05 Juli, 2015

Kelompok Anatomi Sistem Reproduksi Pria

MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI I

ANATOMI SISTEM REPRODUKSI PRIA


Oleh:
Adellita Ratu F.V                 (1210001)
Akbar Dwi Guntoro              (1210007)
Fitri Lailiyah                         (1210039)
Novita Fajriyah                     (1210073)
Rinda Eka Hanggari              (1210085)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2015 – 2016


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Reproduksi adalah suatu proses transmisi genetic ke generasi berikutnya, pada proses ini akan diturunkan sifat-sifat dari suatu spesies baik sifat khusus maupun sifat individual dari suatu spesies
Sistem reproduksi tidak bertujuan untuk survival individu, tetapi diperlukan untuk survival species dan berdampak pada kehidupan seseorang. Hanya melalui sistem reproduksi, blueprint genetik kompleks setiap spesies dapat bertahan di dunia ini. Meskipun sistem reproduksi tidak berkontribusi pada homeostasis dan tidak penting untuk bertahan hidup seseorang seperti halnya sistem kardiovaskuler, tetapi ia berperan penting dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh: pasangan suami istri yang baru menikah, umumnya sering ditanya apakah sudah mendapatkan anak. Dengan demikian berarti sistem reproduksi berpengaruh terhadap perilaku psikososial seseorang secara signifikan. Fungsi reproduksi juga berdampak pada masyarakat.
Organisasi kemasyarakatan membentuk unit yang membentuk lingkungan yang stabil dan kondusif untuk kehidupan spesies. Permasalahan yang dapat terjadi antara lain ledakan populasi yang perlu mendapatkan perhatian sehubungan dengan keterbatasan dunia ini dalam menampung dan memfasililtasi makhluk hidup. Oleh karena itu, diperlukan pembatasan atau kontrol sistem reproduksi.
Kemampuan reproduksi tergantung pada hubungan antara hypothalamus, hipofisis bagian anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis dasar termasuk prilaku seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosidan sosiokultural masyarakat. Di sini, yang akan difokuskan adalah fungsi dasar seksual sistem reproduksi di bawah kontrol syaraf dan hormon.



1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana anatomi sistem reproduksi pria ?

2.      Bagaimana fisiologi sistem reproduksi pria ?

3.      Hormon apa saja yang terdapat pada sistem reproduksi pria ?
4.      Apa arti spermatogenesis pada sistem reproduksi pria ?

1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Agar kita dapat mengetahui tentang Anatomi dan Fisiologi system reproduksi pada pria
1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Mendeskripsikan tentang anatomi pada system reproduksi pria
2.      Mendeskripsikan tentang fisiologi pada system reproduksi pria
3.      Mendeskripsikan hormone apa saja yang ada pada system reproduksi pria
4.      Mendeskripsikan tentang spermatogenesis

1.4  Manfaat
1.      Agar pembaca mengetahui tentang anatomi pada sistem reproduksi pria
2.      Agar pembaca mengetahui fisiologi pada system reproduksi pria
3.      Agar pembaca mengetahui hormon apa saja yang ada pada system reproduksi pria
4.      Agar pembaca mengetahui tentang spermatogenesis






BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1    Anatomi Sistem Reproduksi Pria
(Gambar 1 : Anatomi Sistem Reproduksi Pria)

(Gambar 2  : Anatomi Penis)


(Gambar 3 : Anatomi Penis)



(Gambar 4  : Anatomi Penis Interna)

(Gambar 5 : Anatomi Penis Interna)

 (Gambar 6 : Corpora Cavernosa Penis)


(Gambar 7 : Testis : Lateral View)



(Gambar 8 : Testis)


(Gambar 9 : Testis)


(Gambar 10 : Anatomi Sperma)


(Gambar 11 : Struktur Sperma)

(Gambar 12 : Struktur Sperma)


2.2    Fisiologi Sistem Reproduksi Pria
1.2.1        Alat Reproduksi Dalam
1.      Testis
Testis dibentuk di dalam abdomen fetus kira-kira 28 minggu kehidupan intrauteri, dan turun ke dalam scrotum dan ditopang oleh funiculus spermaticus sebelum lahir. Kegagalan testis untuk turun disebut cryporchismus, dan keadaan ini merupakan penyebab sterilitas pada pria, karena produksi sperma memerlukan suhu yang lebih rendah daripada suhu tubuh normal. Testes baru akan berfungsi penuh sampai ada rangsangan oleh glandula pituitaria anterior pada saat pubertas. (Syaifuddin. 2006)
Mengenai ujudnya, testis merupakan bangunan yang berbentuk oval, berwarna putih, kira-kira panjangnya 4 cm, lebarnya 2,5 cm dan tebalnya 3 cm. Masing-masing testis beratnya antara 10-14 gram (Syaifuddin. 2006).
Testis diselubungi oleh kapsula pelindung fibrosa yang disebut tunica albuginea, dan ditutup lagi oleh membran serosa yang disebut tunica vaginalis, yang memungkinkan masing-masing testis dapat bergerak secara bebas didalam scrotum (Syaifuddin. 2006).
Jaringan glanduler (kelenjar) yang menyusun testis dibagi menjadi 200-300 lobi. Setiap lobus berisi tubulus seminiferus yang berkelok-kelok yang bermuara ke dalam vas deferens (Syaifuddin. 2006)
Tubulus seminiferi mulai berkembang dari sel-sel syncitium pada saat anak laki-laki berumur 7 tahun, dan perkembangan yang cepet terjadi sampai umur 16 tahun pada saat testes mencapai ukuran dewasa. Dinding dalam tubulus dilapisi oleh lamina basalis, di atanya terletak epitelium germinativum yang merupakan asal pembentukan sperma setelah pubertas. (Verrals, Sylvia. 2011).
Pada pemeriksaan mikroskopik kadang-kadang dapat dilihat spermatogonia sebelum anak laki-laki berumur 11 tahun, tetapi produksi sperma yang mengalami pemasakan sebagian biasanya baru terjadi setelah anak laki-laki berumur 12 tahun. Produksi sperma yang masak baru terjadi setelah anak laki-laki berumur 16 tahun. (Verrals, Sylvia. 2011).
Sel-sel sertilo berkembang pada waktu yang bersamaan dengan epitelium germinativum dan sel sertilo ini memberi nutrien (makan) spermatozoa selama perkembangannya didalam testes. Sel-sel interstisial berkembang pada waktu yang sama, tetapi lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan tubulus seminiferi. (Verrals, Sylvia. 2011).
Sel-sel interstisial menghasilkan testosteron dan baru berkembang dengan sempurna pada waktu anak laki-laki berumur 18 tahun. Testis mempunyai dua fungsi yaitu :
a.       Untuk memproduksi testosteron, yaitu hormon yang mengendalikan sifat-sifat sekunder kejantanan
b.      Untuk memproduksi spermatozoa
Fungsi testis dapat terganggu oleh adanya orchitis (radang testes) yang dapat terjadi pada parotitis atau infeksi akut yang lain. Infeksi tadi dapat menyebabkan kegagalan testis dalam memproduksi spermatozoa. (Verrals, Sylvia. 2011).

2.      Saluran Reproduksi / Sistem Duktus
a.        Epididimis
Epididymis merupakan pipa halus yang berkelok-kelok, masing-masing panjangnya 6 meter, yang menghubungkan testis dengan vas deferens. Tubulus tadi mempunyai epitel bercilia yang melapisi bagian dalam guna membantu spermatozoa bergerak menuju vas deferens. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perjalanan sperma dari testis ke luar tubuh melalui sistem saluran. Dalam rangka (proksimal distal) saluran acessory adalah epididimis, duktus deferens, saluran ejakulasi, dan uretra. (Verrals, Sylvia. 2011).
Bentuk epidydimis (epi = samping, didym = testis) adalah sekitar 3,8 cm (1,5 inci). Kepalanya, berisi ductules eferen, aspek unggul testis. Tubuh dan ekor berada di daerah posterolateral testis. Sebagian dari epididimis terdiri dari saluran melingkar dari epididimis dengan panjang sekitar 6 m (20 kaki). Beberapa sel epitel pseudostraified dari saluran mukosa panjang, nonmotile microvili (stereocilia). Luas permukaan besar stereocilia ini memungkinkan mereka untuk menyerap cairan lebih dari testis dan untuk memberi nutrien ke banyak sperma yang disimpan sementara di dalam lumen. (Verrals, Sylvia. 2011).
Yang belum dewasa, sperma hampir nonmotile yang meninggalkan daerah testis bergerak perlahan di sepanjang duktus epididimis melalui cairan yang mengandung sejumlah protein antimikroba, termasuk beberapa β-defensin. Ketika mereka bergerak sepanjang tostous nya (perjalanan yang memakan waktu sekitar 20 hari), kemampuan sperma untuk berenang mulai terlatih (Verrals, Sylvia. 2011).
Sperma ejakulasi dari epdidymis, bukan dari testis. Ketika seorang pria sedang terangsang secara seksual dan ejakulasi, otot polos di saluran dari kontrak epididimis, duktus deferens. Sperma dapat disimpan dalam epididimis selama beberapa bulan, tetapi jika diadakan lagi, mereka akhirnya phagocytized oleh sel epithalial dari epididimis. Ini bukan masalah bagi pria, karena sperma yang dihasilkan terus menerus (Verrals, Sylvia. 2011).

b.        Vas Deferens
Vas deferens berbentuk tabung yang masing-masing panjangnya 45 cm, yang mengangkut spermatozoa dari epididymis ke urethra pars prostatica. Tidak seperti epididymis, vas deferens tidak mempunyai pelapis epitel bercilia karena sekresi vesicula seminalis dan prostat merupakan medium untuk membantu pengangkutan spermatozoa. Spermatozoa disimpan di dalam vas deferens, disini terjadi pemasakan dan peningkatan motilitasnya (Evelyn C, 2009).
Vas deferens ini merupakan saluran yang dapat diikat dan dipotong pada saat vasektomi. Sperma masih diproduksi dan memasuki vas deferens, tetapi sperma tadi tidak dapat diejakulasikan sehingga mengalami degenerasi (Evelyn C, 2009).
Duktus deferens (duk'tus def'er-ens, "membawa pergi"), atau vas deferens sekitar 45 cm (18 inci) panjang. Ini berjalan ke atas sebagai bagian dari korda spermatika dari epididimis melalui kanalis inguinalis ke dalam rongga panggul. Mudah teraba saat melewati anterior tulang kemaluan, maka loop medial atas ureter dan menurun sepanjang dinding kandung kemih posterior. Terminus yang mengembang dari ampula duktus deferens dan kemudian bergabung dengan duktus vesikula seminalis (kelenjar) untuk membentuk saluran ejakulasi pendek. Setiap memasuki saluran ejakulasi prostat, dan ada itu bermuara uretra (Evelyn C, 2009).
Seperti itu epididimis, mukosa duktus deferens adalah epithalium semu. Namun, lapisan otot yang sangat tebal dan saluran terasa seperti kawat keras ketika terjepit di antara jari. Pada saat ejakulasi, lapisan tebal otot polos di dindingnya menciptakan gelombang peristaltik yang kuat dengan cepat memeras sperma depan sepanjang saluran dan masuk ke uretra (Evelyn C, 2009).
Bagian dari ductus deferens terletak pada skrotum. Beberapa pria memilih untuk mengambil resposibilty penuh untuk pengendalian kelahiran dengan memiliki vasektomi (memotong vas) dalam operasi ini relatif kecil, dokter membuat sayatan kecil dalam skrotum dan kemudian memotong dan ligates (ikatan off) masing-masing duktus deferens. Sperma masih diproduksi, mereka tidak bisa lagi mencapai bagian luar tubuh. Akhirnya, mereka memburuk dan phagocytized. Vasektomi adalah sederhana dan memberikan kontrol kelahiran sangat efektif (hampir 100%). Bagi mereka yang ingin membalikkan prosedur itu, tingkat keberhasilan sekitar 50% (Evelyn C, 2009).

2.      Kelenjar Kelamin Pria
a.      Vesikel Seminalis
Sepanjang vesikel seminalis, yang merupakan kantong terkonvusi (berkelok-kelok) yang bermuara ke dalam duktus ejaculator menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa yang kaya akan fruktosa yang berfungsi untuk melindungi dan memberi nutrisi sperma, yang meningkatkan pH ejakulat dan mengandung prostaglandin yang menyebabkan gerakn spermatozoa lebih cepat, sehingga lebih cepat sampi ke tuba fallopi. Setengah lebih sekresi vesik seminalis dalah semen (Wibowo, 2012).
Cairan seminal adalah cairan tempat berenangnya spermatozoa. Cairan ini memberi nutrien (makan) kepada spermatozoa dan membantu motilitas spermatozoa. Setelah berjalan dari vesicula seminalis dan ductus ejakulatorius ke urethra, disini ditambahkan sekresi prostat dan sekresi dari glandula bulbourethralis. Akhirnya cairan seminal ini diejakulasikan selama rangsangan seksual. Sekresi prostat  ini merupakan komponen paling besar dari cairan seminal (Wibowo, 2012).

b.      Kelenjar Prostat
Prostat merupakan bangunan yang berbentuk kerucut yang panjangnya 4 cm, lebarnya 3 cm dan tebalnya 2 cm dengan berat kira-kira 8 gram. Prostat mengelilingi bagian atas urethra dan terletak dalam hubungan langsung dengan cervix vesicae urinaria. Prostattersusun atas jaringan kelenjar dan serabut-serabut otot involunter dan bereda di dalam kapsul fibrosa (Wibowo, 2012).
Prostat adalah kelenjar berbentuk donat tunggal seukuran lubang persik. Ini mengelilingi tentang uretra hanya kalah dengan kandung kemih. Tertutup oleh kapsul jaringan conective tebal, terdiri dari 20-30 senyawa kelenjar tubuloalveolar diembed dalam massa (stroma) dari otot polos dan jaringan ikat padat (Wibowo, 2012).
Jaringan otot prostat berfungsi untuk membantu dalam ejakulasi. Sekresi prostat diproduksi secara terus-menerus dan diekskresikan ke dalam urin. Setiap hari diproduksi kira-kira 1 ml, tetapi jumlahnya tergantung dari kadar testosteron, karena hormon inilah yang merangsang sekresi tadi. Sekret prostat mempunyai pH 6,6 dan susunannya seperti plasma, tetapi mengandung bahan-bahan tambahan misalnya kolesterol, asam sitrat dan suatu enzim hialuronidase. Sekret prostat ditambahkan ke dalam sperma dan cairan seminal pada saat sperma dan cairan seminal melewati urethra (Wibowo, 2012).
Sekresi kelenjar prostat memasuki uretra prostat melalui beberapa saluran prostat ketika kontrak otot polos saat ejakulasi. Hal ini memainkan peran dalam mengaktifkan sperma dan bertanggung jawab atas sebanyak sepertiga dari volume air mani. Itu ia seperti susu, cairan sedikit asam yang mengandung sitrat (sumber nutrisi), beberapa enzim (fibrinolisin, hialuronidase, asam fosfatase), dan antigen prostatespecific (PSA). Prostat memiliki reputasi sebagai perusak kesehatan (mungkin tercermin dalam umum salah ucapan "prostat") (Wibowo, 2012).
Prostat sering membesar pada pria setengah umur atau umur tua, dan pembesaran ini karena tekanan lain yang disebabkan oleh apa saja pada sphincter urethra atau urethra itu sendisi, akan menyebabkan retensi urin akut. Keadaan demikian dapat disembuhkan dengan memasang kateter ke dalam vesica urinaria atau melakukan prostatektomi pada pasien tertentu (Wibowo, 2012).

c.       Glandula Bulbourethtalis (Cowper)
Kelenjar bulbouretral (cowper) adalah sepasang kelenjar yang ukuran dan bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa yang mengandung mucus kedalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi serta ditambahkan pada semen  (spermatozoa+secret) (Wibowo, 2012).

2.2.2        Alat Reproduksi Luar
1.      Skrotum
Adalah kantong longgar yang tersusun atas kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus dan menopang testis di luar tubuh yang pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa. Ada otot dartos yaitu suatu lapisan serat dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit scrotal sebagai respon terhadap udara dingin atau eksitasi seksual. Ada dua kantong scrotal, yang setiap scrotal berisis satu testis tunggal yang dipisahkan oleh septum internal (Verrals, Sylvia. 2011).
Scrotum adalah bangunan seperti kantongyang tertutup oleh kulit dan merupakan tempat bergantungnya penis. Scrotum dibagi oleh septum yang terdiri dari jaringan fibrosa menjadi dua ruangan yang masing-masing berisi satu testis, satu epididymis, dan bagian permulaan vas deferens. Scrotum tidak mengandung lemak subkutan, tetapi mengandung jaringan otot yang dapat mengadakan retraksi (penarikan ke atas) testes dalam usaha untuk melindungi testes terhadap trauma (Verrals, Sylvia. 2011).
2.      Penis
Penis adalah organ yang berfungsi untuk tempat keluar urine, semen serta sebagian organ kopulasi. Untuk sebagian besar waktunya, penis tergantung linglai antara kedua paha, tergantung ke bawah di depan scrotum. Penis memanjang pada ujung distalnya membentuk bangunan seperti buah jati Belanda, yang disebut glans penis. (Verrals, sylvia. 2011)
Penis tersusun atas tiga batang seperti spons yang bersifat erektil dan kaya akan pembuluh darah. batang-batang spongiosa ini dilapisi oleh selubung jaringan fibrosa yang kuat dan selanjutnya diluarnya tertutup oleh kulit yang merupakan lanjutan kulit pada scrotum dan selakang (inguinal). Kulit yang menutupi glans penis melipat ke belakang untuk membentuk preputium, kecuali pada bayi yang preputiumnya masih melekat pada glans penis. Lipatan kulit inilah yang dibuang saat operasi sirkumsisi (khitan) (Verrals, Sylvia. 2011).
Penis dilalui oleh sebagian dari urethra yang bekerja sebagai jalannya sperma maupun untuk ekskresi urin. Suatu otot sphincter kecil mencegah masuknya sperma ke dalam vesica urinariadan mencegah keluarnya sperma dan urin secara bersama-sama. Ereksi penis penting apabila hubungan seksual terjadi, dan hanya terjadi dalam reaksinya terhadap rangsangan seksual. Otot-otot dasar pelvis (bulbocavernosus dan ischiocavernosus) ikut berperan pada ereksi, tetapi sebagian besar ereksi ini disebabkan oleh perubahan pada ketiga jaringan batang spongiosa tadi. Pembuluh-pembuluh darah yang terdapat di dalam batang spongiosa sangat mengalami dilatasi dan cepat terisi dan digelembungkan oleh darah apabila terjadi jawaban terhadap rangsangan seksual yang menyebabkan saraf-saraf autonom memacu dinding-dinding otot polosnya. Kalau cavernea terisi dengan darah, maka penisakan menjadi keras, berdiri tegak, dan mengarah ke depan (Verrals, Sylvia. 2011).
Anak laki-laki sebaiknya diberi penjelasan sebelum mulainya pubertas bahwa ereksi tadi mungkin terjadi sebagai akibat rangsangan seksual atau yang lain. Mereka sebaiknya juga diberitahu apabila merekan mulai menghasilkan sperma, akan terjadi ‘mimpi basah’ (emisio nocturnal) sebagai akibat dari mimpi erotik. Mereka sebaiknya diyakinkan bahwa keadaan demikian adalah normal, karena laki-laki remaja memperlihatkan hal yang sama mengenai fungsi reproduksi mereka seperti halnya menstruasi pada anak perempuan (Verrals, Sylvia. 2011).

a.        Fungsi Penis
Ada dua cairan yang keluar dari penis yaitu urin dan semen / air mani. Urin adalah cairan sisa yang dikeluarkan tubuh dan tersimpan di kandung kemih (bladder). Semen adalah cairan yang berisi protein dan merupakan nutrisi bagi sperma sekaligus media yang mengantar sperma keluar dari penis, semen diproduksi di prostat. Sperma adalah sel pria yang diproduksi di dalam testis yang bertugas membuahi sel telur (Verrals, Sylvia. 2011).
Urin, semen, dan sperma keluar dari tubuh melalui saluran yang sama, yaitu uretra. Proses keluarnya urin disebut kencing dan proses keluarnya semen beserta sperma disebut ejakulasi. Saluran uretra berakhir di ujung kepala penis (meatus), yang menjadi tempat keluarnya urin, semen, dan sperma. Sehingga secara umum fungsi penis ada dua, yaitu :
1)      Urination, penis berfungsi sebagai tempat keluarnnya air seni dari kandung kemih.
2)      Ejakulasi, penis berfungsi untuk melepaskan semen (air mani) dari kelenjar prostat dan sperma dari testis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi penis berkaitan dengan fungsi reprosuksi, seksual dan ereksi (pengeluaran). Menjalankan fungsi ereksi, penis bertugas mengeluarkan cairan sisa metabolisme yang tidak dibutuhkan tubuh, fungsi reproduksi untuk menyalurkan sel sperma ke dalam rahim wanita agar dapat membuahi sel telur wanita (procreation). Dan fungsi seksual sebagai alat untuk melakukan aktifitas seksual, baik itu bersama pasangan maupun sendiri (recreation) (Verrals, Sylvia. 2011).

b.        Struktur Internal Penis
Struktur internal penis terdiri dari dua ruangan berbentuk jaringan (copora cavernosa) yang berjalan di sepanjang penis, uretra (tabung untuk mengeluarkan urin dan ejakulasi), jaringan erektil yang mengalilingi uretra, dua arteri utama, dan beberapa pembuluh darah dan saraf. Bagian terpanjang dari penis adalah shaft, bagian ujung atas penis terdapat kepala berbentuk cendawan yang disebut glans penis (Verrals, Sylvia. 2011).
Secara umum penis terdiri atas tuga bagian utama, yang terbuat dari bahan seperti busa yang dapat terii darah, yaitu :
1)      Dua buah Corpora Cavernosa di kiri dan kanan atas, kedua Corpora Cavernosa ini diliputi oleh jaringan ikat yang disebut tunica albuginea, satu lapisan kolagen yang padat dan di luarnya ada jaringan yang kurang padat yang disebut fascia buck.
2)      Korpus Spongiosum, yang berada di bawah dua corpora cavernosa dan mengelilingi uretra.


c.       Corpora Cavernosa
Corpora cavernosa adalah dua ruangan yang mengisi sebagian besar penis. Ruang – ruang ini terisi jaringan spons yang mencakup otot, ruang terbuka, pembuluh darah dan arteri. Ereksi terjadi ketika corpora cavernosa terisi dengan darah dan berkembang.
Ereksi ini mengancangkan pembuluh darah sehingga darah terjebak dan tidak bisa meninggalkan penis, memungkinkan penis untuk tetap tegak selama beberapa menit. Setelah ejakulasi terjadi atau jika gairah seks memudar, proses detumescence terjadi, di mana otak akan mengurimkan sinyal yang memungkinkan darah meninggalkan penis, akibatnya penis menjadi lemas kembali (Verrals, Sylvia. 2011).
d.      Selaput Albugin
Adalah sebuah membran yang mengelilingi corpora cavernosa. Membran ini berfungsi untuk menjaga darah tetap berada di dalam penis selama ereksi terjadi (Verrals, Sylvia. 2011).
e.       Uretra
Uretra adalah tabung yang menjadi saluran tempat urin keluar. Proses ejakulasi juga melalui uretra. Letaknya menyusun batang penis di bawah corpora cavernosa dan melebar pada ujung uretra yang disebut meatus. Meatus terletak di glans (kepala penis) (Verrals, Sylvia. 2011).
f.       Corpus Spongiosum
Corpus spongiosum adalah salah satu bagian anatomi penis ruang yang engelilingi uretra. Ruangan ini menjadi penuh dengan darah selama ereksi (Verrals, Sylvia. 2011).
g.      Glans (kepala penis)
Kepala penis berbentuk seperti kerucut. Kepala penis sangat sensitif dan biasanya tertutup oleh kulup kecuali pada penis yang ereksi. Kepala penis memiliki beberapa fungsi yaitu meningkatkan peluang untuk pembuahan telur, menciptakan gesekan saat berhubungan seks, dan bertindak sebagai penumbuk atau penekan di dalam vagina selama hubungan seksual (Verrals, Sylvia. 2011).
h.      Kulup
Kulup adalah selubung kulit yang dapat terbuka di bagian atas. Saat bayi, kulup sangat ketat dan biasanya tidak bisa ditarik. Kulup akan mengandur setelah usia bayi bertambah. Saat ereksi, kulup penis akan tertarik sepenuhnya sehingga menampakkan kepala penis secara polos. Kulit kepala penis sangat sensitif, dan fungsi dari kulup adalah untuk melindunginya (Verrals, Sylvia. 2011).
i.        Frenulum
Organ anatomi ini adalah salah satu area yang sangat sensitif pada penis, lokasinya terletak di bagian bawah glans (kepala penis) (Verrals, Sylvia. 2011).
j.        Smegma
Yaitu cairan pelumas alami yang dikeluarkan untuk membuat penis tetap lembab. Smegma ditemukan di bawah kulup penis (Verrals, Sylvia. 2011).
k.      Mekanisme Ereksi Penis
Ereksi adalah salah suatu fungsi vascular korpus kavernosum di bawah pengendalian sistem saraf otak. Jika penis lunak maka stimulus simpatis terhadap arterial penis menyebabkan kontriksi sebagian organ ini, sehingga aliran darah melalui penis tetap hanya sedikit. Saaat stimulasi mental atau seksual, stimulasi parasimpatis menyebabkan vasodilatasi rterial yang memasuki penis sehingga lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan yang dapat di drainase vena. Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan menekan vena yang dikelilingi tunika albugiena nondistensi. Setelah ejakulasi, impuls simpatis menyebebkan terjadinya vasokontriksi arteri dan darah akan mengalir ke vena untuk di bawah menjauhi korpus. Penis mengalami detumesensi atau kembali ke kondisi lunak (Marieb.2011)
l.        Ejakulasi
Adalah saat pengeluaran sperma yang merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki. Semen diejakulasi melalui serangkaian semprotan. Impuls simpatis dari pusat reflek medulla spinalis menjalar dsepanjang syaraf spinal lumbal (L1 dan L2) menuju organ genital dan menyebakan kontriksi peristaltic dalam duktus testis,epididimis dan duktus deferen. Kontraksi ini menggerakkan sperma di sepanjang saluran. Impuls parasimpatis menjalar pada saraf pudendal dan menyebabkan otot bulbokavernosum pada dasar penis berkontraksi secara berirama (Marieb.2011)
Kontraksi yang stimulant pada vesika seminalis, prostate dan kelenjar bulbouretral menyebabkan terjadinya sekresi cairan seminal yang bercampuran dengan sperma untuk membentuk semen (Marieb.2011)
m.    Kuantitas dan komposisi semen
Volume ejakulasi berkisar antara I ml sampai 10 ml dan rata-rata 3 ml. semen terdiri dari 90% air dan mengandung 50-120 juta sperma per ml. volume sperma mencapai 5% volume semen (Marieb.2011)
Bagian pertama ejakulasi mengandung spermatozoa cairan epididimal, dan sekresi kelenjar prostate dan bulbouretral. Bagian terakhir ejakulasi berisi sekresi dari vesikal seminalis (Marieb.2011)
Setelah ejakulasi, spermatozoa bertahan hidup hanya 24 sampai 72 jam dalam reproduksi perempuan. Sperma dapat disimpan beberapa hari pada suhu rendah atau dibekukan jika akan disimpan lebih dari 1 tahun. Spermatozoa bergerak dengan ekornya 1-4 mm/mt. (Marieb.2011)

2.3         Maturasi Seksual Pria
Struktur sperma terdiri  dari kepala, bagian tengah (badan) dan ekor (flagella). Pada bagian kepala terdapat inti sel dan akrosom  yang dibentuk dari kompleks golgi, akrosom menghasilkan enzim yang  berfungsi  membantu  sperma menembus sel telur. Pada bagian tengah terdapat mitokondria tempat berlangsungnya oksidasi sel  untuk membentuk energy yang digunakan oleh sperma sehingga sperma dapat bergerak aktif. (Wibowo. 2012)
Spermatogenesis yang sempurna dicapai pada sebagian besar laki-laki pada umur 16 tahun, dan kemudian berlangsung terus selama hidup. Spermatogenesis tidak terjadi secara serentak pada semua tubulus semiferi atau bahkan tidak serentak pada setiap bagian tubulus yang sama. Daur ini mulai pada lamina basalis epithelium germinativum dalam jawabannya terhadap hormon pemacu folikel (FSH). Pada saat spermatozoa berkembang, maka spermatozoa ini akan mendekati lumen tubulus. Pemasakan spermatozoa memerlukan waktu kira-kira 10 hari. (Wibowo. 2012)
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis paling tidak satu kali. Setelah reproduksi, spermatogonia ini diberi nutrien (makan) oleh sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. (Wibowo. 2012)
Spermatosit primer mengandung kromosom dengan jumlah diploid pada inti selnya dan mengalami meiosis 9pembelahan reduksi dan pertukaran bahan genetik). Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder. (Wibowo. 2012)
Sel-sel spermatosit sekunder yang haploid ini sekarang mengalami pembelahan meiosis kedua untuk menyusun kembali bahan genetik. Pengaruh hormon luteinisasi (LH) diperlukan untuk perkembangan stadium berikutnya. (Wibowo. 2012)
Sel sperma yang berfungsi dalam reproduksi, harus mengalami perkembangan dan pembelahan. Proses pembelahan tersebut terjadi secara mitosis dan meiosis. Sebagai alat reproduksi, sel sperma harus haploid sehingga setelah pembuahan, akan tetap dihasilkan individu yang diploid. Begitu juga halnya dengan pembentukan sel telur yang haploid. Pembelahan mitosis hanya terjadi pada spermatogonia untuk memperbanyak bakal sel sperma menjadi spermatosit primer. Mulai dari spermatosit, terjadi pembelahan secara meiosis yang pertama dan menghasilkan sel anak haploid yang disebut spermatosit sekunder. Selanjutnya terjadi pembelahann meiosis yang kedua dan menghasilkan sel spermatid. Setelah mengalami pematangan, sel spermatid akan menjadi sel sperma. (Wibowo. 2012).

2.3.1        Langkah – langkah Spermatogenesis
Tubulus seminiferus, mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran kecil sampai sedang yang dinamakan spermatogonia, yang terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang pinggir luar epitel tubulus. Sel-sel ini terus mengalami proliferasi untuk melengkapi mereka kembali, dan sebagian dari mereka berdiferensiasi melalui stadium-stadium definitive perkembangan untuk membentuk sperma (Marieb, 2011).
Stadium pertama spermatogenesis adalah pertumbuhan beberapa spermatogonia menjadi sel yang sangat besar yang dinamakan spermatosit. Kemudian spermatosis membelah dengan proses meiosis membentuk dua spermatosit, masing-masing mengandung 23 kromosom. Spermatid tidak membelah lagi tetapi menjadi matur selama beberapa minggu untuk menjadi spermatozoa (Marieb, 2011).

2.3.2        Kromosom Seks
Pada setiap spermatogonium, salah satu dari 23 pasang kromosom membawa informasi genetic yang menentukan seks dari turunan akhir. Pasangan ini terdiri dari satu kromosom “X”, yang dinamakan kromosom wanita dan satu kromosom “Y”, kromosom pria. Selama pembelahan mitosis, kromosom penentu seks dibagi diantara spermatid sehingga separoh sperma menjadi sperma pria yang mengandung kromosom “Y” dan setengah lainnya sperma wanita yang mengandung kromosom “X”. Kelamin dari keturunan ditentukan oleh jenis sperma mana yang mengadakan fertilisasi pada ovum (Marieb, 2011).

2.3.3        Pembentukan Sperma
Bila spermatid pertama kali dibentuk, mereka masih mempunyai sifat umum sel epiteloid, tetapi segera sebagian besar sitoplasmanya menghilang, dan setiap spermatid mulai memanjang menjadi spermatozoa, terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Untuk membentuk kepala, zat inti memadat menjadi suatu massa yang padat, dan membrane sel berkontraksi sekitar inti. Ini adalah zat inti yang melakukan fertilisasi ovum (Marieb, 2011).
Di depan kepala sperma terdapat struktur kecil yang dinamakan akrosom, yang dibentuk dari aparatus golgi serta mengandung hialuronidase dan protease yang memegang peranan penting untuk masuknya sperma ke dalam ovum. Sentriol mengelompok pada leher sperma dan mitokondria tersusun berbentuk spiral dalam badan. Yang menonjol ke luar tubuh adalah ekor panjang, yang merupakan pertumbuhan keluar dari salah satu sentriol. Ekor hampir mempunyai struktur yang hampir sama seperti silia. Ekor mengandung dua pasang mikrotubulus yang turun ke tengah dan sembilan mikrotubulus ganda yang tersusun sekitar pinggir. Ekor diliputi oleh perluasan membrane sel, dan mengandung banyak adenosine trifosfat, yang niscaya memberi energi pergerakan ekor. Pada pengeluaran sperma dari saluran genitalis pria ke dalam saluran genitalis wanita, ekor mulai bergerak bolak-balik dan bergerak spiral pada ujungnya, memberikan pendorongan yang menyerupai ular yang menggerakkan sperma ke depan dengan kecepatan maksimum sekitar 20 sentimeter per jam (Marieb, 2011).

2.4         Hormon Pada Sistem Reproduksi Pria
Menurut Syaifuddin (2006), hormon-hormon yang terdapat pada sistem reproduksi pria, yaitu :
1.      FSH
Yaitu hormone yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Hormone FSH ini berfungsi dalam proses pembentukan dan pematangan spermatozoa yang dikenal sebagai spermatogenesis.
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatoid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi
2.      LH
LH (Luteinizing Hormone) disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testosterone.
3.      Testosteron
Testosteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat diantara tubulus seminiferus. Hormone ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama meiosis untuk membentuk spermatogenesis sekunder.
Dihasilkan oleh sel intertisial yang terletak antara tubulus seminiferus. Sel ini berjumlah sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria dewasa. Setelah pubertas, sel intertisial banyak menghasilkan hormone testosterone yang disekresikan oleh testis. Sebagian besar testosterone berikatan longgar dengan protein plasma yang terdapat dalam darah dan sebagian terikat paa jaringan yang dibuahi dalam sel menjadi dehidrasi testosterone. Testosteron yang tidak terikat pada jaringan dengan cepat diubah oleh hati menjadi aldosteron dan dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresikan dalam usus menjadi empedu ke dalam urin.
Fungsi testosterone adalah sebagai berikut :
a.         Efek desensus (penempatan) testis. Hal ini menunjukkan bahwa testosterone merupakan hal yang penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan merupakan factor keturunan.
b.         Perkembangan seks primer dan sekunder :
Sekresi testosterone setelah pubertas menyebabkan penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun serta mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa pubertas.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Reproduksi adalah suatu proses transmisi genetic ke generasi berikutnya, pada proses ini akan diturunkan sifat-sifat dari suatu spesies baik sifat khusus maupun sifat individual dari suatu spesies.
1.      Alat reproduksi dalam pada laki-laki terdiri dari testis dan Saluran Reproduksi / Sistem Duktus dan kelenjar kelamin. Saluran reproduksi terdiri dari epididimis, vas deferens sedangkan pada kelenjar kelamis terdiri dari vesikel seminalis, kelenjar prostat dan Glandula Bulbourethtalis (Cowper)
2.      Alar reproduksi luar pada laki-laki terdiri dari skrotum dan penis.
3.      Langkah-langkah spermatogenesis :
Tubulus seminiferus, mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran kecil sampai sedang yang dinamakan spermatogonia, yang terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang pinggir luar epitel tubulus. Sel-sel ini terus mengalami proliferasi untuk melengkapi mereka kembali, dan sebagian dari mereka berdiferensiasi melalui stadium-stadium definitive perkembangan untuk membentuk sperma.
Stadium pertama spermatogenesis adalah pertumbuhan beberapa spermatogonia menjadi sel yang sangat besar yang dinamakan spermatosit. Kemudian spermatosis membelah dengan proses meiosis membentuk dua spermatosit, masing-masing mengandung 23 kromosom. Spermatid tidak membelah lagi tetapi menjadi matur selama beberapa minggu untuk menjadi spermatozoa.
Hormon yang terdapat pada system reproduksi pria adalah FSH untuk menstimulir spematogenesis, LH untuk menstimulir Sel Interstitiil Leydig untuk memproduksi Testosteron, dan  testosteron  bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama organ seks sekundernya.



DAFTAR PUSTAKA

J, Schust, Heffner, J, Linda, dan J, Danny. 2009. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi 2. Jakarta : EGC.
Marieb, Elaine N dan Katja Ttoen. 2011. Anatomy and Physiologi. San Fransisco: Pearson
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Setiadi. 2004. Fisiologi Manusia Untuk Perawat. Surabaya : Akper Hang Tuah

Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: EGC
Verrals, Sylvia. 2011. Anatomi Fisiologi­­­­ Terapan dalam Kebidanan. Jakarta: EGC
Wibowo, S, Daniel. 2012. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.





0 komentar:

Posting Komentar