu keluar dari alveoli masuk dalam saluran air susu.
Pada wanita kelenjar mamae mulai berkembang pada permulaan masa pubertas (adolesens) pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi besar sebelah lateral linea axilaris anterior/media sebelah cranial ruang interkostalis III dan sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII. Kelenjar mamae terdapat di atas bagian luar fasia torakalis superfisialis di daerah jaringan lemak subkutis kea rah lateral sampai ke linea axilaris media. Medial melewati linea media mencapai kelenjar mamae dari sisi yang lain, kea rah bawah mencapai aksila (lipatan ketiak).
Kelenjar mamae menyebar di sekitar areola mamae dan mempunyai luas antara 15-24. Tiap lobus berbentuk pyramid dengan puncak mengarah ke areola mamae. Masing-masing lobus dibatasi oleh septum yang terdiri dari jaringan fibrosa yang padat, serat jaringan fibrosa yang terbentang dari kulit ke fasia pektoralis yang menyebar diantara jaringan kelenjar. Tiap lobus kelenjar mamae mempunyai saluran keluar yang disebut ductus lactiverus yang bermuara ke papilla mamae, pada daerah areola mamae ductus lactiverus melebar disebut sinus lactiverus. Di daerah terminalis lumen sinus ini mengecil dan bercabang-cabang ke alveoli. Diantara jaringan kelenjar dan jaringan fibrosa ruangannya diisi oleh jaringan lemak yang membentuk postur dari mamae sehingga permukaan mamaeterlihat rata. Bagian dalam kelenjar mamae dapat dipisahkan dengan mudah dari fasia dan kedudukan mamae mudah bergeser.
Pembuluh darah mamae berasal dari a. mamaria interna dan arteri toracalis lateralis. Vena superfifialis mamae mempunyai banyak anastomosa bermuara ke V. mamaria interna dan vena toracalis lateralis. Pembuluh limfe mamae meliputi :
1.  Aliran limfe superfisialis, 75% mengalir ke saluran toracalis lateralis berjalan bersama arteri dan vena di lateral M. pectoralis mayor dan bermuara di N. XI axilaris dan Nn. Supraclavicularis.
2.  Aliran limfe profunda mengalir ke dinding torak menembus M. pectoralis mayor bermuara ke N. XI pektoralis sepanjang arteri dan vena mamaria interna.
3.  Bagian medial aliran limfe subkutan berhubungan antara kedua mamae bermuara ke N. XI supraklavikularis.
Dua faktor yang diatur oleh jormonn dalam proses laktasi:
1.   Produksi air susu (prolaktin). Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakam suatu hormone yang disekresi oleh glandula pituitaria anterior yang penting untuk memproduksi air susu ibu. Kadar hormone ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan. Kerja hormon ini dihambat oleh plasenta, dengan lepasnya plasenta pada proses kehamilan maka kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur turun sampai pada tingkat terendah dan diaktifkannya prolaktin. Kenaikan pasokan darah yang beredar lewat payudara dapat mensekresi bahan penting untuk pembentukkan air susu, globulin, lemak dan molekul-molekul protein yang akan membengkakan acini dan mendorong menuju tubuli laktiverus. Kenaikan kadar protein akan menghambat ovulasi sehingga mempunyai fungsi kontrasepsi dan kadar prolaktin paling tinggi pada malam hari.
2.   Pengeluaran air susu (oksitosin). Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla mamae:
a. Tekanan dari belakang.
Tekanan glanduli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli tersebut ke dalam tubuli laktiverus dan isapan bayi akan memacu  sekresi air susu lebih banyak.

b.    Reflek neurohormonal.
Gerakan mengisap bayi akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam glandula pituitary posterior. Akibat langsung dari reflex ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari pituitaria posterior, disekitar alveoli akan berkontraksi mendorong air susu masuk ke dalam vasa laktiver dengan demikian lebih banyak air susu mengalir ke dalam ampula. Refleks ini dapat dihambat dengan adanya rasa sakit (mis. Jahitan pada perineum), sekresi oksitosin juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi  dan membantu involusi (kemunduran) uterus selama puerperium (nifas). (Syaifudin. 2006)

2.2.1   Perubahan-Perubahan Selama Siklus Kehidupan
Pada masa pubertas, pembesaran payudara terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit jaringan lemak. Pada setiap siklus menstruasi, terjadi perubahan-perubahan khusus dari pembesaran vaskular, pembesaran kelenjar pada fase pramenstruasi yang diikuti dengan regresi kelenjar pada fase post-menstruasi. Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara mensekresi kolostrum, cairan encer, kekuningan, sampai kira-kira 3-4 hari postpartum, dimana sekresi susu dimulai sebagai respons terhadap rangsangan penyedotan dari bayi. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi dengan hilangnya jaringan kelenjar.Pada menopause jaringan kelenjar lambat laun menghilang, sehingga payudara menjadi kecil dan menggantung.

2.2.2   Keadaan-Keadaan Jinak
1.      Infeksi
Infeksi-infeksi bakterial sering terjadi pada postpartum semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara melalui fisura pada puting.Organisme yang paling sering menyebabkan infeksi adalah S. Aureus atau streptokok.Payudara menjadi merah, panas jika disentuh, membengkak, dan nyeri tekan.Gejala-gejalanya berupa demam tinggi, menggigil, dan malaise.Penanganan berupa pemanasan lokal, antipiretik dan analgesik ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI dan/atau memompa, dan terapi antibiotika oral.Jika terjadi abses, pasien perlu masuk ke rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase.Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan keganasan.
2. Trauma
Cedera paling sering pada payudara adalah kontusio. Cedera ini dapat sembuh secara spontan tetapi kadang-kadang mengakibatkan nekrosis lemak, yaitu massa yang terasa keras dan bentuknyta tidak teratur dan kadang-kadang menyebabkan retraksi kulit. Oleh karena itu perlu untuk menyingkirkan adanya karsinoma jika terjadi lesi seperti ini.
3. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan konsistensi padat kenyal.Penanganan fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor.Spesimen diperiksa untuk menyingkirkan adanya keganasan.Sistosarkoma filoides merupakan salah satu tipe dari fibroadenoma yang dapat kambuh jika tidak diangkat dengan sempurna.
4. Papiloma Intraduktal
Papiloma yang terjadi pada duktus papilaris biasanya terlalu kecil untuk dipalpasi tapi sering menyebabkan keluarnya cairan serosanguinosa atau berdarah dari puting susu. Apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal dari pputing, khususnya jika bersifat serosanguinosa, perlu ditentukan dan keganasan harus disingkirkan.Penanganan berupa pembedahan eksisi dari duktus yang terkena.

2.2.3   Penyakit Fibrokistik Payudara
Ada sejumlah perubahan jaringan payudara yng berhubungan dengan penyakit fibrokistik.Yang termasuk didalamnya adalah pembentukan kista, proliferasi duktus epitelial, papilomatosis difusa, dan adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa. Secara klinis, perubahan-perubahan ini dapat menimbulkan nodula yang teraba, massa, dan keluarnya cairan dari puting. Penyakit fibrokistik payudara terjadi pada masa dewasa; sebabnya kemungkinan besar berhubungan dengan kelebihan estrogen dan defisiensi progesteron selama fase luteal dari siklus menstruasi.Sekitar 50% wanita mengalami penyakit fibrokistik payudara.Keadaan ini biasanya terjadi bilateral.
Gejala-gejalanya berupa pembengkakan dan ketegangan payudara menjelang periode menstruasi. Tanda-tandanya adalah teraba massa yang bergerak bebas payudara, dan kadang-kadang keluar cairan yang tidak berdarah dari puting. Banyak wanita tidak mengeluhkan gejala dan baru mencari pemeriksaan kesehatan setelah meraba adanya massa.
Penanganannya adalah meredakan gejala nyeri payudara dengan analgesik ringan dan pemanasan lokal.Perbaikan dapat dicapai dengan menghindari kopi, teh, kola, dan coklat (mengandung metilxantin); keju, anggur minuman, kacang-kacangan, jamur, dan pisang (mengandung tiramin); dan tembakau (mengandung nikotin).Kira-kira 30% wanita dengan penyakit fibrokistik yang terbukti dengan biopsi mengalami hiperplasia proliferatif, yang meningkatkan risiko kanker payudara hingga tiga kali risiko pada umumnya.Masalah utama pada klinisis adalah membedakan masa yang disebabkan penyakit fibrokistik dengan keganasan.

2.3         Ca Mammae
2.3.1   Definisi
Kanker payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006).
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa tumbuh di dalam jaringan susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).

2.3.2   Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasikan sebagai berikut:


1.    Non invasive karsinoma
          Non invasive karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusap keluar dari tempat asalnya. Non invasive karsinoma dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.       Non invasive ductal karsinoma.
b.      Lobular karsinoma in situ.
2.    Invasive karsinoma
          Invasive karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastasik (menyebar ke bagian tubuh lainnya).Sekitar 80% kanker payudara invasive adalah kanker ductal dan 10% adalah kanker lobuler. Invasive karsinoma terdapat beberapa jenis, diantara lain:
a.       Invasive ductal karsinoma
1)      Papilobular karsinoma
2)      Solid tubular karsinoma
3)      Scirrhous karsinoma
4)      Special types
5)      Mucinous karsinoma
6)      Medulare karsinoma
b.      Invasive lobular karsinoma
1)      Adenoid systic karsinoma
2)      Karsinoma sel squamous
3)      Karsinoma sel spindle
4)      Apocrine karsinoma
5)      Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau asseus metaplasia.
6)      Tubular karsinoma
7)      Sekretori karsinoma
3.    Paget’s disease
          Paget’s disease adalah suatu kanker kuit yang jarang terjadi yang menyerupai dermatitis (peradangan pada kulit berupa bercak keerahan dan berasal dari kelenjar di dalam atau dibawah kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara, sehingga kanker ini biasanya ditemukan di sekitar putting susu.
2.3.3   Etiologi
Beberapa factor etiologi pada karsinoma mammae dalam kalangan oncologist (Muchlis Ramli, dkk, 2000)  di antaranya :
1.        Umur > 30 tahun, bertambah besar sampai usia 50 tahun dan setelah menopause
2.        Tidak kawin/nulipara setelah 35 tahun risikonya 2 kali lebih besar
3.        Anak pertama   lahir serelah usia 35 tahun
4.        Menarche kurang aari 12 tahun risikonya 1,7-3,4 kali lebih tinggi dari pada wanita dengan menarche yang dating pada suia normal atau lebih dari 12 tahun.
5.        Menopause dating terlambat lebih dari 55 tahun, risikonya 2,5-5 kali lebih tinggi
6.        Pernah mengalami infeksi, trauma atau operasi tumor jinak payudara risikonya 3-9 kali lebih besar
7.        Adanya kanker payudara kontralateral, risikonya 3-9 kali lebih besar
8.        Pernah mengalami operasi ginekologis-tumor ovarium, riskonya 3-4 kali lebih intggi
9.        Radiasi dinding dada risikonya 2-3 kali lebih besar
10.    Riwayatkeluarga ada yang menderita kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak, risikonya 2-3 kali lebih tinggi.
11.    Kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara  jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas akan meningkatkan risiko untuk mendapat kanker payudara 11 kali lebih tinggi.

2.3.4   Manifestasi Klinis
Keluhan penderita kanker payudara (Lab. UPF Bedah RSDS, 1984):
1.      Mungkin tidak ada
2.      Tumor mammae umumny atidak nyeri
3.      Ulkus/perdarahan dari ulkus
4.      Erosi putting susu
5.      Perdarahan.keluar cairan dari putting susu
6.      Nyeri pada payudara
7.      Kelainan bentuk payu dara
8.      Keluhan karena metastase

2.3.5   Patofisiologi
               Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.Perubahan pertama ialah mulai dari mada hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause.Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.Sekitar hari ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal.Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.Begitu haid mulai semuanya berkurang.Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui.Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.Sekresi hormon prolaktin dan hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus keputingsusu.
               Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal.Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran seperti itu, kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma, berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara.Karsinoma payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya, Sebagaimana sel-sel tubuh kita yang asli. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu bahan asing yang masuk ke dalam tubuh kita, diantaranya pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan, atau karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai di dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma non-invasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis ataupun daerah kulit yang menimbulkan perlengketan-perlengketan.Pada kondisi demikian, tumor dikategorikan stadium lanjut inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler membesar.Kemudian melalui pembuluh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara lain paru, hati, tulang dan otak.Akan tetapi dari penelitian para pakar, mikrometastasis pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului penyebaran limfogen.Sel-sel kanker dan racun-racun yang dihasilkannya dapat menyebar ke seluruh tubuh kita seperti tulang, paru-paru, dan liver tanpa disadari oleh penderita.Karenanya tidak mengherankan jika pada penderita kanker payudara ditemukan benjolan di ketiak atau benjolan kelenjar getah bening lainnya.Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai kankermetastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari aktifitas gen T-Supresor atau sering disebut dengan p53. Meskipun mutasi p53 umumnya terjadi pada kanker payudara berat, namun hanya sedikit yang dapat diidentifikasi pada kanker payudara berat in situ (kanker payudara intraduktal). Penelitian yang paling sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel yang menjadi tidak terkendali.
2.3.6   Pemeriksaan Diagnostik
1.    Dasar diagnosis karsinoma mammae :
2.    Dasar diagnosis klinis, tumor pada mamae yang tumbuh progtresif dengan tanda-tanda infiltrasi dan atau metastase
3.    Dasar diagnostic patologi, tumor dengan tanda-tanda keganasan
4.    Pemeriksaan :
a.    pemeriksaan klinis
b.    pemeriksaan penunjang klinis
c.    pemeriksaan sitologis/patologis.

2.3.7   Pencegahan
1.    Pencegahan primer
Pencegahan pada tahap ini dilakukan dengan bentuk promosi kesehatan seperti penyuluhan.
2.    Pencegahan sekunder 
     Dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini atau dengan melakukan skrinning.
3.    Pencegahan Tersier
Pencegahan testier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.Pencegahan tersier dilakukan dengan melakukan tindakan pengobatan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. (Suryantoro,2009)

2.3.8   Penatalaksanaan
1.    Terapi kuratif :
Untuk kanker mamma stadium 0,I,II dan III
Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative tomoorektomi + diseksi aksila
a.       Terapi ajuvan, :
1)      Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads
2)      Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF (Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate 40 mg/m2 IV hari  ke -1 siklus diulangi tiap 4 minggu dan flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP (Cyclophosphamide 500 mg/m2 hari ke 1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.
3)      Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-2 tahun
b.      Terapi bantuan, roboransia.
c.       Terapi sekunder bila perlu
d.      Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan  (fisioterapi)
2.      Terapi paliatif
Untuk kanker mamma stadium III B dan Iv :
a.       Terapi utama
1)   Pramenopause, bilateral ovariedektomi
2)   Pasca menopause ; 1) hormone resptor positif (takmosifen) dan hormone resptor negative (kemoterapu dengan CMF atau CAF).
b.      Terapi ajuvan
1)   Operable (mastektomi simple)
2)   Inoperable (radioterapi)
kanker mamae inoperative :
a)      tumor melekat pada dinding thoraks
b)      odema lengan
c)      nodul satelit yang luas
d)     mastitis karsionamtosa
c.       Terapi bantuan ; roboransia
d.      Terapi komplikasi , bila ada :
1)      patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah.
2)      Odema lengan : deuretik, pneumatic sleeve, operasi tranposisi omentum atau kondoleon.
3)      Efusion pleura, aspirasi cairan atau drainase bullae, bleomisin 30 mg dan teramisin 1000 mg, intra pleura.
4)      Hiperkalsemia : deuretika dan rehidrasi, kortikosteroid, mitramisin ¼-1/2 mg/kg BB IV.
5)      Nyeri, terapi nyeri sesuai WHO.
6)      Borok, perawatan borok.
e.       Terapi sekunder,  bila ada

2.4         Ca Serviks
2.4.1   Definisi
Servikal Intraepitelyal Neoplasma atau Displasia Serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (Baughman, Diane C. 2000)
Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher ramih atau serviks yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus-menerus yang tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna  bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Calvo, Manuel Ortega et al. 2012)
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim atau serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35 - 55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang muda pun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.(Doenges E, Marilynn, 2005)

2.4.2   Klasifikasi
1.    Klasifikasi Menurut Tingkat Kriteria
a.    Tahap 0
Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
b.    Tahap I
Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks.Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
c.    Tahap IA
Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
d.   Tahap IB
Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik dan menunjukkan invasi serviks uteri.
e.    Tahap II
Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
f.      Tahap IIA
Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.
g.    Tahap IIB
Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada dinding panggul.
h.    Tahap III
Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telahmeluas kesalah satu atau kedua dinding panggul.Penyakitnodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding panggul.Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
i.      Tahap IIIA
Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
j.      Tahap IIIB
Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
k.    Tahap IV
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil danmelibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih(dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasiskeluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
l.      Tahap IVA
Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
m.  Tahap IVB : Telah terjadi penyebaran ke organ lain.

2.    Klasifikasi Menurut Perkembangan Sel
a.    Mikroskopis
1)   Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tdk dapat dibedakan  dengan karsinoma insitu.
2)   Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa.  Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3)   Stadium Karsionoma Mikroinvasif
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kangker.
4)   Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi.  Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
b.    Makrokopis
1)   Stadium Preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa.
2)   Stadium Permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum.
3)   Stadium Setengah Lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
4)   Stadium Lanjut
Telah bermetastase dibagian organ lain di seluruh tubuh.


2.4.3   Epidemiologi
Kanker serviks mash menjadi penyebab kesakitan dan kematian di seluruh dunia dan merupakan kanker ke-2 terbanyak yan terjadi pada wanita (Volgareva et al., 2004; Skiba et al, 2006). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru tiap tahun dan sekitar 350 klien meninggal karena penyakit ini (Skiba et al., 2006). Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penyakit ini telah merenggut lebih dari 250.000 perempuan di dunia dan terdapat lebih 15.000 kasus kanker serviks baru, merenggut 8000 kematian di Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2012 ada 6838 perempuan yang melakukan pemeriksaan papsmear, dimana diketahui 4170 orang dengan hasil normal dan 2668 orang terdiagnosa kanker serviks. (Baughman, Diane C. 2000)
Megingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks dipandang dari segi harapan hidup, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan, sudah sepatutnya apabila kita memberikan perhatian yang lebih besar terhadap penyakit yang sudah terlalu banyak memakan banyak korban, dan segala aspek yang berkaitan dengan penyakit tersebut serta upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan, seperti halnya pemeriksaan papsmear yang dilakukan setiap tahun walaupun tidak ada gejala kanker. (Yatim Faisal. 2008)
Masih tingginya angka penderita kanker di Indonesia disebabkan karena penyakit ini tidak menimbukkan gejala dan rendahnya kesadaran wanita untuk memeriksakan kesehatan dirinya. Untuk itu penulis tertarik untuk membahas penyakit ini lebih dalam lagi  untuk memberikan informasi agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya wanita.

2.4.4   Etiologi
Infeksi human papiloma virus atau HPV atau Virus Papiloma manusia dapat terjadi pada perempuan usia subur. HPV ditularkan melalui hubungan seks dan ditemukan pada 95% kasus kanker leher rahim.Infeksi HVP dapat menetap dan berkembang menjadi displasia atau sembuh secara sempurna.
Ada ratusan tipe HVP yang digolongkan menjadi dua, yaitu HVP risiko tinggi (onkogenik), yang utamanya tipe 16, 18 dan 31, 33, 45, 52, 58, dan HVP resiko rendah (non onkogenik) yaitu HPV tipe 6, 11, 32, dan sebagainya. Tipe 16 dan 18 merupakan tipe kanker serviks.
Peroses terjadinya kanker leher rahim berhubungan erat dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen (bahan-bahan yang dapat mengubah peragai sel secara genetik) pada saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas.Perubahan ini biasanya terjadi di zona tranformasi.Sel yang mengalami mutasi disebut sel displastik dan kelainan epitelnya disebut dipslasia (Neoplasia Intra-epitel Serviks/NIS).
Perkembangan kanker leher rahim dimulai dari displasia (ringan, sedang dan berat). Lesi displasia sering disebut “lesi pra-kanker”, yaitu kelainan pertumbuhan sel yang perkembangannya  sangat lamban. Displasia kemudian berkembang menjadi karsinoma in-situ (kanker belum menyebar), dan akhirnya menjadi karsinoma invasif (kaker yang dapat menyebar).Perkembnagan dari diplasia menjadi kanker membutuhkan waktu bertahun tahun (7-15 tahun).
Adapun faktor resiko lain penyebab terjadinya kanker serviks antara lain;
1.    Umur Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Menikah pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
2.    Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3.     Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4.    Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
5.    Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
6.    Berganti pasangan seksual dan tanpa menggunakan kondom
7.    Riwayat infeksi didaerah kelamin dan radang panggul. Infeksi menular seksual (IMS) dapat menjadi peluang meningkatnya risiko terkena kanker leher rahim. (Yatim Faisal. 2008)

2.4.5   Manifetasi Klinis
Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini, namun ada beberapa tanda yang dapat mengindentifikasikan terjadinya kanker serviks antara lain;
1.    Perdarahan vagina abnormal (lebih lama dan lebih banyak) dan dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu ada.
2.    Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
3.    Nyeri dan perdarahan saat berhubungan intim.
4.    Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
5.    Gejala kanker serviks stadium lanjut yakni nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan.(Baughman, Diane C. 2000).


2.4.6   Patofisilogi
Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (parsial) dan endoserviks kanalik serviks yang disebut Squamo Columnar Junction (SCJ).Pada wanita muda SCJ ini berada di luar ostium uteri eksterneum, sedang wanita berumur > 35 tahun SCJ berada didalam kanalis serviks.Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi tanda-tanda atau keluhan.Pada pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang erosif (Metaplasia Skuamosa) yang fisiologi atau patologik.
Tumor dapat tumbuh eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam serviks dan cenderung utuh mengadakan infiltrasi menjadi ulkus, ulseratif cenderung merusak jarinan serviks dengan melibatkan awal farniase vagina menjadi ulkus yang luas.
Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasi (erasio) akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epital yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.
Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-10 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel displatik serviks secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan/tanpa diobati itu dikenal dengan unitarian concept dari Richart. Histopatologik sebagian terbesar (95-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah sarkoma. (Baughman, Diane C. 2000)



2.4.7   Pemeriksaan Diagnostik
1.    Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous (tes PAP) sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
2.    Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya didalamnya (pembesaran 6 - 40 kali).Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
3.    Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat) terlihat seluruhnya dengan kolposkopi.Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi.Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
4.    Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase.Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.
Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
a.    Proses dicurigai berada di endoserviks.
b.    Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
c.    Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
d.   Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.

2.4.8   Penatalaksanaan
1.    Irradiasi
a.    Dapat dipakai untuk semua stadium.
b.    Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk.
c.    Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
d.   Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks.
e.    Komplikasi irradiasi
1)   Kerentanan kandungan kencing
2)   Diarrhea
3)   Perdarahan rectal
4)   Fistula vesico atau rectovaginalis
2.    Operasi
Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II dan operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal.
a.    Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan kedalam Vagina dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukanya. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), bukan kanker invasif yang telah menyebar keluar leher rahim.


b.    Bedah Laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari.Pembedahan laser hanya di gunakan sebagai pengobatan kanker serviks pra-invasif (stadium 0).
c.    Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan di angkat dari leher rahim. Pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah, laser atau kawat tipis yang di panaskan oleh listrik.Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (stadium 0 atau 1).
d.   Histerektomi
1)   Histerektomi sederhana
Cara kerja metode ini adalah mengankat rahim, tetapi tidak mencangkup jaringan yang berada didekatnya.Vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi dibagian depan perut atau melalui vagina.
Setelah dilakukan operasi ini, seorang wanita tidak bisa hamil.Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium 5 awal (stadium 1) dan mengobati kanker stadium prakanker (stadium 0) jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi.
2)   Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul
Pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, Vagina bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Opersi ini paling sering di lakukan melalui pemotongan bagian depan perut, bukan dilakukan melalui vagina.
e.    Trachlektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachlektomi radikal memungkinkan wanita muda dengan kanker stadium awal dapat di obati dan masih dapat mempunyai anak.Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas Vagina, kemudian meletkkanya pada jahitan berbentuk kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim didalam rahim.Kelenjar getah bening didekatnya juga di angkat.Opersi ini bisa dilakukan melalui vagina atau perut.Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat mengalami kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caecar.Resiko terjadinya kekambuhan kanker sesudah pengobatn ini cukup rendah.
f.     Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada opersi jenis ini juga dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar.Operasi ini dilakukan saat kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya.Diperlukan waktu enam bualan atau lebih untuk pulih dari opersi radikal ini.Namun, wanita yang pernah menjalni opersi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan bahagia dan produktif.
3.    Kombinasi (Irradasi dan Pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema.Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
4.    Radioterapi
Pada pengobatan kanker serviks, radioterpi ditetapkan dengan melakukan radiasi eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterpi dosis rendah.Untuk jenis pengobatan radiasi internal, zat radioaktif dimasukkan kedalam silinder didalam vagina.Kadang-kadang, bahan-bahan radioaktif ini ditempatkan kedalam jarum tipis yang dimasukkan langsung kadalam tumor.
5.    Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.Biasanya obat-obatan tersebut di berikan melalui infus kedalam pembuluh darah atu melalui mulut. Setelah obat masuk kealiran darah, maka akan menyebar keseluruh tubuh. Terkadang, ada beberapa obat yang diberikan dalam satu waktu.
6.    Pengobatan berdasarkan stadiumnya
a.    Stadium Pra Kanker (Stadium I)
Stadium prakanker hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi.Apabila pasien massih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone biopsy.
b.    Kanker (Stadium I dan II)
Apabila ukuran tumor kurang dari 4 cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau radioterapi dengan atau tampa kometerapi.Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, atau kometerapi berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.
c.    Stadium Lanjut (Staduim II Akhir – Stadium 4 Awal)
Kanker serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan kometerapi berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut(stadium IV akhir),dokter dapat mempertimbangkan kometerapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.
Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya adalah mengangkat atau menghanjurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker.Biasanyaa dilakukan pengobatan yang bersifat paliatif-ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala.
7.    Pasca Pengobatan
a.    Setelah pengobatan selesai, dibutuhkan pemeriksaan berkala dengan teratur dan mungkin diperluakn pemeriksaan radiologis atau scan bila terjadi masalah pada fisik atau efek samping pengobatan yang terus berlangsung.
b.    Perlu diberi penyuluhan mengenai “penyesuaian kehidupan sesudah kanker” yang berisi nasihat nasihat untuk menjaga kesehatan dan lain sebagainya
c.    Pada tindakan histerektomi dan kedua indung  telur diangkat, atau radioterapi di daerah panggul, akan terjadi menopause dini.  Radioterapi daerah panggul dapat menyebabkan vagina menjadi lebih sempit sempith sehingga ada kesulitan dan ketidak nyamanan dalam hubungan seks. Untuk menjaga kelentura otot-otot vagian dapat digunakan krim hormon, dilator vagina atau melakukan hubungan seks secara teratur.
d.   Hubungan seks setelah terapi kenker sangat aman. Seks tidak akan membuat kanker timbul kembali dan pasanagn tidak akan tertular kanker. Namun untuk beberapa minggu pangan perlu berhati-hati dan se rileks mungkin sebelum kembali ke kehidupan seksual normal.

2.5         Promosi Kesehatan Prosedur Skrining Berkala Ca Mammae:
SADARI
Skrining adalah tes dan pemeriksaan untuk menemukan kanker pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala kanker. Skrining sangat baik dilakukan pada wanita atau pria yang memiliki faktor risiko untuk kanker payudara, kanker serviks.
Test skrining dapat dilakukan dengan cara :
1.      Pertanyaan/kuesioner
2.      Pemeriksaan Fisik
3.      Pemeriksaan Laboratorium
4.      X-ray, termasuk diagnostic imaging

Syarat-syarat skrining :
1.        Penyakit harus merupakan masalah kesehatan yang penting
2.        Harus ada cara pengobatan yang efektif
3.        Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis
4.        Diketahui stadium prepatogenesis dan pathogenesis
5.        Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat diterima oleh masyarakat
6.      Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit
7.      Harus ada Policy yang jelas
8.      Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya konsekuaensi kesehatan.

2.5.1 Langkah-langkah pemeriksaan
Langkah 1: Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan  posisi pundak tegap dan kedua tangan di pinggang.






Langkah 2: Sekarang, angkat tangan anda dan amati jika ada perubahan-perubahan yang telah disebut pada langkah pertama.
Langkah 3: Saat anda bercermin, anda cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua putting (baik itu cairan bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah).

Langkah 4: Berikutnya, rasakan payudara anda dengan cara berbaring. Gunakan pijatan pelan namun mantap (tapi bukan keras) dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara.Gunakan gerakan memutar, Pijat seluruh payudara anda dari atas sampai bawah, kiri kanan, dari tulang pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara.Anda juga dapat membuat gerak naik turun.Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam.Saat anda mencapai jaringan bagian dalam, anda harus dapat merasakan tulang iga anda.

2.5.2 Pemeriksaan Radiologis
1.    Mammografi
Pemeriksaan mammografi tahunan hasilnya disebut mammogram, diberikan secara rutin untuk orang-orang yang sehat dan tidak diduga mengalami kanker payudara.Tujuannya adalah untuk menemukan kanker payudara sedini mungkin sebelum gejala kanker berkembang dan biasanya lebih mudah untuk ditangani. (Alhamsyah,2009)  
Mamografi dilakukan bila ada indikasi, sebagai berikut:
a.       Skrining pada wanita yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk mendapat kanker payudara.
b.      Jika massa / benjolan yang teraba pada payudara tidak jelas.
c.       Jika dokter meraba adanya benjolan pada kelenjar getah bening aksila (ketiak) dan supra klavikula (diatas tulang klavikula / leher) walaupun tidak disertai terabanya massa / benjolan pada payudara.
d.      Untuk usia 40 - 50 tahun dilakukan 2 tahun sekali, sedangkan lebih dari 50 tahun dilakukan setahun sekali (Nawasasi,2006)
2.    Ultrasonografi (USG)
USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara.USG dapat membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan untuk mengevaluasi masalah payudara yang tampak pada mammogram dan lebih direkomendasikan pada wanita usia muda (di bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk deteksi kanker payudara.Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi, kelainan pada payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.
USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat invasif dan tidak semahal pemeriksaan lainnya.Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat tergantung dari pengalaman dan keahlian operator.
3.    Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara, pemeriksaan MRI direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan.MRI menggunakan magnet dan gelombang radio untuk memproduksi gambar irisan tubuh. Pemeriksaan MRI akan jaruh lebih bermanfaat bila menggunakan zat kontras.
MRI merupakan alat deteksi kanker yang lebih sensitif dari mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu yang lebih tinggi, maksudnya sering muncul gambaran kelainan payudara yang ternyata bukan kanker.Itu sebabnya MRI tidak direkomendasikan sebagai alat skrining untuk wanita tanpa risiko tinggi kanker payudara.
4.      PET Scan
Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan anatomi dan metabolisme sel kanker. Zat kontras disuntikkan lewat vena dan akan diserap oleh sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras oleh sel kanker dapat menggambarkan derajat histologis dan potensi agresivitas tumor. PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker payudara.
5.      Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli Patologi Anatomi. Jaringan akan dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker.Biopsi dilakukan ketika tes lainnya memberikan indikasi kuat bahwa Anda terkena kanker payudara.
Terdapat beberapa cara biopsi :
a.    Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak memerlukan persiapan khusus.Jaringan diambil menggunakan jarum halus di area tumor.
Bila tumor tidak mudah diraba, maka biopsy jarum halus dapat dilakukan dengan tuntunan USG atau mammografi. Pemeriksaan ini mungkin agak nyeri dan dapat menyebabkan memar ringan yang akan hilang dalam 1-2 hari. Karena jaringan yang diambil hanya sedikit maka ada kemungkinan sel kanker tidak terambil sehingga tidak terdeteksi.Pemeriksaan biopsi jarum halus saja memiliki kemungkinan diagnosis meleset 10%.
b.      Core Biopsy
Core Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum yang lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara dan sedikit jaringan payudara diambil.Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri minimal.
Stereotactic biopsi: dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. Tidak memerlukan jahitan, dan hanya ada sedikit jaringan parut.Metode ini biasanya mengangkat lebih banyak jaringan dari biopsi jarum inti.


Hasil core biopsy adalah jaringan payudara sehingga lebih mudah diidentifikasi adanya kanker.Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core biopsy karena bentuknya.
Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus atau Core Biopsy dapat berupa:
1)      Tidak ada tanda kanker payudara.
2)      Kemungkinan ada tanda kanker payudara, yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan tetapi belum cukup jelas untuk menegakkan diagnosis. Hasil ini lebih baik dilanjutkan  dengan biopsi bedah untuk mencapai diagnosis akhir.
3)      Ditemukan sel kanker. Pada kasus ini, wanita akan menjalani biopsi bedah yang dapat dilakukan dengan pengangkatan seluruh kanker payudara.
c.       Biopsi Bedah (open biopsy)
Bila seluruh pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita akan dirujuk ke dokter bedah  untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil pemeriksaan sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu dilakukan biopsi bedah.
Kadang-kadang diperlukan operasi untuk mengangkat semua atau sebagian benjolan sehingga dapat dilihat di bawah mikroskop. Seluruh massa serta beberapa jaringan normal di sekitarnya dapat diambil keluar. Hal ini dapat dilakukan sambil rawat jalan dan menggunakan anestesi lokal.

Jaringan yang telah diangkat melalui biopsi akan diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi untuk melihat apakah itu jinak (bukan kanker) atau kanker. Jika tidak kanker, maka tidak ada perlakuan yang lebih diperlukan.Jika kanker, biopsi dapat membantu untuk memberitahu jenis kanker dan menunjukkan apakah kankernya invasif atau tidak.
Dokter bedah akan menjelaskan pilihan terapi kepada pasien. Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah biasanya sekaligus dengan mengangkat tumor seluruhnya.Dengan begitu, ahli patologi dapat memeriksa dan lebih meudah menentukan ada tidaknya kanker. Bekas luka biopsi akan dijahit. Hasil biopsi akan diketahui 5-7 hari setelah operasi.

2.5.3 Stage atau Stadium/Tahap Kanker Payudara:
1.        Stage 0: tahap sel Kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.
2.        Stage I: adalah 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (Kelenjar getah bening normal).
3.        Stage IIA: tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak, ATAU tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak/aksiller, ATAU tumor yang lebih besar dari 2 tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
4.        Stage IIB: tumor yang lebih besar dari 2 cm, namun tidak ada yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke Kelenjar getah bening yg berhubungan dgn ketiak, ATAU tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
5.        Stage IIIA: tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di Kelenjar getah bening di dekat tulang dada, ATAU tumor dengan ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
6.        Stage IIIB: tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan mngkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
7.        Stage IIIC: ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mugkin telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak atau ke Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
8.        Stage IV: kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain dari tubuh.(Alhamsyah,2009).

2.6         Promosi Kesehatan Prosedur Skrining Berkala Ca Serviks:
PAP SMEAR
Pemeriksaan pap smear ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Pemeriksaan pap smear dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter, minimal setahun sekali. Pemeriksaan pap smear dilakukan di atas meja periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim.Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop.Apabila hasil pemeriksaan positif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan.(Diyanti, 2009).
Pap smear, disebut juga tes Pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks anda (bagian bawah, ujung dari uterus).Dinamai sesuai dengan penemunya, George Papanicolaou, MD.Pap smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker.Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal menghindari timbulnya kanker serviks.

Gambar 1:Dokter memasukkan (alat) speculum ke dalam liang vagina untuk menahan dinding vagina tetap terbuka.
Gambar 2:Cairan/lendir rahim diambil dengan mengusapkan (alat) spatula.
Gambar 3: Usapan tersebut kemudian dioleskan pada obyek-glass.
Gambar 4: Sample siap dibawa ke laboratorium patologi untuk diperiksa.

2.6.1    Jenis-Jenis Test Pap Smear:
1.        Test Pap smear konvensional: lihat gambar diatas.
2.        Thin prep Pap: biasanya dilakukan bila hasil test Pap smear konvensional kurang baik/kabur. Sample lendir diambil dengan alat khusus (cervix brush), bukan dengan spatula kayu dan hasilnya tidak disapukan ke object-glass, melainkan disemprot cairan khusus untuk memisahkan kontaminan, seperti darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih akurat.
3.        Thin prep plus test HPV DNA: dilakukan bila hasil test Pap smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah mengandung DNA virus HPV.
            
Hasil negatif palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu, yaitu:
1.        Pengambilan sel yang tidak cukup
2.        Lokasi lesi tidak dapat dijangkau
3.        Sel abnormal meniru sel benigna
4.        Walau sel abnormal dapat terdeteksi, waktu berada di pihak anda. Kanker serviks memerlukan beberapa tahun untuk berkembang. Jika satu tes tidak dapat mendeteksi sel abnormal, maka tes selanjutnya akan dapat mendeteksi kanker (Anonymus,2008).
American cancer society merekomendasikan papsmear pertama sekitar 3 tahun setelah hubungan seksual pertama atau setelah usia 21 tahun. Setelah usia 21 tahun petunjuknya sebagai berikut :
Usia (tahun)
Frekuensi
21 – 29
Sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan
30 – 69
Setiap 2 – 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan
Lebih dari 70
Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan dan Pap smear anda normal selama 10 tahun

1.      Pemeriksaan visual dengan Asam Asetat (IVA)
Yaitu pemeriksaan leher rahim dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 %. Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna, yaitu tampak bercak putih yang disebut dengan aceto white ephitelum, maka kemungkinan ada kelainan pada tahap pra kanker.Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan untuk analisis IVA, yaitu:
a.    IVA Negatif = Serviks normal
b.    IVA Positif = Serviks dengan radang (Servisitis) atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
c.    IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white ephitelum).
d.   IVA Kanker serviks.
Berbeda dengan test Pap smear, pemeriksaan dengan metode IVA juga dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat menstruasi, saat asuhan nifas atau paska keguguran. Bila hasilnya bagus, kunjungan ulang untuk tes IVA adalah setiap 5 tahun.


Gambar:Berbagai hasil test IVA

2.        Pemeriksaan visual dengan Asam asetat dan pembesaran ginekoskopi (IVAB).
3.        Pemeriksaan Panggul vs Tes Pap Smear
4.        Pemeriksaan test molekuler DNA HPV (Human papiloma virus)
5.        Kolposkopi
6.        Servikografi
7.        Pap Net dengan Komputerisasi




BAB 3
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Pemeriksaan payudara secara mandiri ini dapat menjadi salah satu bagian terpenting untuk promosi kesehatan yang sangat tepat untuk wanita memeriksa secar dini adanya kanker payudara .pemeriksaan dini payudara ini dapat diajarkan oleh beberapa instansi kesehatan, LSM yang berkompeten di bidangnya dan wanita yang mengerti tentang hal ini . Dalam hal ini perawat cukup mengambil andil besar dalam upaya promosi kesehatan , yang dapat diberikan pada semua wanita .Perawat dapat member informasi dan pengajaran dan memberikan pendidikan kesehatan serta upaya untuk mencari bantuan medis apabila menemukan benjolan.
Kanker serviks dapat dicegah jika Anda rutin melakukan pemeriksaan lebih dini.Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini merupakan faktor risiko utama kanker serviks yang juga dikenal dengan nama kanker leher rahim.

3.2     Saran
Untuk penulis lain dimohon untuk mengkritisi kekurangan dan kelebihan pada makalah ini. Untuk para pembaca makalah ini bisa dijadikan referensi untuk membuat suatu artikel.










DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. “Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah”. Jakarta: EGC.
Sarwono. 2006. “Ilmu Kandungan”. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Skiba D., Mehlhorn G., Fasching P.A., Beckman M.W., Ackermann S., 2006. “Prognostic Significance of Serum Antibodies to HPV-16 L1 Virus Like Particles in Patients With Invasive Cervical Cancer. Anticancer research, 26:4921-4926”.
Calvo, Manuel Ortega et al. 2012. “Screening for Cervical Neoplasia in A Health Center in Westren Andalusia, Open Journal Nursing, 2012, 2, 36-40”. Diakses pada Rabu, 20 Mei2015 http://dx.doi.org/10.4236/ojn.2012.22007
Jain, Vaishali and AS Vyas. 2010. “Cervical Neoplasia –Cyto Histological Correlation (Bethesda System) A Study of 276 Cases, volume 1, issues 2” Diakses pada Rabu, 20 Mei 2015 http://www.omicsonline.org
Alhamsyah. 2009. Kanker Payudara, Penyebab, Gejala, Pengobatan. Diperoleh dari: http://www.alhamsyah.com/blog/artikel/kanker-payudara-gejala-dan-pegobatannya.html. Diakses tanggal 20 Mei 2015, pukul 12.30 WIB.
Wylie, Linda.2011 Esensial Anatomi & Fisiologi dalam Asuhan Maternitas.Jakarta : EGC
Prawirohardjo, S. (2009).Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Syaifudin. 2006.Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yatim Faisal. 2008. Penyakit Kandungan. Myoma, kanker rahim/leher rahim dan indung telur, kista, serta gangguan lainnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Zakeeya Elina. 2010. Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Penyakit Kandungan.Araska. Yogyakarta


0 komentar:

Posting Komentar