MAKALAH SISTEM REPRODUKSI II
PENERAPAN TEKNOLOGI WATER BIRTHING
Disusun Oleh:
Kelompok 1
S1-4A
1.
Akbar Dwi Guntoro (121.0007)
2.
Indah Susanti (121.0047)
3.
Nia Dewi Syinta (121.0071)
4.
Yuliana Afidah (121.0109)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Persalinan
dan kelahiran adalah kejadian fisiologis yang normal yang mana kelahiran
seorang bayi merupakan peristiwa social yang dinantikan ibu dan keluarga selama
9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk mlahirkan bayinya,
sedangkan peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan dan mendeteksi
dini adanya komplikasi selama persalinan, disamping juga bersama keluarga
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin.
Salah
satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan.
Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan
bahkan menakutkan bagi ibu. Saat ini proses persalinan pervaginam telah berkembang
yang bertujuan member rasa nyaman aman dan menyenangkan serta dapat mengurangi
behkan meniadakan perasaan cemas dan menegangkan. Salah satu metode alternative
yang saat ini popular adalah persalinan dalam air hangat atau dikenal sebagai
water birth.
Bagi
kebanyakan melahirkan di air atau water birth masih belum popular, berbeda
dengan dibeberapa Negara Asia lain, metode ini justru menjadi pilihan utama ibu
untuk melahirkan. Di Indonesia , tidak semua rumah sakit dilengkapi fasilitas
untuk persalinan dengan metode water birth. Selain dibutuhkan tenaga medis yang
terlatih khusus, pihak rumah sakit harus memiliki kolam bersalin berdesain
khusus (birth pool). Strelisasi air perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan
infeksi pada ibu dan bayi yang dilahirkan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan metode persalinan water birth?
2.
Bagaimana proses persalinan dengan metode water birth?
3.
Apa komplikasi yang terjadi pada persalinan dengan metode water birth?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi persalinan dengan menggunakan
metode water birth.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Menjelaskan tentang metode persalinan water birth.
2.
Menjelaskan proses persalinan water birth.
3.
Menjelaskan komplikasi persalinan water birth.
1.4
Manfaat
a.
Memberikan pengetahuan bagi mahasiswa/i tentang tehknik persalinan water
birth.
b.
Memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang tehknik persalinan water
birth.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Water
Birthing
Water
birth merupakan salah satu metode persalinan pervaginam, dimana ibu hamil tanpa
kompikasi bersalin dengan jalan berendam dalam air hangat dengan tujuan
mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi dan rasa nyaman
(Bayuningrat, 2008).
Water birth adalah
salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, dimana ibu hamil aterm
(normal) tanpa komplikasi bersalin dengan cara berendam dalam air hangat (yang
dilakukan pada bathtubatau kolam)
dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi. Menurut Akhlaghi, et al(2005), water birthadalah metode persalinan yang sederhana. Beberapa penelitian
telah menunjukan manfaat dan juga beberapa efek yang menguntungkan. Efek yang
menguntungkan pada water birthadalah
ibu melahirkan mengalami relaksasi, kontraksi kurang menyakitkan, lama
persalinan lebih pendek, tidak memerlukan analgesik farmakologi dan sedikit
kejadian episiotomi.
Water birth
merupakan metode persalinan pervaginam dimana ibu hamil cukup bulan (aterm)
tanpa disertai penyulit dengan jalan berendam dalam air hangat. Metode
persalinan ini terbagi menjadi 2, yaitu:
1.
Water birth murni, yaitu metode
persalinan water birth dimana ibu masuk ke kolam tempat persalinan setelah
mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi.
2.
Water birth emulsion, yaitu
metode persalinan water birth dimana ibu hanya berada di dalam kolam tempat
persalinan hingga masa kontraksi (Kala I persalinan) berakhir. Proses
melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.
2.2
Patofisiologi Water
Birthing
1.
Pengurangan
Rasa Nyeri
Keuntungan yang
diperoleh dengan metode persalinan ini adalah berkurangnya rasa nyeri ketika persalinan
berlangsung. Hal ini disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus yang
menjadi lebih baik, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi
endorphin (stress related hormone). Berendam dalam air selama persalinan akan
mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi
uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik. Ini menyebabkan sirkulasi
dan oksigenasi darah otot uterus menjadi lebih baik.
Persalinan dalam air
memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat memberi rasa lebih rileks
dan nyaman, sehingga ibu hamil mampu berkonsentrasi pada persalinannya, dan
oleh karena kondisi ibu nyaman maka sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta
ke janin berlangsung lebih baik, suhu tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu
tubuh ibu. Suhu tubuh yang baik ini akan mempengaruhi oksigenasi bayi, sehingga
bayi mampu beradaptasi terhadap lingkungan di luar rahim dengan baik. Air
hangat dan tekanan dari pusaran air kolam tersebut merupakan salah satu sumber
penghilang rasa sakit selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi
secara alami, sehingga ibu hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam
di air. Berendam dalam air hangat dapat merangsang respon fisiologi pada ibu
hamil, sehingga dapat mengurangi nyeri termasuk redistribusi volume darah, yang
mana akan merangsang pelepasan oksitosin dan vasopressin, sehingga akan
meningkatkan level oksitosin dalam darah.
2.
Pengurangan
Risiko Aspirasi
Ada
beberapa faktor yang mencegah bayi menghirup air sewaktu bersalin. Pertama,
terdapat faktor penghambat yang secara normal ada pada setiap bayi. Bayi dalam
kandungan mendapatkan oksigen dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas
dengan menggerakkan otot-otot intercostal dan diaphragma dengan pola teratur
sejak usia kehamilan 10 minggu. Janin menerima oksigen selama kehamilan melalui
tali pusat sampai waktu ketika tali pusat dipotong atau plasenta terlepas dari
dinding rahim, rata-rata 2-10 menit setelah lahir hingga 30 menit. Kerja otot
diaphragma dan intercostal, menyebabkan lebih banyak darah mengalir ke organ
vital termasuk otak sehingga dapat dilihat penurunan Fetal Beat Movement (FBM)
pada profil biofisik. Pada 24-48 jam sebelum onset persalinan spontan, bayi
mengalami peningkatan level prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan
perlambatan dan penghentian gerakan napas. Secara normal terlihat pergerakan
otot kira-kira 40%. Ketika bayi lahir dan level prostaglandin masih tinggi,
otot bayi untuk pernapasan sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan
respon penghambatan pertama.
Respon
penghambat kedua adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami hipoksia
akut atau kekurangan oksigen. Ini merupakan respon proses kelahiran. Hipoksia
menyebabkan apnea dan menelan, bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin
mengalami kekurangan oksigen berat dan lama, maka mengap-mengap dapat terjadi
setelah lahir, mungkin air akan terhirup ke dalam paru-paru. Jika bayi
bermasalah selama persalinan, variabilitasnya akan melebar yang tercatat pada
Fetal Heart Rate, hal ini mengakibatkan prolonged bradicardia, sehingga
penolong akan meminta ibu untuk meninggalkan kolam sebelum bayi lahir.
Faktor
ketiga yang menghambat bayi dalam merespon pernapasan ketika berada di dalam
air, adalah perbedaan temperatur. Temperatur air dibuat sesuai temperatur badan
ibu. Cairan paru diproduksi dalam paru-paru dan yang secara kimia menyerupai
cairan lambung. Cairan ini akan keluar melalui mulut dan ditelan oleh janin.
Air merupakan larutan hipotonik dan cairan paru-paru terdapat pada janin adalah
hipertonik. Jika air melewati laring, tidak dapat melintasi paru-paru, karena
berdasarkan fakta bahwa larutan hipertonik lebih padat dan mencegah larutan
hipotonik bergabung atau masuk kedalamnya.
Faktor
penghambat penting lain adalah Dive reflex (refleks penyelaman/ mammallian
diving reflex) yang mengelilingi laring. Laring dibungkus oleh kemoreseptor
atau taste buds. Laring memiliki 5 kali lebih banyak taste buds dibanding
lidah. Jadi, ketika larutan mengenai dinding belakang tenggorokan, melewati laring,
taste buds menginterprestasikan jenis zat dan glottis otomatis menutup,
sehingga larutan akan tertelan, tidak terhirup. Bayi baru lahir sangat cerdas
dan dapat mendeteksi substansi apa yang mengenainya, dapat membedakan antara
cairan amnion, air, susu, dan ASI yang diakibatkan oleh adanya Dive Reflex.
Pada
kondisi bayi normal (dilihat dari monitoring Fetal Heart Rate selama
persalinan), kombinasi faktor-faktor tersebut di atas mencegah bayi bernapas di
dalam air sampai bayi berada di atas permukaan air.Pernapasan janin pertama
kali terjadi setelah wajah ada di permukaan air, dimana akan merangsang
mammalian diving reflex yang berhubungan dengan tekanan udara pada daerah
nervus trigeminus wajah. Pada pernapasan bayi pertama kali terjadi adalah dengan
merubah sirkulasi janin ke sirkulasi bayi, penutupan shunt pada jantung,
membuat sirkulasi pulmonal, merubah tekanan pada paru-paru, mendorong cairan
keluar yang akan mempersiapkan ruangan paru-paru dan mengijinkan pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Proses ini memerlukan beberapa menit untuk memulai
secara lengkap. Selama waktu tertentu bayi masih menerima oksigen dari tali
pusat. Tidak ada ancaman bahwa bayi akan menghirup air selama proses kelahiran
karena faktor pencetus untuk menghirup oksigen tidak akan ada sampai kepala
bayi kontak dengan udara.
3.
Pemendekan
Fase Persalinan
Persalinan
dalam air kadangkala dihubungkan dengan penurunan intensitas kontraksi,
sehingga menyebabkan perlambatan persalinan. Ibu hamil masuk ke dalam air
selama persalinan kala I diyakini kurang bermanfaat.Tidak ada bukti kuat
kriteria kapan saat yang tepat untuk berendam pada persalinan kala I, sehingga
persalinan awal ini akan lebih baik jika ditangani dengan mobilisasi daripada
berendam.
4.
Pengurangan
Perdarahan Postpartum
Hilangnya darah ibu selama water birth
sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang pada water birth 5,26 g/l secara
bermakna lebih rendah daripada land birth 8,08 g/l. Kehilangan darah pada
persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan oleh penolong yang
kurang berpengalaman pada persalinan dalam air.
2.3
Mekanisme Persalinan
Water Birthing
Mekanisme persalinan
water birth adalah sama seperti pada persalinan normal biasa, yang membedakan
adalah metode ini menggunakan media air sebagai tempat persalinan. Penggunaan
media air dalam proses persalinan membutuhkan persiapan yang lebih banyak
daripada persalinan normal biasa yaitu dengan mempersiapkan kolam sebagai
tempat ibu untuk bersalin beserta peralatan lainnya.
Menurut Garland
(2002), persiapan yang dilakukan pada water birth diantaranya :
1.
Temperatur air
Bak harus diisi dengan kedalaman yang
cukup memungkinkan uterus ibu tertutup semuanya. Temperatur air harus antara
35° C dan 37° C untuk kala pertama dan 37° C untuk kala kedua dan kelahiran.
Suhu permukaan biasanya lebih dingin dari air di kedalaman maka letakan
termometer lebih dalam agar dapat mengatur dan mempertahankan temperatur.
2.
Pembersihan
Kebijaksanaan
pengontrolan infeksi lokal harus memenuhi kelahiran di air. Setelah dipakai,
bak harus dibilas dari debris dan dicuci dengan bahan yang mengeluarkan klorin
yang efektif terhadap HIV, hepatitis B, dan Hepatitis C.
3.
Peralatan
Peralatan
yang digunakan adalah :
1.
Kolam air berupa bak
berdiameter 2 meter, terbuat dari plastik dengan benjolan-benjolan pada alasnya
agar posisi ibu tidak merosot.
2.
Termometer untuk memeriksa
temperatur air.
3.
Pompa pengatur, agar air tetap
bersirkulasi.
4.
Water heater untuk menjaga air tetap
hangat.
5.
Sonicaid tahan air untuk memantau
jantung janin.
6.
Sarung tangan untuk bidan.
7.
Cermin kecil yang mudah dibawa
untuk melihat kemajuan selama kala kedua persalinan.
8.
Stool rendah atau jejakan kaki untuk
membantu ibu masuk dan keluar dengan mudah.
9.
Entonoks portable atau pipa entonoks
panjang untuk digunakan ibu dengan bebas di bak.
2.4
Proses Persalinan Water
Birthing
Tahapan proses persalinan dalam air (water birth) menurut Aprillia (2002):
1.
Sterilisasi kolam
Kolam yang akan
digunakan dalam proses persalinan water
birthharus disterilisasi lebih dulu dengan menggunakan desinfektan. Tujuan
dari proses sterilisasi kolam mini adalah supaya kolam menjadi bebas kuman.
2.
Pengisian air kolam
Kolam yang sudah
disterilisasi dan dianggap bersih kemudian diisi dengan air. Air tersebut harus
disesuaikan dengan suhu tubuh ibu yang akan melahirkan, yaitu sekitar 35-37° C.
Pengaturan suhu air penting karena untuk mencegah temperature shocksaat bayi keluar dari rahim. Sterilisasi air juga
harus diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu maupun bayi yang
dilahirkan.
3.
Ibu masuk ke dalam kolam
Ibu yang akan
melahirkan dengan metode water birthdiperbolehkan
masuk ke dalam kolam setelah jalan lahir membuka 5-6 sentimeter. Tujuannya
adalah untuk menghindari agar ibu tidak terlalu lama berada dalam air. Seorang
ibu juga dapat didampingi oleh suaminya supaya perasaan ibu menjadi lebih
tenang dalam menghadapi proses persalinan.
4.
Kelahiran bayi
Pembukaan jalan
lahir biasanya sudah lengkap setelah kurang lebih 1-1,5 jam berendam dalam air,
sehingga bayi siap lahir. Proses kelahiran bayi ini lebih mudah karena air
mempunyai sifat mendorong. Setelah bayi lahir, ia tidak akan tenggelam karena
pada saat dalam rahim pun bayi hidup dalam air ketuban selama 9 bulan.
5.
Pengangkatan bayi
Setelah bayi keluar,
bayi diangkat dan langsung diberikan pada ibunya untuk mendapat pelukan hangat
serta ciuman pertama dari ibunya. Kemudian setelah itu pusar bayi dipotong dan
dibersihkan, dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatannya.
2.4.1
Selama Berlangsungnya Persalinan
Water birth memiliki
tahapan yang sama seperti persalinan normal di luar air. Hanya saja dengan
berendam dalam air hangat, membuat sirkulasi pembuluh darah menjadi lebih baik.
Sehingga berpengaruh pada kontraksi rahim yang menjadi lebih baik dan efektif.
Berikut tahapan-tahapan dalam persalinan dengan metode water birth:
1.
Ibu mulai masuk untuk berendam
dalam air itu direkomendasikan saat fase aktif pembukaan sudah 5 cm dengan
kontraksi uterus yang baik. Pada fase ini biasanya dibutuhkan waktu sebentar
saja kira-kira 1-2 jam untuk menunggu kelahiran bayi.
2.
Biasanya begitu ibu masuk ke
dalam kolam air, maka ibu akan merasa lebih nyaman,rileks, dan rasa sakitnya
berkurang. Sehingga ibu lebih fokus pada persalinannya
3.
Observasi
dan monitoring antara lain :
a.
Fetal
Heart Rate (FHR) dengan doppler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan
kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi
dilakukan sebelum, selama, setelah kontraksi.
b.
Penipisan
dan Pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT) dapat dilakukan
di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk diperiksa.
c.
Status
Ketuban, jika terjadi ruptur ketuban, periksa FHR, dan periksa adanya prolaps
tali pusat. Jika cairan ketuban mekoneum, pasien harus meninggalkan kolam.
d.
Tanda
vital ibu diperiksa setiap jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika
diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu
mengatur napas selama kontraksi.
e.
Hidrasi
Ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan peningkatan
suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberi cairan.
Jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL).
4.
Manajemen
kala II
a.
Mengedan
seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan, risiko
ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi maternal-fetal
berkurang, dan juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.
b.
Persalinan,
bila mungkin metode ”hand off”. Ini akan meminimalkan stimulasi.
c.
Tidak
diperlukan palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat
lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat
terputus dengan tidak semestinya, hindari tarikan ketika kepala bayi ke
permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih ada di
dalam air.
d.
Bayi
seharusnya lahir lengkap di dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa
kepermukaan secara “gentle”. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada
diatas permukaan air dan badannya masih di dalam air untuk menghindari
hipotermia, mencegah transfusi ibu ke bayi. Sewaktu kepala bayi telah berada di
atas air, jangan merendamnya kembali.
5.
Manajemen
kala III
a.
Manajemen
aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam.
b.
Saat
manajemen aktif kala III, syntometrine dapat diberikan.
c.
Estimasikan
perdarahan < atau > 500 ml.
d.
Penjahitan
perineum dapat di tunda sekurang-kurangnya 1 jam untuk menghilangkan retensi
air dalam jaringan (jika perdarahan tidak berlebihan).
2.4.2
Selama Mengejan dan Persalinan
1.
Ibu
mengambil sikap yang dirasakan aman dan nyaman untuknya. Keleluasaan gerakan
yang mengijinkan ibu mengambil posisi yang tepat untuk bersalin.
2.
Lahirnya
kepala bayi difasilitasi oleh adanya dorongan lembut kontraksi uterus. Sarung
tangan digunakan penolong untuk melahirkan bayi. Sokong perineum, massage, dan
tekan dengan lembut jika diperlukan. Ibu dapat mengontrol dorongan kepala
dengan tangannya.
3.
Manipulasi
kepala biasanya tidak diperlukan untuk melahirkan bayi karena air memiliki
kemampuan untuk mengapungkan. Walaupun demikian, pasien perlu berdiri membantu
mengurangi atau memotong dan mengklem lilitan tali pusat. Meminimalkan
rangsangan mengurangi risiko gangguan pernapasan.
4.
Sewaktu
bayi lahir, kepala bayi dikendalikan dengan gerakan yang lembut, muka ke bawah,
dan muncul dari dalam air tidak lebih dari 20 detik. Janin dapat diistirahatkan
di dada ibu sambil membersihkan hidung dan mulutnya, jika diperlukan.
Penanganan ini sebaiknya melihat juga panjang tali pusat agar tidak sampai
putus. Kemudian bayi diberi selimut, dan di monitor.
5.
Idealnya,
ibu dan bayi dibantu keluar dari air untuk melahirkan plasenta. Tali pusat di
klem dan dipotong, dan bayi dikeringkan dengan handuk dan diselimuti dan
kemudian diberikan kepada penolong lain, keluarga, atau perawat. Ibu di bantu
keluar dari kolam. Plasenta dapat dilahirkan di dalam air atau di luar
tergantung penolong. Ibu dianjurkan menyusui sesegera mungkin setelah bayi
lahir untuk membantu kontraksi uterus dan pengeluaran plasenta. Risiko secara
teori yang dihubungkan dengan efek relaksasi air hangat terhadap otot-otot
uterus termasuk solusio plasenta, emboli air dan peningkatan perdarahan.
2.4.3
Kriteria dalam Meninggalkan Kolam Air
1.
Saat Persalinan Kala I
Adanya tanda-tanda potensial dari kondisi
bayi yang membahayakan, keadaan ibu yang membahayakan (distress), permintaan ibu terhadap obat analgesik, atas permintaan
ibu sendiri, apabila kontraksi berkurang atau kontraksi menjadi tidak efektif
(ibu bisa kembali ke dalam kolam air apabila kontraksi kembali efektif),
progres dari persalinan yang melambat walaupun kontraksi adekuat
2.
Saat Persalinan Kala II
Kurangnya pengalaman dari penolong persalinan,
adanya tanda-tanda potensial dari kondisi bayi yang membahayakan, keadaan ibu
yang membahayakan seperti pyrexia,
tachycardia, atas permintaan ibu sendiri, apabila kontraksi berkurang dan
kontraksi menjadi tidak efektif, progres dari persalinan yang melambat pada
kala II persalinan, apabila diperlukan pertolongan dalam melahirkan kepala atau
bahu.
2.5
Syarat Water Birthing
Tidak semua ibu
dapat melakukan persalinan dalam air, walaupun persalinan ini dikategorikan
sebagai persalinan normal. Ibu yang melahirkan dengan menggunakan metode ini
harus benar-benar dalam keadaan sehat.
Menurut Garland
(2002), penggunaan media air sebagai tempat bersalin dilakukan pada ibu dengan
syarat tertentu, yaitu:
1.
Ibu hamil risiko rendah
2.
Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina, saluran kencing dan
kulit.
3.
Tanda vital ibu dalam batas normal.
4.
Kehamilan tunggal, presentasi kepala.
5.
Air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri
setelah dilatasi serviks mencapai 4-5 cm.
6.
Pasien menyetujui instruksi penolong, termasuk keluar dari
kolam tempat berendam jika diperlukan.
7.
Persalinan secara water
birthmerupakan pilihan ibu.
8.
Tidak ada komplikasi kehamilan seperti pre-eklampsi dan gula
darah yang tidak terkontrol.
9.
Denyut jantung normal.
2.6
Kelebihan Water Birthing
Metode water birth memiliki banyak
keuntungan bagi ibu dan bayi dibandingkan dengan metode persalinan tradisional.
Ini dihubungkan secara signifikan dengan adanya pengurangan penggunaan
analgesik, pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi jika
dibandingkan dengan persalinan lainnya.
2.6.1
Keuntungan Bagi Ibu
1.
Mengurangi
Nyeri Persalinan Dan Memberi Rasa Nyaman
Nyeri persalinan berkurang disebabkan
ibu berendam dalam air hangat yang membuat rileks dan nyaman sehingga rasa
sakit dan stres akan berkurang. Mengurangi rasa sakit adalah tujuan utamanya,
sedangkan secara teknis melahirkan dalam air pada dasarnya sama seperti
melahirkan normal, proses dan prosedurnya sama, hanya tempatnya yang berbeda.
Pada water birth ibu melahirkan bayinya dalam kolam dengan posisi bebas dan
yang paling dirasakan nyaman oleh ibu. Kolam dapat terbuat dari fiber glass
atau bahan lain.
Adan yang menyebutkan bahwa water
birth dapat mengurangi keseluruhan nyeri pada persalinan, namun menyebabkan
pemanjangan fase-fase persalinan. Pada kenyataannya water birth merupakan
persalinan alamiah dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri kontraksi, meskipun
demikian banyak wanita merasakan adanya pengurangan nyeri sewaktu ada dalam
air, berendam dalam air hangat dan mengapung. Pada persalinan dan atau
kelahiran di air, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi,
pergerakan selama persalinan water birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu
nyaman dan rileks, sedangkan air hangat akan membantu mengurangi nyeri.
2.
Mengurangi
Tindakan Episiotomi
Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu
kepala bayi yang crowning lambat akan menurunkan risiko robekan, dan dapat
mengurangi tindakan episiotomi. Dalam literatur tidak ditemukan angka kejadian
episiotomi. Selain hal tersebut, trauma perineum yang terjadi dilaporkan tidak
berat, dengan dijumpai lebih banyak kejadian intak perineum, tetapi beberapa
literatur mendapatkan frekuensi robekan pada persalinan primipara di dalam
maupun di luar air. Bahwa ibu yang melahirkan dalam air lebih mungkin untuk mengalami
robekan karena yang membantu persalinan kesulitan untuk melakukan episiotomi
jika diperlukan. Namun sesungguhnya ibu yang melahirkan dalam air hangat kurang
mengalami robekan, karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah dan mampu
melunakkan jaringan di sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan episiotomi,
penolong justru lebih mudah menjangkau bagian perineum ibu untuk melakukan
massage atau tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak diperlukan, dan jika
penolong mengganggap selama proses persalinan terdapat keadaan emergensi,
penolong akan membatalkan pelaksanaan metode ini.
3.
Pemendekan
Persalinan Kala I
Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat
mempercepat proses persalinan yang dihubungkan secara signifikan dengan
persalinan kala I yang akan menjadi lebih pendek. Dalam hal ini ibu dapat lebih
mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks, nyaman,
menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan obat-obatan dan intervensi lainnya,
memberi perlindungan secara pribadi, mengurangi trauma perineum, meminimalkan
penggunaan episiotomi, mengurangi kejadian seksio sesarea, memudahkan
persalinan.
4.
Menurunkan
Tekanan Darah
Dalam hal menurunkan tekanan darah, wanita
dengan hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah setelah berendam dalam
air hangat selama 10-15 menit. Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat.
2.6.2
Keuntungan Bagi Bayi
Persalinan sendiri dapat menjadi masalah, mungkin juga
mengganggu, dan merupakan pengalaman bagi bayi. Water Birth memberikan
keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke jalan lahir, dimana persalinan
akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang tepat suasananya
menyerupai lingkungan intrauterin sehingga memudahkan transisi dari jalan lahir
ke dunia luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan perineum dan memberi
rasa nyaman bagi ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma
(oleh karena adanya efek dapat melenturkan dan meregangkan jaringan perineum
dan vulva) dibandingkan pada persalinan air dingin dan tempat bersalin umumnya.
Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis,
bayi tampak menjadi tenang. Bayi tidak tenggelam jika dilahirkan di air, karena
selama kehamilan bayi hidup dalam lingkungan air (amnion) sampai terjadi
transisi persalinan dari uterus ke permukaan air. Demikian pula masalah lilitan
tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang tidak ada deselerasi
denyut jantung bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibat ketatnya belitan
tali pusat di leher.
Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan
persalinan bagi ibu, juga baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau risiko
cedera kepala bayi, kulit bayi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan
air ketuban.
2.7
Kelemahan Water Birthing
Kelemahan water birth pada
ibu yaitu sulitnya menilai jumlah perdarahan yang keluar saat post partum
karena tercampur dengan air (Aprilia, 2002).Adapun
risiko-risiko yang dapat timbul antara lain:
2.7.1
Risiko Maternal
1.
Infeksi
Water
Birth merupakan 'a valuable alternative' persalinan normal. Ada pendapat yang
menyatakan bahwa water birth menyebabkan risiko infeksi oleh karena berendam
dalam air yang tidak steril dan ibu dapat mengeluarkan kotoran saat mengedan
dalam kolam air. Namun penelitian menunjukkan bahwa traktus intestinal bayi
mendapatkan keuntungan dari paparan ini. Kelahiran tersebut dan diri kita
sendiri tidak steril. Sekresi vagina, blood slim, cairan amnion, dan feses ibu
ketika bayi masuk ke dalam rongga panggul, keseluruhannya tidak steril. Jika
ibu dalam keadaan persalinan kala aktif, air tidak akan masuk ke jalan lahir
sewaktu ibu ada dalam kolam. Air dapat masuk ke vagina, namun tidak dapat masuk
ke vagina bagian dalam, ke serviks maupun uterus. Penyakit infeksi tertentu,
akan mati segera ketika kontak dengan air.
Salah
satu cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah menggunakan
pompa pengatur agar air tetap bersirkulasi dengan filter / penyaring air
sehingga jika air terminum tidak berisiko infeksi. Kolam yang sudah disterilkan
kemudian akan diisi air yang suhunya sekitar 32-37°C disesuaikan dengan suhu
tubuh.
2.
Perdarahan
Postpartum.
Risiko
perdarahan pada ibu dan bayi juga harus dipertimbangkan. Penyedia layanan water
birth yang tidak berpengalaman akan sukar menilai jumlah perdarahan post
partum.
3.
Trauma
Perineum.
Penggunaan
episiotomi pada water birth 8,3% tidak menunjukkan laserasi perineum derajat
tingkat III dan IV dan 25,7% pada land birth menunjukkan kejadian laserasi
perineum derajat tingkat III dan IV dengan angka penggunaan episiotomi lebih
tinggi. Disamping angka episiotomi bedbirth terjadi paling tinggi juga
menunjukkan derajat laserasi perineum III dan IV (4,1%).
2.7.2
Risiko Neonatal
Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi,
termasuk masalah pernapasan, ruptur tali pusat disertai perdarahan, dan
penularan infeksi melalui air.
1.
Terputusnya
Tali Pusat
Mekanisme terputusnya tali pusat ini terjadi ketika
bayi lahir sesegera mungkin dibawa ke permukaan air tidak secara “gentle”, jika
tali pusat pendek akan dapat mengakibatkan tegangan yang berlebihan pada tali
pusat.
Kasus terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh
terlalu cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan cepat
dari tali pusat yang melampaui panjang tali dibandingkan biasanya. Tidak ada
data risiko terputusnya tali pusat pada persalinan normal di luar air.
2.
Takikardi
3.
Infeksi
Risiko infeksi jarang terjadi pada water birth.
Infeksi saluran pernapasan pada bayi yang dilahirkan secara water birth jarang
terjadi, namun risiko ini tetap harus diperhitungkan.Sejumlah kasus yang
mungkin membahayakan bayi antara lain infeksi herpes, perdarahan luas, dan
berbagai infeksi lainnya. Metode water birth tidak direkomendasikan pada bayi
preterm.
4.
Hipoksia
Tali pusat secara terus menerus akan menyediakan
darah beroksigen, sambil bayi merespon stimulasi baru yaitu pertama kali
mengisi paru-parunya dengan udara. Penundaan pengkleman dan pemotongan tali
pusat sangat bermanfaat dalam proses transisi bayi untuk hidup di luar uterus.
Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi jaringan paru. Hipoksia bayi akan
mengganggu baby’s dive reflex, yang mengakibatkan penekanan respon menelan
sehingga akan menimbulkan bayi menghirup air selama proses water birth.
Aspirasi Air dan Tenggelam.
Secara teoritis risiko terjadinya aspirasi
air pada water birth sekitar 95%. Risiko masuknya air ke dalam paru-paru bayi
dapat dihindari dengan mengangkat bayi yang lahir sesegera mungkin ke permukaan
air. Pemanjangan fase berendam mengakibatkan kekurangan oksigen, emboli air,
dan perdarahan. Air hangat mencegah pembekuan darah setelah persalinan, dan
juga risiko infeksi.
2.8
Indikasi Water Birthing
1.
Merupakan pilihan ibu.
2.
Kehamilan normal > 37 minggu.
3.
Fetus tunggal presentasi kepala.
4.
Ibu tidak menggunakan obat-obat penenang.
5.
Ketuban pecah spontan < 24 jam.
6.
Tidak ada komplikasi kehamilan (pre-eklampsia,
diabetes tidak terkontrol, hipertensi, sakit jantung, asma, dll).
7.
Tidak ada perdarahan.
8.
Denyut Jantung Janin normal.
9.
Cairan amnion jernih.
10.
Persalinan spontan atau menggunakan misoprostol
atau pitocin.
11.
Kriteria non-klinis, seperti : staf atau
peralatan yang mendukung water birth.
12.
Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina, saluran kencing,
dan kulit kontraksi bagus dan reguler
13.
Body Mass Index kurang dari 35
2.9
Kontraindikasi Water
Birthing
1.
Absolut
a.
persalinan pre-term
b.
adanya pendarahan vagina yang banyak
c.
adanya demam pada ibu atau suspek infeksi pada ibu
d.
kondisi-kondisi yang memerlukan monitoring fetal heart rate
e.
infeksi yang dapat ditularkan melalui darah dan kulit
f.
menggunakan obat penenang atau epidural
g.
denyut jantung abnormal
2.
Kontroversi
a.
Mekonium
Adanya mekonium harus dievaluasi dan merupakan salah satu
alasan untuk ibu meninggalkan kolam. Beberapa praktek dengan water birth, hanya membatasi pada adanya
mekonium yang banyak.
b.
HIV, Hepatitis A, B, dan C
Beberapa bukti menunjukkan bahwa virus HIV rentan terhadap
air hangat dan tidak dapat hidup di lingkungan itu. Pembersihan semua peralatan
dengan tepat setelah kelahiran perlu dilaksanakan. Sedangkan untuk hepatitis
masih belum ada sumber yang dapat dijadikan sebagai acuan.
c.
Herpes
Beberapa praktek yang menyediakan waterbirthakan menutupi lesinya terlebih dahulu, terutama apabila
lesinya sudah parah. Namun ada juga yang memilih lebih baik melakukan
persalinan dengan seksio sesaria.
d.
Kelahiran sungsang dan multipel
Menurut penelitian di Surrey H.Hospital di Ostend, Belgia,
menyatakan bahwa kelahiran sungsang dapat menjadi indikasi dilakukannya
persalinan dengan water birth.
Pengalaman mereka adalah dengan berkurangnya gaya gravitasi dalam air dan
adanya daya mengapung, dapat menciptakan lingkungan yang baik untuk kelahiran
sungsang.
e.
Induksi atau augmentasi
Saat ini banyak praktek rumah sakit yang dalam menangani
proses persalinan menggunakan Misoprostolatau
Pitocin.Beberapa bahkan menggunakan
infus Pitocin untuk melahirkan dalam air, selama denyut jantung janin dapat
dimonitor secara terus-menerus.
f.
VBAC
Saat ini, masih terjadi kontroversi tentang persalinan
pervaginam normal setelah melakukan operasi seksio sesaria sebelumnya. Beberapa
rumah sakit tidak mengizinkan wanita-wanita tersebut untuk melahirkan dalam air
karena mereka tidak menyediakan alat untuk memantau janin secara kontinu
g.
Distosia bahu atau makrosomia
Saat ini, distosia dengan panggul yang sempit, lebih sering
terjadi diakibatkan karena ibunya atau penyedia layanan mencoba untuk mendorong
bayi, sebelum bayi berotasi dengan sempurna. Sebaiknya menunggu beberapa
kontraksi, dengan kepala yang sudah menggantung keluar menuju air, dan nantinya
memungkinkan bayi untuk berputar dengan sempurna.
Menurut penelitian, perubahan posisi yang terjadi dalam air
lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan di tempat tidur.
h.
Suhu air pada saat persalinan
Beberapa praktek waterbirthmelarang
ibu untuk mulai berendam dalam air bila suhu air lebih rendah dibanding suhu
tubuh, karena nantinya bayi akan dapat menghirup air karena terjadi perbedaan
suhu. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa air dengan suhu lebih rendah
dibanding dengan suhu tubuh dapat meningkatkan aktivitas dari otot-otot bayi.
i.
Melahirkan plasenta dalam air
Hal-hal yang dapat menyusahkan adalah ketidakmampuan dalam
menilai kehilangan darah. Saat ini, melahirkan plasenta dikatakan aman dan
untuk kehilangan darah dapat diperkirakan dengan evaluasi warna dan penentuan
di mana pendarahan tersebut terjadi. Pemotongan dan pengkleman tali pusat
dianjurkan untuk tidak dilakukan dalam air.
2.10
Strategi Dalam Meningkatkan Keamanan dan Kenyamanan
1.
Mengontrol Temperatur Air
Temperatur air yang digunakan harus nyaman bagi ibu.
Temperatur air tidak boleh naik melebihi 370 C sesuai dengan temperatur tubuh
yang ideal, karena ada risiko redistribusi peredaran darah ke kulit dan
hipotensi, yang memungkinkan terjadinya penurunan perfusi plasenta. Selain itu,
keringat yang banyak, akan dapat menyebabkan risiko dehidrasi pada ibu jika
berendam terlalu lama. Untuk mencegah hal ini, sebaiknya ibu minum untuk
mencegah dehidrasi ini. Tujuan utama dari kontrol temperatur air ini, agar bayi
yang akan dilahirkan nanti tidak merasakan perbedaan suhu yang terlalu ekstrim
antara di dalam dan di luar rahim dan mencegah bayi mengalami hipotermi.
2.
Menjaga Kebersihan Kolam
Selama proses persalinan dengan water birth, air dalam kolam dapat terkontaminasi oleh cairan
ketuban, darah, atau kotoran. Hal ini bisa menyebabkan peningkatan risiko
infeksi terhadap bayi atau pada ibu pasca melahirkan. Ada juga kekhawatiran
terhadap kemungkinan kontaminasi dari pseudomonas yang juga dapat menyebabkan
infeksi. Terdapat teori tentang blood-borne
viruses,tetapi tidak ditemukan bukti dalam prakteknya. Meskipun risiko
infeksi serius yang timbul rendah, namun dengan meminimalkan kontaminasi air
dan mematuhi prosedur yang tepat dalam kebersihan kolam, maka risiko infeksi
dapat dihindarkan.
3.
Menghindari Berendam Terlalu Lama
Penelitian yang melibatkan 200 ibu, membandingkan
kebijakan untuk berendam sebelum pembukaan 5 cm dan yang telah pembukaan 5 cm.
Hasilnya menunjukkan bahwa, perempuan yang masuk berendam terlalu awal sebelum
pembukaan 5 cm, memerlukan oksitosin dan epidural analgesik. Informasi ini
seharusnya disampaikan kepada semua wanita yang akan melakukan persalinan
dengan water birth, sehingga mereka
dapat menunggu sampai pembukaan telah mencapai 5 cm untuk dapat mulai berendam
dalam air.
4.
Meminimalkan Terputusnya Tali Pusat
Mekanisme ini dapat terjadi apabila bayi setelah
dilahirkan, lalu diangkat dengan terlalu cepat ke atas permukaan air. Jika tali
pusatnya terlalu pendek, maka akan dapat menyebabkan tegangan berlebih pada
tali pusat. Hal ini tentunya dapat berisiko terjadinya tali pusat yang
terputus.
5.
Mengoptimalkan Respirasi Awal Bayi
Kehangatan dan perendaman kepala bayi di air saat persalinan
akan menghambat terjadinya respirasi awal pada bayi. Berkurangnya hambatan
tersebut terjadi ketika kepala bayi diangkat ke permukaan air atau ketika udara
mulai memasuki saluran pernafasan atas. Selain itu juga, kondisi permukaan yang
dingin, juga merupakan stimulator yang kuat dalam pernafasan. Hal ini
menunjukkan, bahwa paparan dingin akan merangsang dan mengoptimalkan pernafasan
bayi pada saat diangkat ke permukaan air. Selain itu juga, perlu diperhatikan,
bahwa bayi yang telah lahir, harus segera dibawa ke permukaan air, untuk
mencegah air terhirup ke dalam paru-paru.
6.
Mempertimbangkan Penggunaan Air Isotonik
Selama persalinan normal, pernafasan awal biasanya
dimulai ketika dada telah dilahirkan. Jika bayi terlalu lama berada dalam air,
maka air dapat terhirup dan diabsorpsi ke dalam paruparu dan akhirnya menuju ke
sirkulasi. Hal ini nantinya akan menyebabkan dilusi intravaskular dan kelebihan
cairan. Sehingga dianjurkan untuk menambahkan garam ke dalam air dengan takaran
yang tepat untuk dapat mencegah terjadinya dilusi intravaskular, hiponatremia,
dan kelebihan cairan.
7.
Mempertimbangkan untuk Meninggalkan Kolam Saat Kala III
Air hangat
memiliki efek relaksasi pada otot-otot rahim yang dapat meningkatkan pendarahan
setelah plasenta dilahirkan pada kala III persalinan. Jumlah darah yang hilang
selama persalinan, mungkin sulit untuk diperkirakan karena akan menyebar di air
apabila plasenta dilahirkan dalam air. Selain itu juga, jika plasenta
dilahirkan dalam air, maka akan terjadi kombinasi dari vasodilatasi dan
peningkatan tekanan hidrostatik yang dapat meningkatkan risiko emboli air.
Untuk itu, sangat dianjurkan bagi ibu, untuk meninggalkan kolam saat akan
melahirkan plasenta.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Simpulan
Water birth merupakan salah satu metode alternative
persalinan pervaginaan, dimana ibu hamil tanpa komplikasi bersalin dengan jalan
berendam di dalam air hangat dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan
member sensasi rasa nyaman.
Proses melahirkan melalui metode water birth sedikit berbeda dengan
metode melahirkan konvensional (diatas tempat tidur) hal ini disebabkan
perbedaan wahana melahirkan.
Pada persalinan dalam air ini, suami juga memiliki
peran yang sangat penting didalam kelancaran persalinan, yaitu dengan melakukan
pemijatan pada punggung ibu yang bertujuan untuk memberikan rasa rileks dan
nyaman kepada ibu saat persalinan dilakukan di dalam kolam.
3.2
Saran
Sebagai saran dari penulis untuk ibu yang melakukan
persalinan air, agar lebih berhati-hati dan ikuti petunjuk yang benar. Hal ini
agar tidak terjadi kesalahan fatal yang berakibat buruk bagi sang ibu dan bayi
yang dilahirkan.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, A.B., Adriaansz,
G., Wiknjosastro, G.H., Waspodo, D. Persalinan normal dalam: Buku acuan
nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. ed. kedua Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2001, hal 100-01
Melahirkan dalam air –
melahirkan bebas rasas sakit. Kompas cyber media. 2007; [2 screens]. Available
at: http://www.kompas.co.id/v er1/ Kesehatan/0706/ 23/160129. htm. Accessed at:
August 26th, 2007
0 komentar:
Posting Komentar