PROMOSI KESEHATAN SISTEM REPRODUKSI dengan PROSEDUR SKRINING BERKALA: CA MAMMAE (SADARI),
SKRINING CA SERVIKS (PAP SMEAR)
Oleh
Eka Putri Citra (121.0029)
Lailatul Hidayah (121.0055)
LusyAndiPratiwi (121.0057)
Nur Indah Rahmawaty (121.0075)
Rizki Adista S. (121.0091)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH SURABAYA
TA 2014/2015
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kanker kedua yang paling sering terjadi pada wanita
adalah karsinoma payudara (setelah kanker paru).Karsinoma payudara merupakan
27% dari kanker pada wanita dan menyebabkan 20% kematian akibat kanker. Sekitar
1 dari 11 wanita akan mengalami kanker payudara selama kehidupannya. Kanker
payudara kebanyakan menyerang kelompok usia 40-70 tahun, tetapi risiko terus
meningkat dengan tajam dengan makin bertambahnya usia. Karsinoma ini jarang
terjadi pada usia di bawah 30 tahun: 3% terjadi selama kehamilan; 99% dari
kanker payudara terjadi pada wanita.
Deteksi dan
diagnosa kanker payudara diawali dengan penyakit pribadi atau keluarga yang
berkaitan dengan patofisiologi payudara, dan pemeriksaan fisik
payudara.Mamografi, yaitu radiogram jaringan lunak, merupakan pemeriksaan
klinis tambahan yang penting.
Smear serviks
atau tes Pap (dinamai sesuai dengan penemu tes ini, Dr. george Papanicolaou)
dilakuakan sebagai tes skrining untuk mendeteksi kelainan sel skuamosa.
Skrining Pap smear yang adekuat dapat
menurunkan kemungkinan seorang wanita meninggal akibat kanker serviks hingga
90%. Uji Pap telah menurunkan angka kematian akibat kanker servikal secara
signifikan di Amerika Serikat-Angka kematian menurun 70% dari tahun 1950-1970
dan 40% dari tahun 1970-1995.
Tujuh puluh persen perempuan dengan kanker servikal
invasif yang baru didiagnosis, tidak melakukan pulasan pap selama 5 tahun
terakhir (American Cancer Society,2001). Puncak insidens karsinoma in situ
adalah usia 20 hingga 30 tahun pada perempuan keturunan Afrika-Amerika maupun
kaukasian. Perempuan yang lebih tua dari 65 tahun dilaporkan 25% menderita
karsinoma servikal invasif dan 40% hingga 50% kematian terjadi akibat karsinoma
servikal (CancerNet, 2001).
Saat ini, direkomendasikan bahwa semua wanita yang
aktif secara seksual atau telah mencapai usia 18 tahun untuk melakukan skrining
Pap smear dan melakukan pemeriksaan
pelvis setiap tahun serta melakukan pemeriksaan
Sadari untuk mendeteksi kanker payudara secara dini.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan Anatomi
Fisiologi Reproduksi Wanita ?
1.2.2
Apa yang dimaksud dengan Anatomi
Fisiologi Mamae (Payudara Wanita) ?
1.2.3
Apa yang dimaksud dengan Kanker
Serviks (Ca. Serviks) ?
1.2.4
Apa yang dimaksud dengan Kanker
Payudara (Ca. Mamae) ?
1.2.5
Apa yang dimaksud dengan Penyuluhan
Promosi Kesehatan Pemeriksaan Payudara Mandiri (SADARI)?
1.2.6
Apa yang dimaksud dengan Promosi
Kesehatan Prosedur Skrining Berkala Kanker Serviks (Pap Smear) ?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.
Menjelaskan konsep
dasar Anatomi Fisiologi Reproduksi wanita
2.
Menjelaskan konsep
dasar Anatomo Fisiologi Mammae
3.
Menjelaskan konsep
dasar Kanker Serviks
4.
Menjelaskan konsep
dasar Kanker Payudara
5.
Menjelaskan
Penyuluhan Promosi Kesehatan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan
Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita.
2 Menjelaskan yang dimaksud dengan
Anatomi Fisiologi Kelenjar Mamae (Payudara Wanita).
3 Menjelaskan yang dimaksud dengan
Kanker Serviks (Ca. Serviks).
4 Menjelaskan yang dimaksud dengan
Kanker Payudara (Ca. Mamae).
5 Menjelaskan yang dimaksud dengan
Pemeriksaan Fisik Payudara.
6 Menjelaskan yang dimaksud dengan
Penyuluhan Promosi Kesehatan Pemeriksaan Payudara Mandiri.
7 Menjelaskan yang dimaksud dengan
Teknik Skrining Diagnostik Payudara.
8 Menjelaskan yang dimaksud dengan
Promosi Kesehatan Prosedur Skrining Berkala Kanker Serviks (Pap Smear).
1.4
Manfaat
1.
Mahasiswa mampu
memahami konsep dasar Anatomi dan Fisiologi Reproduksi wanita
2.
Mahasiswa mampu
memahami konsep dasar Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Mammae
3.
Mahasiswa mampu
memahami konsep dasar Kanker Serviks
4.
Mahasiswa mampu
memahami konsep dasar Kanker Payudara
5.
Mahasiswa mampu
memahami Penyuluhan Promosi Kesehatan SADARI dan PAP SMEAR
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Wanita
2.1.1
Alat Genetalia Luar
(Sarwono. 2006):
1. Mons veneris
Bagian yang
menonjol dibagian simfisis. Pada perempuan dewasa di tutupi oleh rambut
kemaluan
2. Labia mayora
(bibir-bibir besar)
Terdiri dari
bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah.Di sebelah bawah dan belakang
kedua labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior.
3. Labia minora (bibir-bibir kecil)
Suatu
lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar.Kedepan kedua bibir kecil
bertemu dan membentuk preputium klitoridis diatas klitoris dan frenulum
klitoridis dibawah klitoris.Kebelakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk
fossa navikulare.Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak kelenjar
lemak dan ujung-ujung urat saraf menyebabkan bibir kecil amat sensitif.Jaringan
ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang
menyebabkan bibir kecil dapat mengembang.
4. Klitoris
Organ pendek
berbentuk silinder dan erektil terletek tepat di bawah arkus pubis.Dalam
keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat kira-kira sebesar kacang hiaju,
terdiri dari glans dan korpus klitoridis membesar.Glans klitoridis mengandung
banyak pembuluh darah dan persarafan membuat klitoris sangat sensitif terhadap
suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.Fungsi utama klitoris adalah merangsang dan
meningkatkan ketegangan seksual.
5. Vulva
Berbentuk
lonjong, memanjang dari muka ke belakang. Dimuka dibatasi oleh klitoris,
dikanan dan kiri dibatasi oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh
perinium. Kira-kira 1-1,5 cm di bawah klitoris terdapat lubang kemih yang
berbentuk membujur, kira-kira 4-5 mm. Lubang kemih tertutup oleh
lipatan-lipatan selaput vagina yang menyebabkan kadang-kadang sukar ditemukan.
Tidak jauh dari lubang kemih di kiri dan kanan bawahnya terdapat kelenjar/
skene, di kiri dan dikanan bawah dekat fossa navikulare terdapat kelenjar
Bartholin.Pada waktu koitus kelenjar bartholini mengeluarkan getah lendir.
6. Bulbus vestibuli kiri dan kanan
Terletak
dibawah selaput lendir vulva, menagndung banyak pembuluh darah. Pada waktu
persalinan biasanya kedua bulbus tertarik ke atas, kebawah arkus pubis, akan
tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering menaglami cedera,
kadang-kadang timbul hematoma vulva atau perdarahan
7. Introitus vagina
Berbentuk
dan memiliki ukuran yang berbeda-beda pada setiap individu.Pada wanita,
introitus dilindungi oleh labia minora, baru dapat dilihat jika bibir kacil
dibuka, ditutupi oleh himen atau selaput dara.
8. Perineum
Terletak
antara vulva dan anus, ditutupi kulit.Panjangnya kira-kira 4 cm.
2.1.2
Alat Genetalia
Dalam (Sarwono. 2006):
1. Vagina (liang kemaluan)
Ditemuakan
setelah melewati introitus vagina yang menghubungkan introitus dan uterus,
terletak di belakang rektum dan di belakang kandung kemih dan uretra. Dinding
depan lebih pendek (sekitar 9 cm) dan berdekatan satu sama lain. Bagian sebelah
dalam vagina berlipat-lipat disebut rugae, ditengahnya ada bagian yang lebih
keras disebut kolumna rugarum.Lipatan-lipatan tersebut memungkikan vagina dapat
melebar pada waktu persalinan.
Mukosa
vagian berespon dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan perogestron.
Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid.
Cairan
vagina sedikit asam, berasal dari saluran genetalia atau bawah.Intraksi antara
laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman (P.H. 4.5).apa bila
cairan PH naik antara 5, maka insiden infeksi vagina meningkat. Kebersihan
relatif vagina dipertahankan oleh cairan yang terus mengalir dari vagina.Fungsi
vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.
2. Uterus
Organ
berdinding tebal, muskular dan pipih, tampak seperti buah peer terbalik. Dalam
keadaan fisiologis, posisi uterus adalah anteversiofleksio (serviks ke depan
dan membentuk sudut dengan vagina, begitu juga dengan korpus uteri kedepan dan
membentuk sudut denagan serviks uteri).
Uterus
(rahim) merupakan organ yang memiliki peranan besar dalam reproduksi wanita,
yakni dari saat menstruasi hingga melahirkan.Bentuknya seperti buah pear,
berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang
9 cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil
mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram.
Lapisan
uterus antara lain;
a.
Lapisan parametrium merupakan
lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan rongga perut.
b.
Lapisan myometrium merupakan lapisan
yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
c.
Lapisan endometrium merupakan
lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan
ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
Setelah
menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh hormon
estrogen.Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan karena pengaruh
hormon progresteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan tadi bersama sel
telur akan terlepas (meluruh) dan keluar melalui vagina yang disebut sebagai
menstruasi. Waktu antara dua menstruasi disebut siklus menstruasi.Walaupun
rata-rata periodenya datang setiap 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada
setiap perempuan.Periode ini juga sangat tidak teratur pada 2-3 tahun pertama
mulai menstruasi.
3. Tuba falopi
Organ yang
dikenal dengan istilah saluran telur.Saluran telur adalah sepasang saluran yang
berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10cm yang menghubungkan uterus
dengan ovarium melalui fimbria. Ujung yang satu dari tuba falopii akan bermuara
di uterus sedangkan ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke
dalam rongga abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai yang bergerak
bebas.Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat
dilepaskan oleh ovarium (indung telur). Dari fimbria, telur akan digerakkan
oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam
rahim.
4. Ovarium
Terletak
pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbria/umbai-umbai) dan terletak di rongga
panggul.Ovarium merupakan kelenjar yang memproduksi hormon estrogen dan
progresteron.Ukurannya 3×3×2 cm, tiap ovarium mengandung 150.000-200.000
folikel primordial.Sejak pubertas setiap bulan secara bergantian ovarium
melepas satu ovum dari folikel degraaf (folikel yang telah matang), peristiwa
ini disebut ovulasi.
2.1.3
Fisiologi
Reproduksi Wanita
1.
Menstruasi
Wanita
yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari
alat kandungannya yang disebut menstruasi (haid).Siklus menstruasi, selaput
lendir rahim dari hari ke hari terjadi perubahan yang berulang selama satu
bulan mengalami empat masa (stadium).
a. Stadium menstruasi (desquamasi)
Pada
masa ini endometrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan perdarahan,
hanya lapisan tipis yang tinggal disebut statum basale yang berlangsung selama
empat hari.Dengan haid, keluar darah, potongan endometrium dan lendir dari
serviks.Darah ini tidak membeku karena ada fermen (biokatalisator) yang
mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan mukosa, banyaknya perdarahan
selama haid kira-kira 50 cc.
b.
Stadium post-menstrum
(regenerasi)
Luka
yang terjadi karena endometrium terlepas, berangsur-angsur ditutup kembali oleh
selaput lendir baru yang terjadi dari sel epitel kelenjar endometrium. Pada
masa ini tebal endometrium kira-kira 0,5 mm dan berlangsung selama 4 hari.
c.
Stadium intermenstruum
(proliferasi)
Pada
masa ini endometrium tumbuh menjadi tebal kira-kira 3,5 mm. kelenjar-kelenjar
tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain, berlangsung kira-kira 5-14 hari dari
hari pertama haid.
d.
Stadium praemenstruum
(sekresi)
Pada
stadium ini endometrium tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi
panjang dan berliku-liku dan mengeluarkan getah.Dalam endometrium telah
tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai makanan untuk sel
telur.Perubahan ini untuk mempersiapkan endometrium menerima telur.
Pada
endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum kompaktum)
yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar, lapisan stratum
spongeosum yang banyak lubang-lubangnya karena terdapat rongga dari kelenjar
dan lapisan bawah disebut stratum basale.Stadium ini berlangsung 14-28 hari,
kalau tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepas dengan perdarahan dan
berulang lagi siklus menstruasi.(Syaifudin. 2006)
2.
Siklus Ovarium
Dalam ovarium banyak terdapat sel-sel telur muda yang di kelilingi oleh sel
gepeng bangunan ini disebut folikel primordial. Sebelum pubertas ovarium masih
dalam keadaan istirahat. Pada waktu oubertas pada pengaruh hormone dari lobus
interior hipofise yaitu FSH. Folikel primordial mulai tumbuh walaupun hanya
satu yang masak kemudian pecah dan yang lainnya mati. Pemasakan folikel
primordial terjadi sebagai berikut.
Mula-mula sel-sel sekeliling ovum berlipat ganda kemudian timbul diantara
sel-sel rongga yang berisi cairan follikuli. Ovum terdesak ke pinggir dan
terdapat di tengah tumpukan sel yang menonjol ke dalam rongga follikel,
tumpukan sel dengan telur di dalamnya disebut cumulus ophurus. Antara sel telur dan sel sekitarnya terdapat zona pellucida. Sel-sel granulosa lainnya
membatasi ruang follikel yang disebut membran.
Dengan tumbuhnya follikel jaringan ovarium sekitar follikel tersebut
terdesak keluar dan membentuk dua lapisan yaitu theca interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan theca eksterna terdiri dari jaringan
ikat padat. Follikel yang masak disebut folikel de Graaf menghasilkan estrogen tempat permukaan hormon ini pada theca interna. Sebelum pubertas terdapat
pada lapisan dalam korteks ovarium dan tetap tinggal di lapisan tersebut.
Setelah pubertas follikel tersebut mendekati permukaan dan menonjol keluar
karena ligamentum follikuli terbentuk terus maka tekanan dalam follikel makin
lama makin tinggi. Tetapi untuk terjadinya ovulasi bukan hanya bergantung pada
tekanan tinggi tersebut tetapi juga harus mengalami perubahan-perubahan
nekrobiotik pada permukaan follikel.
Awalnya sel-sel ovarium menjadi tipis hingga pada suatu waktu follikel akan
pecah dan mengakibatkan keluarnya liquor
follikuli bersama ovum. Keluarnya sel telur dari follikel de Graaf pecah disebut ovulasi. Sel granulosa yang mengelilingi sel
telur telah bebas, disebut corona radiate.
Setelah ovulasi sel-sel granulosa dari dinding follikel mengalami perubahan dan
mengandung zat warna kuning disebut lutein.
Dengan demikian sisa follikel berubah menjadi butir kuning disebut korpus
luteum, mengeluarkan hormon yang disebut progesteron di samping estrogen.
Bergantung pada apakah terjadi konsepsi (pembuahan) atau tidak, korpus luteum
dapat menjadi korpus luteum gravidarum atau korpus luteum menstruationum.
Korpus luteum mentruationum
mempunyai masa hidup 8 hari setelah berdegenarasi dan diganti dengan jaringan
ikat yang menyerupai stroma ovarium. Korpus luteum yang berdegenerasi disebut
korpus albikan yang berwarna putih. Dengan terbentuknya korpus albikan maka
pembentukan hormon progesteron dan estrogen mulai berkurang malahan berhenti
sama sekali. Ini menghasilkan iskemia dan nekrose
endometrium dan disusul dengan menstruasi. Estrogen dapat menyebabkan
proliferasi dari endometrium. Fase ini disebut fase follikuler (preovulatoir)
yang berlangsung hari pertama menstruasi sampai ovulasi.
Korpus luteum graviditatum setelah terjadi ovulasi maka sel telur masuk ke
dalam tuba dan diangkut ke kavum uteri. Hal ini terjadi pada waktu ovulasi
ujung ampula tuba menutup permukaan ovarium. Selanjutnya sel telur digerakkan
oleh peristaltik dan rambut getar dari sel-sel selaput lendir tuba ke arah kavum
uteri, kalau tidak terjadi kehamilan sel telur mati dalam beberapa jam. Bila
terjadi kehamilan maka terjadilah pertemuan dan persenyawaan dari sel telur dan
sel mani dalam ampula tuba. Sel telur yang telah dibuahi itu berjalan ke kavum
uteri menanamkan diri dalam endometrium (nidasi).
Zigot (sel telur yang dihamilkan) mengeluarkan hormon-hormon hingga korpus
luteum yang biasanya hidup 8 hari sekarang tidak mati bahkan tumbuh menjadi
besar dinamakan korpus luteum graviditatum yang hidup sampai bulan keempat
kehamilan. Setelah bulan keempat fungsinya diambil alih oleh plasenta. Karena
korpus luteum tidak mati maka progesteron dan estrogen terus terbentuk.
Endometrium menjadi lebih tebal berubah menjadi desidua sehingga selama
kehamilan berlangsung tidak terjadi haid. Perubahan pada endometrium
dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalam ovarium dan kejadian dalam ovarium
dipengaruhi oleh kelenjar yang lebih tinggi keududkannya yaitu kelenjar
hipofise. (Syaifudin. 2006)
2.1.4
Hormon Wanita
1. Gonadotropin
Bertanggung
jawab untuk pembentukan hormon progesteron dan estrogen
2. Estrogen
Dihasilkan
oleh ovarium. Fungsinya pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual wanita,
yaitu pemmbentukan payudara, lekuk tubuh, dan rambut kemaluan.
3. Progesteron
Mempersiapkan
tubuh untuk menerima kehamilan
4. FSH (folikel stimulating hormon)
Berfungsi
dalam pengeluaran ovum
5. LH (luteinizing hormon)
Merupakan
pencetus terjadinya ovulasi atau masa subur
6. Androgen adrenal
Merangsang
kelenjar keringat berlebihan yang menyebabkan munculnya jerawat (Wylie,
Linda.2011)
2.1.5
Pubertas
Pubertas yaitu dimulainya kehidupan seksual dewasa, sedangkan menarke
dimulainya menstruasi. Periode pubertas terjadi karena kenaikan sekresi hormon
gonadotropin oleh hipofise yang perlahan. Dimulai pada tahun ke-8 dari
kehidupan dan mencapai puncak pada saat terjadi menstruasi pada usia 11-16
tahun.
Pada wanita, kelenjar hipofise dan ovarium akan mampu menjalankan fungsi
penuh apabila dirangsang secara tepat. Timbulnya pubertas dirangsang oleh
beberapa proses pematangan yang berlangsung di daerah otak yaitu hipotalamus
dan system limbic ditandai dengan,
1.
Peningkatan sekresi estrogen pada
pubertas.
2.
Variasi siklus seksual bulanan.
3.
Peningkatan sekresi estrogen
lebih lanjut selama beberapa tahun pertama dari kehidupan seksual.
4.
Terjadinya penurunan progresif
dari sekresi estrogen menjelang akhir kehidupan seksual.
5.
Hampir tidak ada sekresi estrogen
dan progesteron sesudah menopause. (Syaifudin. 2006)
2.1.6
Menopouse
Pada usia 45
sampai 50 tahun, siklus seksual biasanya menjadi tidak teratur dan ovulasi
tidak terjadi selama beberapa siklus sesudah beberapa bulan sampai beberapa
tahun, dan siklus terhenti sama sekali. Hormon – hormon kelamin wanita
menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada, disebut sebagai menopause.Penyebabnya
menopause adalah matinya ovarium.Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita
kira – kira 400 folikel premordial, tumbuh menjadi folikel vesikular, dan
berovulasi, sementara ratusan ribu ovum berdegenerasi.
Ketika produksi estrogen turun di
bawah nilai kritis, estrogen tidak lagi dapat menghambat produksi FSH dan LH,
juga tidak dapat merangsang lonjakan LH dan FSH untuk menimbulkan ovulasi.
2.2
Anatomi dan Fisiologi Mammae (Payudara Wanita)
Payudara
adalah pelengkap organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Buah
dada terletak dalam fasia superfisialis di daerah antara sternum dan aksila,
melebar dari iga kedua sampai iga ketujuh. Bagian tengah terdapat putting susu
yang dikelillingi oleh areola mamae yang berwarna cokelat. Dekat dasar putting
terdapat kelenjar Montgomeri yang mengeluarkan zat lemak supaya putting tetap
lemas. Putting mempunyai lobang ± 15-20 untuk tempat saluran kelenjar susu.
Buah
dada terdiri dari bahan-bahan kelenjar susu (jaringan alveolar) tersusun atas
lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak, setiap
lobus bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air susu). Saluran limfe
sebagai pleksusu halus dalam ruang interlobular jaringan kelenjar bergabung
membentuk saluran lebih besar. (Syaifudin. 2006)
Pada
perempuan, perubahan dan perkembangan buah dada terjadi setelah masa remaja
atau pubertas karena terdapat penambahan jaringan kelenjar.Seorang wanita mulai
menstruasi pertama terjadi sedikit pembesaran buah dada disebabkan pengaruh
hormone estrogen dan progesterone yang dihasilkan ovarium, lama-kelamaan buah
dada berkembang penuh dan penimbunan lemak menimbulkan pembesaran yang
tetap.Pada masa menopause, lama-kelamaan ovarium berhenti berfungsi dan
jaringan buah dada mengerut.
Laktasi (pengeluaran air susu) terbagi dalam tahap :
1. Sekresi air susu.
Pada kehamilan minggu ke-16 mulai terjadi sekresi cairan bening dalam salran
kelenjar buah dada, yang disebut kolostrum yang kaya protein. Setelah bayi
lahir, pengeluaran kolostrum air susu dirangsang oleh hormone prolaktin.
2. Pengeluaran
air susu. Air susu mendapat rangsangan dari bayi supaya keluar secara normal
bergantung pada isapan bayi, mekanisme dalam buah dada berkontraksi memeras air
susu keluar dari alveoli masuk dalam saluran air susu.
Pada wanita kelenjar mamae mulai berkembang pada permulaan masa pubertas
(adolesens) pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi besar sebelah
lateral linea axilaris anterior/media sebelah cranial ruang interkostalis III
dan sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII. Kelenjar mamae terdapat di
atas bagian luar fasia torakalis superfisialis di daerah jaringan lemak
subkutis kea rah lateral sampai ke linea axilaris media. Medial melewati linea
media mencapai kelenjar mamae dari sisi yang lain, kea rah bawah mencapai
aksila (lipatan ketiak).
Kelenjar mamae menyebar di sekitar areola mamae dan mempunyai luas antara
15-24. Tiap lobus berbentuk pyramid dengan puncak mengarah ke areola mamae.
Masing-masing lobus dibatasi oleh septum yang terdiri dari jaringan fibrosa
yang padat, serat jaringan fibrosa yang terbentang dari kulit ke fasia
pektoralis yang menyebar diantara jaringan kelenjar. Tiap lobus kelenjar mamae
mempunyai saluran keluar yang disebut ductus lactiverus yang bermuara ke
papilla mamae, pada daerah areola mamae ductus lactiverus melebar disebut sinus
lactiverus. Di daerah terminalis lumen sinus ini mengecil dan bercabang-cabang
ke alveoli. Diantara jaringan kelenjar dan jaringan fibrosa ruangannya diisi
oleh jaringan lemak yang membentuk postur dari mamae sehingga permukaan
mamaeterlihat rata. Bagian dalam kelenjar mamae dapat dipisahkan dengan mudah
dari fasia dan kedudukan mamae mudah bergeser.
Pembuluh darah mamae berasal dari a. mamaria interna dan arteri toracalis
lateralis. Vena superfifialis mamae mempunyai banyak anastomosa bermuara ke V.
mamaria interna dan vena toracalis lateralis. Pembuluh limfe mamae meliputi :
1. Aliran
limfe superfisialis, 75% mengalir ke saluran toracalis lateralis berjalan
bersama arteri dan vena di lateral M. pectoralis mayor dan bermuara di N. XI
axilaris dan Nn. Supraclavicularis.
2. Aliran
limfe profunda mengalir ke dinding torak menembus M. pectoralis mayor bermuara
ke N. XI pektoralis sepanjang arteri dan vena mamaria interna.
3. Bagian
medial aliran limfe subkutan berhubungan antara kedua mamae bermuara ke N. XI
supraklavikularis.
Dua faktor yang diatur oleh jormonn dalam proses laktasi:
1. Produksi air
susu (prolaktin). Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakam suatu hormone
yang disekresi oleh glandula pituitaria anterior yang penting untuk memproduksi
air susu ibu. Kadar hormone ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama
kehamilan. Kerja hormon ini dihambat oleh plasenta, dengan lepasnya plasenta
pada proses kehamilan maka kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur
turun sampai pada tingkat terendah dan diaktifkannya prolaktin. Kenaikan
pasokan darah yang beredar lewat payudara dapat mensekresi bahan penting untuk
pembentukkan air susu, globulin, lemak dan molekul-molekul protein yang akan membengkakan
acini dan mendorong menuju tubuli laktiverus. Kenaikan kadar protein akan
menghambat ovulasi sehingga mempunyai fungsi kontrasepsi dan kadar prolaktin
paling tinggi pada malam hari.
2. Pengeluaran
air susu (oksitosin). Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari
sel-sel sekretorik ke papilla mamae:
a. Tekanan dari belakang.
Tekanan glanduli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli
yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli tersebut ke dalam
tubuli laktiverus dan isapan bayi akan memacu
sekresi air susu lebih banyak.
b.
Reflek neurohormonal.
Gerakan mengisap bayi akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam glandula pituitary
posterior. Akibat langsung dari reflex ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari
pituitaria posterior, disekitar alveoli akan berkontraksi mendorong air susu
masuk ke dalam vasa laktiver dengan demikian lebih banyak air susu mengalir ke
dalam ampula. Refleks ini dapat dihambat dengan adanya rasa sakit (mis. Jahitan
pada perineum), sekresi oksitosin juga akan menyebabkan otot uterus
berkontraksi dan membantu involusi
(kemunduran) uterus selama puerperium (nifas). (Syaifudin. 2006)
2.2.1
Perubahan-Perubahan
Selama Siklus Kehidupan
Pada
masa pubertas, pembesaran payudara terutama karena bertambahnya jaringan
kelenjar dan deposit jaringan lemak. Pada setiap siklus menstruasi, terjadi
perubahan-perubahan khusus dari pembesaran vaskular, pembesaran kelenjar pada
fase pramenstruasi yang diikuti dengan regresi kelenjar pada fase
post-menstruasi. Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara
mensekresi kolostrum, cairan encer, kekuningan, sampai kira-kira 3-4 hari
postpartum, dimana sekresi susu dimulai sebagai respons terhadap rangsangan
penyedotan dari bayi. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi dengan
hilangnya jaringan kelenjar.Pada menopause jaringan kelenjar lambat laun
menghilang, sehingga payudara menjadi kecil dan menggantung.
2.2.2
Keadaan-Keadaan
Jinak
1.
Infeksi
Infeksi-infeksi
bakterial sering terjadi pada postpartum semasa awal laktasi jika organisme
berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara melalui fisura pada
puting.Organisme yang paling sering menyebabkan infeksi adalah S. Aureus atau streptokok.Payudara
menjadi merah, panas jika disentuh, membengkak, dan nyeri
tekan.Gejala-gejalanya berupa demam tinggi, menggigil, dan malaise.Penanganan
berupa pemanasan lokal, antipiretik dan analgesik ringan, pengosongan payudara
berkala dengan terus memberikan ASI dan/atau memompa, dan terapi antibiotika
oral.Jika terjadi abses, pasien perlu masuk ke rumah sakit untuk mendapatkan
antibiotik intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase.Setiap
cairan aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan histologik untuk menyingkirkan
keganasan.
2. Trauma
Cedera
paling sering pada payudara adalah kontusio. Cedera ini dapat sembuh secara
spontan tetapi kadang-kadang mengakibatkan nekrosis lemak, yaitu massa yang
terasa keras dan bentuknyta tidak teratur dan kadang-kadang menyebabkan
retraksi kulit. Oleh karena itu perlu untuk menyingkirkan adanya karsinoma jika
terjadi lesi seperti ini.
3. Fibroadenoma
Fibroadenoma
adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan konsistensi padat
kenyal.Penanganan fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan
tumor.Spesimen diperiksa untuk menyingkirkan adanya keganasan.Sistosarkoma
filoides merupakan salah satu tipe dari fibroadenoma yang dapat kambuh jika
tidak diangkat dengan sempurna.
4. Papiloma Intraduktal
Papiloma
yang terjadi pada duktus papilaris biasanya terlalu kecil untuk dipalpasi tapi
sering menyebabkan keluarnya cairan serosanguinosa atau berdarah dari puting
susu. Apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal dari pputing,
khususnya jika bersifat serosanguinosa, perlu ditentukan dan keganasan harus
disingkirkan.Penanganan berupa pembedahan eksisi dari duktus yang terkena.
2.2.3
Penyakit
Fibrokistik Payudara
Ada sejumlah
perubahan jaringan payudara yng berhubungan dengan penyakit fibrokistik.Yang
termasuk didalamnya adalah pembentukan kista, proliferasi duktus epitelial,
papilomatosis difusa, dan adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa.
Secara klinis, perubahan-perubahan ini dapat menimbulkan nodula yang teraba,
massa, dan keluarnya cairan dari puting. Penyakit fibrokistik payudara terjadi
pada masa dewasa; sebabnya kemungkinan besar berhubungan dengan kelebihan
estrogen dan defisiensi progesteron selama fase luteal dari siklus
menstruasi.Sekitar 50% wanita mengalami penyakit fibrokistik payudara.Keadaan
ini biasanya terjadi bilateral.
Gejala-gejalanya
berupa pembengkakan dan ketegangan payudara menjelang periode menstruasi.
Tanda-tandanya adalah teraba massa yang bergerak bebas payudara, dan
kadang-kadang keluar cairan yang tidak berdarah dari puting. Banyak wanita
tidak mengeluhkan gejala dan baru mencari pemeriksaan kesehatan setelah meraba
adanya massa.
Penanganannya
adalah meredakan gejala nyeri payudara dengan analgesik ringan dan pemanasan
lokal.Perbaikan dapat dicapai dengan menghindari kopi, teh, kola, dan coklat
(mengandung metilxantin); keju, anggur minuman, kacang-kacangan, jamur, dan
pisang (mengandung tiramin); dan tembakau (mengandung nikotin).Kira-kira 30%
wanita dengan penyakit fibrokistik yang terbukti dengan biopsi mengalami
hiperplasia proliferatif, yang meningkatkan risiko kanker payudara hingga tiga
kali risiko pada umumnya.Masalah utama pada klinisis adalah membedakan masa
yang disebabkan penyakit fibrokistik dengan keganasan.
2.3
Ca Mammae
2.3.1
Definisi
Kanker
payudara adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang
menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono,
2006).
Kanker
payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker
bisa tumbuh di dalam jaringan susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).
2.3.2
Klasifikasi
Berdasarkan
WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Non
invasive karsinoma
Non invasive karsinoma adalah kanker
yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar
atau menyusap keluar dari tempat asalnya. Non invasive karsinoma dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Non
invasive ductal karsinoma.
b. Lobular
karsinoma in situ.
2. Invasive
karsinoma
Invasive karsinoma adalah kanker yang
telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada
payudara) maupun metastasik (menyebar ke bagian tubuh lainnya).Sekitar 80%
kanker payudara invasive adalah kanker ductal dan 10% adalah kanker lobuler.
Invasive karsinoma terdapat beberapa jenis, diantara lain:
a. Invasive
ductal karsinoma
1) Papilobular
karsinoma
2) Solid
tubular karsinoma
3) Scirrhous
karsinoma
4) Special
types
5) Mucinous
karsinoma
6) Medulare
karsinoma
b. Invasive
lobular karsinoma
1) Adenoid
systic karsinoma
2) Karsinoma
sel squamous
3) Karsinoma
sel spindle
4) Apocrine
karsinoma
5) Karsinoma
dengan metaplasia kartilago atau asseus metaplasia.
6) Tubular
karsinoma
7) Sekretori
karsinoma
3. Paget’s
disease
Paget’s disease adalah suatu kanker
kuit yang jarang terjadi yang menyerupai dermatitis (peradangan pada kulit
berupa bercak keerahan dan berasal dari kelenjar di dalam atau dibawah kulit).
Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara, sehingga kanker ini
biasanya ditemukan di sekitar putting susu.
2.3.3
Etiologi
Beberapa factor
etiologi pada karsinoma mammae dalam kalangan oncologist (Muchlis Ramli, dkk,
2000) di antaranya :
1.
Umur > 30 tahun,
bertambah besar sampai usia 50 tahun dan setelah menopause
2.
Tidak kawin/nulipara setelah 35
tahun risikonya 2 kali lebih besar
3.
Anak pertama lahir serelah usia 35 tahun
4.
Menarche kurang aari 12
tahun risikonya 1,7-3,4 kali lebih tinggi dari pada wanita dengan menarche yang
dating pada suia normal atau lebih dari 12 tahun.
5.
Menopause dating terlambat lebih
dari 55 tahun, risikonya 2,5-5 kali lebih tinggi
6.
Pernah mengalami infeksi,
trauma atau operasi tumor jinak payudara risikonya 3-9 kali lebih besar
7.
Adanya kanker payudara
kontralateral, risikonya 3-9 kali lebih besar
8.
Pernah mengalami
operasi ginekologis-tumor ovarium, riskonya 3-4 kali lebih intggi
9.
Radiasi dinding dada
risikonya 2-3 kali lebih besar
10. Riwayatkeluarga
ada yang menderita kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara
perempuan, adik/kakak, risikonya 2-3 kali lebih tinggi.
11. Kontrasepsi
oral pada penderita tumor payudara jinak
seperti kelainan fibrokistik yang ganas akan meningkatkan risiko untuk mendapat
kanker payudara 11 kali lebih tinggi.
2.3.4
Manifestasi Klinis
Keluhan
penderita kanker payudara (Lab. UPF Bedah RSDS, 1984):
1.
Mungkin tidak ada
2.
Tumor mammae umumny
atidak nyeri
3.
Ulkus/perdarahan dari
ulkus
4.
Erosi putting susu
5.
Perdarahan.keluar
cairan dari putting susu
6.
Nyeri pada payudara
7.
Kelainan bentuk payu
dara
8.
Keluhan karena
metastase
2.3.5
Patofisiologi
Payudara mengalami tiga macam
perubahan yang dipengaruhi hormon.Perubahan pertama ialah mulai dari mada hidup
anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan
menopause.Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi
ovarium dan hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya
asinus.Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.Sekitar hari
ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal.Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri
dan tidak rata.Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin
dilakukan.Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammografi tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar.Begitu haid mulai semuanya berkurang.Perubahan
ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui.Pada kehamilan, payudara menjadi
besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh
duktus baru.Sekresi hormon prolaktin dan hipofisis anterior memicu laktasi. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus keputingsusu.
Kanker payudara berasal dari
jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal.Mula-mula
terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan
berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat teraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran
seperti itu, kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma, berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara.Karsinoma payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya, Sebagaimana sel-sel tubuh kita yang asli. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu bahan asing yang masuk ke dalam tubuh kita, diantaranya pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan, atau karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai di dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma non-invasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis ataupun daerah kulit yang menimbulkan perlengketan-perlengketan.Pada kondisi demikian, tumor dikategorikan stadium lanjut inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler membesar.Kemudian melalui pembuluh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara lain paru, hati, tulang dan otak.Akan tetapi dari penelitian para pakar, mikrometastasis pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului penyebaran limfogen.Sel-sel kanker dan racun-racun yang dihasilkannya dapat menyebar ke seluruh tubuh kita seperti tulang, paru-paru, dan liver tanpa disadari oleh penderita.Karenanya tidak mengherankan jika pada penderita kanker payudara ditemukan benjolan di ketiak atau benjolan kelenjar getah bening lainnya.Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai kankermetastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari aktifitas gen T-Supresor atau sering disebut dengan p53. Meskipun mutasi p53 umumnya terjadi pada kanker payudara berat, namun hanya sedikit yang dapat diidentifikasi pada kanker payudara berat in situ (kanker payudara intraduktal). Penelitian yang paling sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel yang menjadi tidak terkendali.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma, berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara.Karsinoma payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya, Sebagaimana sel-sel tubuh kita yang asli. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu bahan asing yang masuk ke dalam tubuh kita, diantaranya pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan, atau karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai di dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma non-invasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis ataupun daerah kulit yang menimbulkan perlengketan-perlengketan.Pada kondisi demikian, tumor dikategorikan stadium lanjut inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler membesar.Kemudian melalui pembuluh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara lain paru, hati, tulang dan otak.Akan tetapi dari penelitian para pakar, mikrometastasis pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului penyebaran limfogen.Sel-sel kanker dan racun-racun yang dihasilkannya dapat menyebar ke seluruh tubuh kita seperti tulang, paru-paru, dan liver tanpa disadari oleh penderita.Karenanya tidak mengherankan jika pada penderita kanker payudara ditemukan benjolan di ketiak atau benjolan kelenjar getah bening lainnya.Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai kankermetastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari aktifitas gen T-Supresor atau sering disebut dengan p53. Meskipun mutasi p53 umumnya terjadi pada kanker payudara berat, namun hanya sedikit yang dapat diidentifikasi pada kanker payudara berat in situ (kanker payudara intraduktal). Penelitian yang paling sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel yang menjadi tidak terkendali.
2.3.6
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Dasar
diagnosis karsinoma mammae :
2. Dasar
diagnosis klinis, tumor pada mamae yang tumbuh progtresif dengan tanda-tanda
infiltrasi dan atau metastase
3. Dasar
diagnostic patologi, tumor dengan tanda-tanda keganasan
4. Pemeriksaan
:
a. pemeriksaan
klinis
b. pemeriksaan
penunjang klinis
c. pemeriksaan
sitologis/patologis.
2.3.7
Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pencegahan pada tahap ini dilakukan
dengan bentuk promosi kesehatan seperti penyuluhan.
2. Pencegahan sekunder
Dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk
terkena kanker payudara.Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi
dini atau dengan melakukan skrinning.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan testier biasanya
diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara.Pencegahan
tersier dilakukan dengan melakukan tindakan pengobatan dan mencegah komplikasi
lebih lanjut. (Suryantoro,2009)
2.3.8
Penatalaksanaan
1. Terapi
kuratif :
Untuk kanker mamma
stadium 0,I,II dan III
Terapi
utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative tomoorektomi + diseksi
aksila
a. Terapi
ajuvan, :
1) Radioterapi
paska bedah 4000-6000 rads
2) Kemoterapi
untuk pra menopause dengan CMF (Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14,
methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke -1
siklus diulangi tiap 4 minggu dan flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP
(Cyclophosphamide 500 mg/m2 hari ke 1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan
flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.
3) Hormon
terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-2 tahun
b. Terapi
bantuan, roboransia.
c. Terapi
sekunder bila perlu
d. Terapi
komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan (fisioterapi)
2. Terapi
paliatif
Untuk kanker mamma
stadium III B dan Iv :
a. Terapi
utama
1) Pramenopause,
bilateral ovariedektomi
2) Pasca
menopause ; 1) hormone resptor positif (takmosifen) dan hormone resptor
negative (kemoterapu dengan CMF atau CAF).
b. Terapi
ajuvan
1) Operable
(mastektomi simple)
2) Inoperable
(radioterapi)
kanker mamae
inoperative :
a) tumor
melekat pada dinding thoraks
b) odema
lengan
c) nodul
satelit yang luas
d) mastitis
karsionamtosa
c. Terapi
bantuan ; roboransia
d. Terapi
komplikasi , bila ada :
1) patah,
reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah.
2) Odema
lengan : deuretik, pneumatic sleeve, operasi tranposisi omentum atau kondoleon.
3) Efusion
pleura, aspirasi cairan atau drainase bullae, bleomisin 30 mg dan teramisin
1000 mg, intra pleura.
4) Hiperkalsemia
: deuretika dan rehidrasi, kortikosteroid, mitramisin ¼-1/2 mg/kg BB IV.
5) Nyeri,
terapi nyeri sesuai WHO.
6) Borok,
perawatan borok.
e. Terapi
sekunder, bila ada
2.4
Ca Serviks
2.4.1
Definisi
Servikal Intraepitelyal Neoplasma atau
Displasia Serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker serviks adalah penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
disekitarnya (Baughman,
Diane C. 2000)
Kanker serviks atau
yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh
didalam leher ramih atau serviks yang merupakan bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker serviks terdapat sekelompok
jaringan yang tumbuh secara terus-menerus yang tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di
sekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Calvo, Manuel Ortega et al. 2012)
Kanker Serviks adalah
pertumbuhan sel-sel mulut rahim atau serviks yang abnormal dimana sel-sel ini
mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.Kanker ini hanya
menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah
melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.Biasanya kanker ini
menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita yang
berusia 35 - 55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang muda pun dapat
menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.(Doenges
E, Marilynn, 2005)
2.4.2
Klasifikasi
1. Klasifikasi
Menurut Tingkat Kriteria
a.
Tahap 0
Kanker
insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
b.
Tahap I
Karsinoma
yang benar - benar berada dalam serviks.Proses terbatas pada serviks walaupun
ada perluasan ke korpus uteri.
c.
Tahap IA
Karsinoma
mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh
limfa atau pembuluh darah.
d.
Tahap IB
Secara
klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik dan menunjukkan invasi serviks
uteri.
e.
Tahap II
Kanker
vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina (bukan
sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau
kedua sisi.
f.
Tahap IIA
Penyebarah
hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.
g.
Tahap IIB
Penyebaran
keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada dinding panggul.
h.
Tahap III
Kanker
mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telahmeluas kesalah satu atau kedua
dinding panggul.Penyakitnodus limfe yang teraba tidak merata pada
dinding panggul.Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter
tersumbat oleh tumor.
i.
Tahap IIIA
Penyebaran
sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke parametrium tidak
dipersoalkan.
j.
Tahap
IIIB
Penyebaran
sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi
antara tumor dengan dinding panggul (frozen
pelvic) atau proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada
gangguan faal ginjal.
k.
Tahap IV
Proses
keganasan telah keluar dari panggul kecil danmelibatkan mukosa rektum dan atau
kandang kemih(dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasiskeluar
paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
l.
Tahap IVA
Proses
sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektrum
dan atau kandung kemih.
m.
Tahap IVB : Telah
terjadi penyebaran ke organ lain.
2. Klasifikasi
Menurut Perkembangan Sel
a.
Mikroskopis
1) Displasia
Displasia
ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermi hampir tdk dapat dibedakan dengan karsinoma
insitu.
2) Stadium Karsinoma Insitu
Pada
karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3) Stadium Karsionoma Mikroinvasif
Pada
karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat
juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak
lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kangker.
4) Stadium Karsinoma Invasif
Pada
karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk
sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
b.
Makrokopis
1) Stadium
Preklinis
Tidak dapat
dibedakan dengan servisitis kronik biasa.
2) Stadium
Permulaan
Sering
tampak sebagian lesi sekitar osteum externum.
3) Stadium
Setengah Lanjut
Telah mengenai
sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
4) Stadium
Lanjut
Telah
bermetastase dibagian organ lain di seluruh tubuh.
2.4.3
Epidemiologi
Kanker serviks mash menjadi penyebab
kesakitan dan kematian di seluruh dunia dan merupakan kanker ke-2 terbanyak yan
terjadi pada wanita (Volgareva et al.,
2004; Skiba et al, 2006). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru tiap tahun
dan sekitar 350 klien meninggal karena penyakit ini (Skiba et al., 2006). Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penyakit ini
telah merenggut lebih dari 250.000 perempuan di dunia dan terdapat lebih 15.000
kasus kanker serviks baru, merenggut 8000 kematian di Indonesia setiap tahunnya.
Pada tahun 2012 ada 6838 perempuan yang melakukan pemeriksaan papsmear, dimana
diketahui 4170 orang dengan hasil normal dan 2668 orang terdiagnosa kanker
serviks. (Baughman,
Diane C. 2000)
Megingat beratnya akibat yang
ditimbulkan oleh kanker serviks dipandang dari segi harapan hidup, lamanya
penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan, sudah sepatutnya apabila kita
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap penyakit yang sudah terlalu
banyak memakan banyak korban, dan segala aspek yang berkaitan dengan penyakit
tersebut serta upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan, seperti halnya
pemeriksaan papsmear yang dilakukan setiap tahun walaupun tidak ada gejala
kanker. (Yatim Faisal. 2008)
Masih tingginya angka penderita kanker
di Indonesia disebabkan karena penyakit ini tidak menimbukkan gejala dan
rendahnya kesadaran wanita untuk memeriksakan kesehatan dirinya. Untuk itu
penulis tertarik untuk membahas penyakit ini lebih dalam lagi untuk memberikan informasi agar dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya wanita.
2.4.4
Etiologi
Infeksi
human papiloma virus atau HPV atau Virus Papiloma manusia dapat terjadi pada
perempuan usia subur. HPV ditularkan melalui hubungan seks dan ditemukan pada
95% kasus kanker leher rahim.Infeksi HVP dapat menetap dan berkembang menjadi
displasia atau sembuh secara sempurna.
Ada ratusan
tipe HVP yang digolongkan menjadi dua, yaitu HVP risiko tinggi (onkogenik),
yang utamanya tipe 16, 18 dan 31, 33, 45, 52, 58, dan HVP resiko rendah (non
onkogenik) yaitu HPV tipe 6, 11, 32, dan sebagainya. Tipe 16 dan 18 merupakan
tipe kanker serviks.
Peroses
terjadinya kanker leher rahim berhubungan erat dengan proses metaplasia.
Masuknya mutagen (bahan-bahan yang dapat mengubah peragai sel secara genetik)
pada saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi
ganas.Perubahan ini biasanya terjadi di zona tranformasi.Sel yang mengalami
mutasi disebut sel displastik dan kelainan epitelnya disebut dipslasia
(Neoplasia Intra-epitel Serviks/NIS).
Perkembangan
kanker leher rahim dimulai dari displasia (ringan, sedang dan berat). Lesi
displasia sering disebut “lesi pra-kanker”, yaitu kelainan pertumbuhan sel yang
perkembangannya sangat lamban. Displasia kemudian berkembang menjadi
karsinoma in-situ (kanker belum menyebar), dan akhirnya menjadi karsinoma
invasif (kaker yang dapat menyebar).Perkembnagan dari diplasia menjadi kanker
membutuhkan waktu bertahun tahun (7-15 tahun).
Adapun
faktor resiko lain penyebab terjadinya kanker serviks antara lain;
1. Umur Pertama
Kali Melakukan Hubungan Seksual
Penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar
mendapat kanker serviks. Menikah pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu
muda.
2. Jumlah
Kehamilan dan Partus
Kanker
serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.Semakin sering partus
semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah
Perkawinan
Wanita yang
sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor
resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Sosial
Ekonomi
Karsinoma
serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor
sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
5. Merokok dan
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan
merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh
terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian
menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai
pencetus terbentuknya kanker serviks.
6. Berganti
pasangan seksual dan tanpa menggunakan kondom
7. Riwayat
infeksi didaerah kelamin dan radang panggul. Infeksi menular seksual (IMS)
dapat menjadi peluang meningkatnya risiko terkena kanker leher rahim. (Yatim Faisal. 2008)
2.4.5
Manifetasi Klinis
Gejala
muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup
ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk kanker
serviks ini, namun ada beberapa tanda yang dapat mengindentifikasikan
terjadinya kanker serviks antara lain;
1. Perdarahan
vagina abnormal (lebih lama dan lebih banyak) dan dapat berkembang menjadi
ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu ada.
2. Nyeri
abdomen dan punggung bagian bawah.
3. Nyeri dan perdarahan saat berhubungan intim.
4. Keputihan
yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung
darah atau hitam serta bau busuk.
5. Gejala
kanker serviks stadium lanjut yakni nafsu makan berkurang (anoreksia),
penurunan berat badan, dan kelelahan.(Baughman,
Diane C. 2000).
2.4.6
Patofisilogi
Karsinoma
serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (parsial) dan
endoserviks kanalik serviks yang disebut Squamo Columnar Junction (SCJ).Pada
wanita muda SCJ ini berada di luar ostium uteri eksterneum, sedang wanita
berumur > 35 tahun SCJ berada didalam kanalis serviks.Pada awal
perkembangannya kanker serviks tak memberi tanda-tanda atau keluhan.Pada
pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang erosif (Metaplasia
Skuamosa) yang fisiologi atau patologik.
Tumor dapat
tumbuh eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke
dalam serviks dan cenderung utuh mengadakan infiltrasi menjadi ulkus, ulseratif
cenderung merusak jarinan serviks dengan melibatkan awal farniase vagina
menjadi ulkus yang luas.
Serviks yang
normal, secara alami mengalami proses metaplasi (erasio) akibat saling desak
mendesaknya kedua jenis epital yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio
yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula faali/fisiologik dapat berubah
menjadi patologik (displatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan
KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau
invasif, proses keganasan akan berjalan terus.
Periode
laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya
fase prainvasif berkisar antara 3-10 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan
epitel displatik serviks secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya
regresi spontan dengan pengobatan/tanpa diobati itu dikenal dengan unitarian
concept dari Richart. Histopatologik sebagian terbesar (95-97%) berupa
epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell
carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah sarkoma. (Baughman, Diane C. 2000)
2.4.7
Pemeriksaan
Diagnostik
1. Sitologi
Pemeriksaan
ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous (tes PAP) sangat bermanfaat untuk
mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan
dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat
dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis
secara histologik.
2. Kolposkopi
Kolposkopi
adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang dapat
disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya
didalamnya (pembesaran 6 - 40 kali).Kalau pemeriksaan sitologi menilai
perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi
menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan
biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
3. Biopsi
Biopsi
dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat) terlihat seluruhnya
dengan kolposkopi.Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat
sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh
jaringan diambil secara konisasi.Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat
biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
4. Konisasi
Konosasi
serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga
yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus), dengan kanalis servikalis sebagai
sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan
dengan kuretase.Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan
kolposkopi.
Jika
karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan
tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium
5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan
tes positif ( daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol). Konikasi
diagnostik dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
a.
Proses dicurigai berada
di endoserviks.
b.
Lesi tidak tampak
seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
c.
Diagnostik mikroinvasi
ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
d.
Ada kesenjangan antara
hasil sitologi dan histopatologik.
2.4.8
Penatalaksanaan
1. Irradiasi
a.
Dapat dipakai untuk semua stadium.
b.
Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua
dan pada medical risk.
c.
Tidak menyebabkan kematian seperti
operasi.
d.
Penyinaran ditujukan pada jaringan
karsinoma yang terletak diserviks.
e.
Komplikasi irradiasi
1) Kerentanan
kandungan kencing
2) Diarrhea
3) Perdarahan
rectal
4) Fistula
vesico atau rectovaginalis
2. Operasi
Operasi
Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II dan operasi Schauta,
histerektomi vagina yang radikal.
a.
Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan
nitrogen cair dimasukkan kedalam Vagina dan leher rahim. Cara ini dapat
membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukanya. Cryosurgery digunakan untuk
mengobati kanker serviks yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), bukan
kanker invasif yang telah menyebar keluar leher rahim.
b.
Bedah Laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser
untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk
dipelajari.Pembedahan laser hanya di gunakan sebagai pengobatan kanker serviks
pra-invasif (stadium 0).
c.
Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan
di angkat dari leher rahim. Pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah, laser
atau kawat tipis yang di panaskan oleh listrik.Pendekatan ini dapat digunakan
untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (stadium 0 atau 1).
d.
Histerektomi
1)
Histerektomi sederhana
Cara kerja metode ini adalah mengankat rahim, tetapi
tidak mencangkup jaringan yang berada didekatnya.Vagina maupun kelenjar getah
bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi
dibagian depan perut atau melalui vagina.
Setelah dilakukan operasi ini, seorang wanita tidak
bisa hamil.Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks
stadium 5 awal (stadium 1) dan mengobati kanker stadium prakanker (stadium
0) jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi.
2)
Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar
getah bening panggul
Pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh
rahim, jaringan di dekatnya, Vagina bagian atas yang berbatasan dengan leher
rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Opersi
ini paling sering di lakukan melalui pemotongan bagian depan perut, bukan
dilakukan melalui vagina.
e.
Trachlektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachlektomi
radikal memungkinkan wanita muda dengan kanker stadium awal dapat di obati dan
masih dapat mempunyai anak.Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian
atas Vagina, kemudian meletkkanya pada jahitan berbentuk kantong yang bertindak
sebagai pembukaan leher rahim didalam rahim.Kelenjar getah bening didekatnya
juga di angkat.Opersi ini bisa dilakukan melalui vagina atau perut.Setelah
operasi ini, beberapa wanita dapat mengalami kehamilan jangka panjang dan
melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caecar.Resiko terjadinya kekambuhan
kanker sesudah pengobatn ini cukup rendah.
f.
Ekstenterasi
Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan
vagina dan perut, pada opersi jenis ini juga dilakukan pengangkatan kandung
kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar.Operasi ini dilakukan saat kanker
serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya.Diperlukan waktu enam
bualan atau lebih untuk pulih dari opersi radikal ini.Namun, wanita yang pernah
menjalni opersi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan bahagia dan
produktif.
3. Kombinasi
(Irradasi dan Pembedahan)
Tidak
dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, odema.Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah
penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
4. Radioterapi
Pada pengobatan kanker serviks, radioterpi ditetapkan dengan
melakukan radiasi eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterpi dosis
rendah.Untuk jenis pengobatan radiasi internal, zat radioaktif dimasukkan
kedalam silinder didalam vagina.Kadang-kadang, bahan-bahan radioaktif ini
ditempatkan kedalam jarum tipis yang dimasukkan langsung kadalam tumor.
5. Kemoterapi
Kemoterapi adalah
penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.Biasanya obat-obatan
tersebut di berikan melalui infus kedalam pembuluh darah atu melalui mulut.
Setelah obat masuk kealiran darah, maka akan menyebar keseluruh tubuh.
Terkadang, ada beberapa obat yang diberikan dalam satu waktu.
6. Pengobatan berdasarkan stadiumnya
a. Stadium Pra Kanker (Stadium I)
Stadium prakanker
hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi.Apabila pasien
massih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone
biopsy.
b. Kanker
(Stadium I dan II)
Apabila ukuran tumor kurang
dari 4 cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau radioterapi dengan atau
tampa kometerapi.Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi
dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, atau kometerapi berbasis
cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.
c. Stadium
Lanjut (Staduim II Akhir – Stadium 4 Awal)
Kanker serviks pada stadium ini dapat
diobati dengan radioterapi dan kometerapi berbasis cisplatin. Pada stadium
sangat lanjut(stadium IV akhir),dokter dapat mempertimbangkan kometerapi dengan
kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.
Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuan
pengobatan selanjutnya adalah mengangkat atau menghanjurkan sebanyak mungkin
sel-sel kanker.Biasanyaa dilakukan pengobatan yang bersifat paliatif-ditujukan
untuk mengurangi gejala-gejala.
7. Pasca
Pengobatan
a.
Setelah pengobatan selesai,
dibutuhkan pemeriksaan berkala dengan teratur dan mungkin diperluakn
pemeriksaan radiologis atau scan bila terjadi masalah pada fisik atau efek
samping pengobatan yang terus berlangsung.
b.
Perlu diberi penyuluhan mengenai
“penyesuaian kehidupan sesudah kanker” yang berisi nasihat nasihat untuk
menjaga kesehatan dan lain sebagainya
c.
Pada tindakan histerektomi dan kedua
indung telur diangkat, atau radioterapi di daerah panggul, akan terjadi
menopause dini. Radioterapi daerah panggul dapat menyebabkan vagina
menjadi lebih sempit sempith sehingga ada kesulitan dan ketidak nyamanan dalam
hubungan seks. Untuk menjaga kelentura otot-otot vagian dapat digunakan krim
hormon, dilator vagina atau melakukan hubungan seks secara teratur.
d.
Hubungan seks setelah terapi kenker
sangat aman. Seks tidak akan membuat kanker timbul kembali dan pasanagn tidak
akan tertular kanker. Namun untuk beberapa minggu pangan perlu berhati-hati dan
se rileks mungkin sebelum kembali ke kehidupan seksual normal.
2.5
Promosi Kesehatan Prosedur Skrining Berkala Ca Mammae:
SADARI
Skrining adalah tes dan pemeriksaan
untuk menemukan kanker pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala
kanker. Skrining sangat baik dilakukan pada wanita atau pria yang memiliki
faktor risiko untuk kanker payudara, kanker serviks.
Test skrining dapat dilakukan dengan
cara :
1. Pertanyaan/kuesioner
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. X-ray, termasuk diagnostic imaging
Syarat-syarat skrining :
1.
Penyakit harus merupakan masalah kesehatan yang penting
2.
Harus ada cara pengobatan yang efektif
3.
Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis
4.
Diketahui stadium prepatogenesis dan pathogenesis
5.
Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit
ketidaknyamanan, dapat diterima oleh masyarakat
6. Telah dimengerti riwayat alamiah
penyakit
7. Harus ada Policy yang jelas
8. Biaya harus seimbang, biaya skrining
harus sesuai dengan hilangnya konsekuaensi kesehatan.
2.5.1 Langkah-langkah pemeriksaan
Langkah 1: Mulai dengan
melihat payudara anda di cermin dengan posisi
pundak tegap dan kedua tangan di pinggang.
Langkah 2: Sekarang, angkat tangan anda dan
amati jika ada perubahan-perubahan yang telah disebut pada langkah pertama.
Langkah 3: Saat anda bercermin, anda cermati
apakah ada cairan yang keluar dari kedua putting (baik itu cairan bening,
seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah).
|
Langkah 4: Berikutnya, rasakan
payudara anda dengan cara berbaring. Gunakan pijatan pelan namun mantap (tapi
bukan keras) dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi
ujung jari datar terhadap permukaan payudara.Gunakan gerakan memutar, Pijat
seluruh payudara anda dari atas sampai bawah, kiri kanan, dari tulang pundak
sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai belahan payudara.Anda juga
dapat membuat gerak naik turun.Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan
tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara, dan pijatan
kuat untuk jaringan bagian dalam.Saat anda mencapai jaringan bagian dalam, anda
harus dapat merasakan tulang iga anda.
1. Mammografi
Pemeriksaan mammografi tahunan hasilnya disebut mammogram, diberikan secara rutin untuk
orang-orang yang sehat dan tidak diduga mengalami kanker payudara.Tujuannya
adalah untuk menemukan kanker payudara sedini mungkin sebelum gejala kanker
berkembang dan biasanya lebih mudah untuk ditangani.
(Alhamsyah,2009)
Mamografi
dilakukan bila ada indikasi, sebagai berikut:
a. Skrining pada wanita yang mempunyai
faktor resiko tinggi untuk mendapat kanker payudara.
b. Jika massa / benjolan yang teraba
pada payudara tidak jelas.
c. Jika dokter meraba adanya benjolan
pada kelenjar getah bening aksila (ketiak) dan supra klavikula (diatas tulang
klavikula / leher) walaupun tidak disertai terabanya massa / benjolan pada
payudara.
d. Untuk usia 40 - 50 tahun dilakukan 2
tahun sekali, sedangkan lebih dari 50 tahun dilakukan setahun sekali
(Nawasasi,2006)
2. Ultrasonografi (USG)
USG payudara adalah pemeriksaan
payudara menggunakan gelombang suara.USG dapat membedakan benjolan berupa tumor
padat atau kista. USG biasa digunakan untuk mengevaluasi masalah payudara yang
tampak pada mammogram dan lebih direkomendasikan pada wanita usia muda (di
bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan
untuk deteksi kanker payudara.Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi,
kelainan pada payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.
USG saat ini cukup banyak dilakukan
karena tidak bersifat invasif dan tidak semahal pemeriksaan lainnya.Tetapi, efektifitas
pemeriksaan USG sangat tergantung dari pengalaman dan keahlian operator.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Untuk wanita dengan risiko tinggi
kanker payudara, pemeriksaan MRI direkomendasikan bersama dengan mammografi
tahunan.MRI menggunakan magnet dan gelombang radio untuk memproduksi gambar
irisan tubuh. Pemeriksaan MRI akan jaruh lebih bermanfaat bila menggunakan zat
kontras.
MRI merupakan alat deteksi kanker
yang lebih sensitif dari mammografi, tetapi MRI memiliki nilai positif palsu
yang lebih tinggi, maksudnya sering muncul gambaran kelainan payudara yang
ternyata bukan kanker.Itu sebabnya MRI tidak direkomendasikan sebagai alat
skrining untuk wanita tanpa risiko tinggi kanker payudara.
4. PET Scan
Ini adalah pemeriksaan terbaru yang
dapat menggambarkan anatomi dan metabolisme sel kanker. Zat kontras disuntikkan
lewat vena dan akan diserap oleh sel kanker. Derajat penyerapan zat kontras
oleh sel kanker dapat menggambarkan derajat histologis dan potensi agresivitas
tumor. PET Scan tidak direkomendasikan untuk skrining rutin kanker payudara.
5. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel
jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli Patologi Anatomi. Jaringan akan
dilihat di bawah mikroskop sehingga dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker.Biopsi dilakukan ketika tes lainnya memberikan
indikasi kuat bahwa Anda terkena kanker payudara.
Terdapat beberapa cara biopsi :
a. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Biopsi
ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan tidak memerlukan persiapan
khusus.Jaringan diambil menggunakan jarum halus di area tumor.
Bila
tumor tidak mudah diraba, maka biopsy jarum halus dapat dilakukan dengan
tuntunan USG atau mammografi. Pemeriksaan ini mungkin agak nyeri dan dapat
menyebabkan memar ringan yang akan hilang dalam 1-2 hari. Karena jaringan yang
diambil hanya sedikit maka ada kemungkinan sel kanker tidak terambil sehingga
tidak terdeteksi.Pemeriksaan biopsi jarum halus saja memiliki kemungkinan
diagnosis meleset 10%.
b. Core Biopsy
Core
Biopsy sangat mirip dengan Biopsi Jarum Halus tetapi menggunakan jarum yang
lebih besar. Dengan bius lokal, dibuat irisan kecil di kulit payudara dan
sedikit jaringan payudara diambil.Pemeriksaan ini dapat menimbulkan nyeri
minimal.
Stereotactic biopsi: dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
Tidak memerlukan jahitan, dan hanya ada sedikit jaringan parut.Metode ini
biasanya mengangkat lebih banyak jaringan dari biopsi jarum inti.
Hasil core biopsy adalah jaringan
payudara sehingga lebih mudah diidentifikasi adanya kanker.Beberapa jenis
benjolan lebih cocok untuk didiagnosis dengan core biopsy karena bentuknya.
Hasil pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
atau Core Biopsy dapat berupa:
1) Tidak ada tanda kanker payudara.
2) Kemungkinan ada tanda kanker
payudara, yaitu terdapat sel-sel yang mencurigakan tetapi belum cukup jelas
untuk menegakkan diagnosis. Hasil ini lebih baik dilanjutkan dengan
biopsi bedah untuk mencapai diagnosis akhir.
3) Ditemukan sel kanker. Pada kasus
ini, wanita akan menjalani biopsi bedah yang dapat dilakukan dengan
pengangkatan seluruh kanker payudara.
c. Biopsi Bedah (open biopsy)
Bila seluruh pemeriksaan tidak
menghasilkan diagnosis pasti kanker, maka wanita akan dirujuk ke dokter
bedah untuk menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil pemeriksaan
sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak perlu dilakukan
biopsi bedah.
Kadang-kadang
diperlukan operasi untuk mengangkat semua atau sebagian benjolan sehingga dapat
dilihat di bawah mikroskop. Seluruh massa serta beberapa jaringan normal di
sekitarnya dapat diambil keluar. Hal ini dapat dilakukan sambil rawat jalan dan
menggunakan anestesi lokal.
Jaringan yang telah
diangkat melalui biopsi akan diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi untuk
melihat apakah itu jinak (bukan kanker) atau kanker. Jika tidak kanker, maka
tidak ada perlakuan yang lebih diperlukan.Jika kanker, biopsi dapat membantu
untuk memberitahu jenis kanker dan menunjukkan apakah kankernya invasif atau
tidak.
Dokter bedah akan menjelaskan
pilihan terapi kepada pasien. Untuk tumor yang berukuran kecil, biopsi bedah
biasanya sekaligus dengan mengangkat tumor seluruhnya.Dengan begitu, ahli
patologi dapat memeriksa dan lebih meudah menentukan ada tidaknya kanker. Bekas
luka biopsi akan dijahit. Hasil biopsi akan diketahui 5-7 hari setelah operasi.
2.5.3 Stage atau Stadium/Tahap Kanker Payudara:
1.
Stage 0: tahap sel Kanker payudara tetap di dalam kelenjar
payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.
2.
Stage I: adalah 2 cm atau kurang dan batas yang jelas
(Kelenjar getah bening normal).
3.
Stage IIA: tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel
kanker ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak, ATAU tumor dengan ukuran 2 cm
atau kurang dan telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak/aksiller, ATAU
tumor yang lebih besar dari 2 tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum
menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
4.
Stage IIB: tumor yang lebih besar dari 2 cm, namun tidak ada
yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke Kelenjar getah bening yg
berhubungan dgn ketiak, ATAU tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi belum
menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
5.
Stage IIIA: tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker
ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan
struktur lainnya, atau kanker ditemukan di Kelenjar getah bening di dekat
tulang dada, ATAU tumor dengan ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau
kanker ditemukan di Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
6.
Stage IIIB: tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar
ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan mngkin telah menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker
mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
7.
Stage IIIC: ada atau tidak tanda kanker di payudara atau
mugkin telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah
menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang
dan kanker mungkin telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak atau ke
Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
8.
Stage IV: kanker telah menyebar atau metastase ke bagian
lain dari tubuh.(Alhamsyah,2009).
2.6
Promosi Kesehatan Prosedur Skrining Berkala Ca Serviks:
PAP SMEAR
Pemeriksaan pap
smear ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang
relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Pemeriksaan pap smear dilakukan
kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter, minimal
setahun sekali. Pemeriksaan pap smear dilakukan di atas meja
periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan
alat untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk
mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim.Usapan ini kemudian
diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop.Apabila hasil pemeriksaan positif
(terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan.(Diyanti, 2009).
Pap
smear, disebut juga tes Pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel
serviks anda (bagian bawah, ujung dari uterus).Dinamai sesuai dengan penemunya,
George Papanicolaou, MD.Pap smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker
serviks tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan
kanker.Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal menghindari timbulnya kanker
serviks.
Gambar 1:Dokter memasukkan
(alat) speculum ke dalam liang vagina untuk menahan dinding vagina tetap
terbuka.
Gambar 2:Cairan/lendir rahim
diambil dengan mengusapkan (alat) spatula.
Gambar 3: Usapan tersebut
kemudian dioleskan pada obyek-glass.
Gambar 4: Sample siap dibawa
ke laboratorium patologi untuk diperiksa.
2.6.1 Jenis-Jenis Test Pap Smear:
1.
Test Pap smear konvensional: lihat gambar diatas.
2.
Thin prep Pap: biasanya dilakukan bila hasil test Pap
smear konvensional kurang baik/kabur. Sample lendir diambil dengan alat khusus
(cervix brush), bukan dengan spatula kayu dan hasilnya tidak disapukan ke
object-glass, melainkan disemprot cairan khusus untuk memisahkan kontaminan,
seperti darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih akurat.
3.
Thin prep plus test HPV DNA: dilakukan bila hasil test
Pap smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah mengandung DNA virus HPV.
Hasil negatif palsu tidak berarti
ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu, yaitu:
1.
Pengambilan sel yang tidak cukup
2.
Lokasi lesi tidak dapat dijangkau
3.
Sel abnormal meniru sel benigna
4.
Walau sel abnormal dapat terdeteksi, waktu berada di pihak
anda. Kanker serviks memerlukan beberapa tahun untuk berkembang. Jika satu tes
tidak dapat mendeteksi sel abnormal, maka tes selanjutnya akan dapat mendeteksi
kanker (Anonymus,2008).
American cancer society
merekomendasikan papsmear pertama sekitar 3 tahun setelah hubungan seksual
pertama atau setelah usia 21 tahun. Setelah usia 21 tahun petunjuknya sebagai
berikut :
Usia (tahun)
|
Frekuensi
|
21
– 29
|
Sekali
setahun Pap smear regular atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis
cairan
|
30
– 69
|
Setiap
2 – 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan
|
Lebih
dari 70
|
Anda
dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara
berurutan dan Pap smear anda normal selama 10 tahun
|
1. Pemeriksaan visual dengan Asam
Asetat (IVA)
Yaitu pemeriksaan leher rahim dengan
cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan
asam asetat 3-5 %. Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna,
yaitu tampak bercak putih yang disebut dengan aceto white ephitelum,
maka kemungkinan ada kelainan pada tahap pra kanker.Ada beberapa kategori yang
dapat dipergunakan untuk analisis IVA, yaitu:
a. IVA Negatif = Serviks normal
b. IVA Positif = Serviks dengan radang
(Servisitis) atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
c. IVA positif = ditemukan bercak putih
(aceto white ephitelum).
d. IVA Kanker serviks.
Berbeda dengan test
Pap smear, pemeriksaan dengan metode IVA juga dapat dilakukan kapan saja,
termasuk saat menstruasi, saat asuhan nifas atau paska keguguran. Bila hasilnya
bagus, kunjungan ulang untuk tes IVA adalah setiap 5 tahun.
Gambar:Berbagai hasil test IVA
2.
Pemeriksaan visual dengan Asam asetat dan
pembesaran ginekoskopi (IVAB).
3.
Pemeriksaan Panggul vs Tes Pap Smear
4.
Pemeriksaan test molekuler DNA HPV (Human papiloma virus)
5.
Kolposkopi
6.
Servikografi
7.
Pap Net dengan Komputerisasi
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan payudara secara mandiri
ini dapat menjadi salah satu bagian terpenting untuk promosi kesehatan yang
sangat tepat untuk wanita memeriksa secar dini adanya kanker payudara
.pemeriksaan dini payudara ini dapat diajarkan oleh beberapa instansi
kesehatan, LSM yang berkompeten di bidangnya dan wanita yang mengerti tentang
hal ini . Dalam hal ini perawat cukup mengambil andil besar dalam upaya promosi
kesehatan , yang dapat diberikan pada semua wanita .Perawat dapat member
informasi dan pengajaran dan memberikan pendidikan kesehatan serta upaya untuk
mencari bantuan medis apabila menemukan benjolan.
Kanker serviks dapat dicegah jika
Anda rutin melakukan pemeriksaan lebih dini.Fakta menunjukkan bahwa jutaan
wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang
paling umum di dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), infeksi ini
merupakan faktor risiko utama kanker serviks yang juga dikenal dengan nama
kanker leher rahim.
3.2 Saran
Untuk penulis lain dimohon
untuk mengkritisi kekurangan dan kelebihan pada makalah ini. Untuk para pembaca
makalah ini bisa dijadikan referensi untuk membuat suatu artikel.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman,
Diane C. 2000. “Buku Saku Keperawatan
Medikal Bedah”. Jakarta: EGC.
Sarwono.
2006. “Ilmu Kandungan”.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Skiba
D., Mehlhorn G., Fasching P.A., Beckman M.W., Ackermann S., 2006. “Prognostic Significance of Serum Antibodies
to HPV-16 L1 Virus Like Particles in Patients With Invasive Cervical Cancer.
Anticancer research, 26:4921-4926”.
Calvo,
Manuel Ortega et al. 2012. “Screening for Cervical Neoplasia in A Health
Center in Westren Andalusia, Open Journal Nursing, 2012, 2, 36-40”. Diakses
pada Rabu, 20 Mei2015 http://dx.doi.org/10.4236/ojn.2012.22007
Jain,
Vaishali and AS Vyas. 2010. “Cervical
Neoplasia –Cyto Histological Correlation (Bethesda System) A Study of 276 Cases,
volume 1, issues 2” Diakses pada Rabu, 20 Mei 2015 http://www.omicsonline.org
Alhamsyah.
2009. Kanker Payudara, Penyebab, Gejala, Pengobatan. Diperoleh dari: http://www.alhamsyah.com/blog/artikel/kanker-payudara-gejala-dan-pegobatannya.html.
Diakses tanggal 20 Mei 2015, pukul 12.30 WIB.
Wylie,
Linda.2011 Esensial Anatomi &
Fisiologi dalam Asuhan Maternitas.Jakarta : EGC
Prawirohardjo,
S. (2009).Ilmu Kebidanan. PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Syaifudin. 2006.Anatomi fisiologi untuk
mahasiswa keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Yatim
Faisal. 2008. Penyakit Kandungan. Myoma,
kanker rahim/leher rahim dan indung telur, kista, serta gangguan lainnya.
Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Zakeeya
Elina. 2010. Panduan Lengkap Mengenal dan
Mengatasi Penyakit Kandungan.Araska. Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar