MAKALAH
KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI I
ANATOMI SISTEM
REPRODUKSI PRIA
Oleh:
Adellita
Ratu F.V (1210001)
Akbar
Dwi Guntoro (1210007)
Fitri
Lailiyah (1210039)
Novita
Fajriyah (1210073)
Rinda
Eka Hanggari (1210085)
PROGRAM
STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN
AJARAN 2015 – 2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reproduksi
adalah suatu proses transmisi genetic ke generasi berikutnya, pada proses ini
akan diturunkan sifat-sifat dari suatu spesies baik sifat khusus maupun sifat
individual dari suatu spesies
Sistem
reproduksi tidak bertujuan untuk survival individu, tetapi diperlukan untuk
survival species dan berdampak pada kehidupan seseorang. Hanya melalui sistem
reproduksi, blueprint genetik kompleks setiap spesies dapat bertahan di dunia
ini. Meskipun sistem reproduksi tidak berkontribusi pada homeostasis dan tidak
penting untuk bertahan hidup seseorang seperti halnya sistem kardiovaskuler,
tetapi ia berperan penting dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh: pasangan
suami istri yang baru menikah, umumnya sering ditanya apakah sudah mendapatkan
anak. Dengan demikian berarti sistem reproduksi berpengaruh terhadap perilaku
psikososial seseorang secara signifikan. Fungsi reproduksi juga berdampak pada masyarakat.
Organisasi
kemasyarakatan membentuk unit yang membentuk lingkungan yang stabil dan
kondusif untuk kehidupan spesies. Permasalahan yang dapat terjadi antara lain
ledakan populasi yang perlu mendapatkan perhatian sehubungan dengan keterbatasan dunia ini
dalam menampung dan memfasililtasi makhluk hidup. Oleh karena itu, diperlukan
pembatasan atau kontrol sistem reproduksi.
Kemampuan
reproduksi tergantung pada hubungan antara hypothalamus, hipofisis bagian
anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis dasar
termasuk prilaku seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosidan sosiokultural
masyarakat. Di sini, yang akan difokuskan adalah fungsi dasar seksual sistem
reproduksi di bawah kontrol syaraf dan hormon.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi sistem reproduksi pria ?
2. Bagaimana fisiologi sistem reproduksi pria ?
3. Hormon
apa saja yang terdapat pada sistem reproduksi pria ?
4. Apa
arti spermatogenesis pada sistem reproduksi pria ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Agar
kita dapat mengetahui tentang Anatomi dan Fisiologi system reproduksi pada pria
1.3.2
Tujuan
Khusus
1. Mendeskripsikan tentang anatomi pada system reproduksi
pria
2. Mendeskripsikan tentang fisiologi pada system
reproduksi pria
3. Mendeskripsikan hormone apa saja yang ada pada system
reproduksi pria
4. Mendeskripsikan tentang spermatogenesis
1.4 Manfaat
1. Agar pembaca mengetahui tentang anatomi pada sistem
reproduksi pria
2. Agar pembaca mengetahui fisiologi pada system
reproduksi pria
3. Agar pembaca mengetahui hormon apa saja yang ada pada
system reproduksi pria
4. Agar pembaca mengetahui tentang spermatogenesis
BAB 2
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Pria
(Gambar
1 : Anatomi Sistem Reproduksi Pria)
(Gambar
2 : Anatomi Penis)
(Gambar
3 : Anatomi Penis)
(Gambar
4 : Anatomi Penis Interna)
(Gambar
5 : Anatomi Penis Interna)
(Gambar
6 : Corpora Cavernosa Penis)
(Gambar
7 : Testis : Lateral View)
(Gambar
8 : Testis)
(Gambar
9 : Testis)
(Gambar
10 : Anatomi Sperma)
(Gambar
11 : Struktur Sperma)
(Gambar
12 : Struktur Sperma)
2.2 Fisiologi Sistem Reproduksi Pria
1.2.1
Alat
Reproduksi Dalam
1. Testis
Testis
dibentuk di dalam abdomen fetus kira-kira 28 minggu kehidupan intrauteri, dan
turun ke dalam scrotum dan ditopang oleh funiculus spermaticus sebelum lahir.
Kegagalan testis untuk turun disebut cryporchismus,
dan keadaan ini merupakan penyebab sterilitas pada pria, karena produksi sperma
memerlukan suhu yang lebih rendah daripada suhu tubuh normal. Testes baru akan
berfungsi penuh sampai ada rangsangan oleh glandula pituitaria anterior pada
saat pubertas. (Syaifuddin. 2006)
Mengenai
ujudnya, testis merupakan bangunan yang berbentuk oval, berwarna putih,
kira-kira panjangnya 4 cm, lebarnya 2,5 cm dan tebalnya 3 cm. Masing-masing testis
beratnya antara 10-14 gram (Syaifuddin. 2006).
Testis
diselubungi oleh kapsula pelindung fibrosa yang
disebut tunica albuginea, dan ditutup
lagi oleh membran serosa yang disebut tunica
vaginalis, yang memungkinkan masing-masing testis dapat bergerak secara
bebas didalam scrotum (Syaifuddin. 2006).
Jaringan
glanduler (kelenjar) yang menyusun testis dibagi menjadi 200-300 lobi. Setiap
lobus berisi tubulus seminiferus yang
berkelok-kelok yang bermuara ke dalam vas deferens (Syaifuddin. 2006)
Tubulus
seminiferi mulai berkembang dari sel-sel syncitium pada saat anak laki-laki
berumur 7 tahun, dan perkembangan yang cepet terjadi sampai umur 16 tahun pada
saat testes mencapai ukuran dewasa. Dinding dalam tubulus dilapisi oleh lamina
basalis, di atanya terletak epitelium
germinativum yang merupakan asal pembentukan sperma setelah pubertas.
(Verrals, Sylvia. 2011).
Pada
pemeriksaan mikroskopik kadang-kadang dapat dilihat spermatogonia sebelum anak laki-laki berumur 11 tahun, tetapi
produksi sperma yang mengalami pemasakan sebagian biasanya baru terjadi setelah
anak laki-laki berumur 12 tahun. Produksi sperma yang masak baru terjadi setelah
anak laki-laki berumur 16 tahun. (Verrals, Sylvia. 2011).
Sel-sel
sertilo berkembang pada waktu yang
bersamaan dengan epitelium germinativum dan sel sertilo ini memberi nutrien
(makan) spermatozoa selama perkembangannya didalam testes. Sel-sel interstisial berkembang pada waktu yang
sama, tetapi lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan tubulus seminiferi.
(Verrals, Sylvia. 2011).
Sel-sel
interstisial menghasilkan testosteron dan baru berkembang dengan sempurna pada
waktu anak laki-laki berumur 18 tahun. Testis mempunyai dua fungsi yaitu :
a.
Untuk
memproduksi testosteron, yaitu hormon yang mengendalikan sifat-sifat sekunder
kejantanan
b.
Untuk
memproduksi spermatozoa
Fungsi
testis dapat terganggu oleh adanya orchitis
(radang testes) yang dapat terjadi pada parotitis atau infeksi akut yang
lain. Infeksi tadi dapat menyebabkan kegagalan testis dalam memproduksi
spermatozoa. (Verrals, Sylvia. 2011).
2. Saluran Reproduksi / Sistem Duktus
a.
Epididimis
Epididymis
merupakan pipa halus yang berkelok-kelok, masing-masing panjangnya 6 meter,
yang menghubungkan testis dengan vas deferens. Tubulus tadi mempunyai epitel
bercilia yang melapisi bagian dalam guna membantu spermatozoa bergerak menuju
vas deferens. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perjalanan sperma dari
testis ke luar tubuh melalui sistem saluran. Dalam rangka (proksimal distal)
saluran acessory adalah epididimis, duktus deferens, saluran ejakulasi, dan
uretra. (Verrals, Sylvia. 2011).
Bentuk
epidydimis (epi = samping, didym = testis) adalah sekitar 3,8 cm (1,5 inci).
Kepalanya, berisi ductules eferen, aspek unggul testis. Tubuh dan ekor berada
di daerah posterolateral testis. Sebagian dari epididimis terdiri dari saluran
melingkar dari epididimis dengan panjang sekitar 6 m (20 kaki). Beberapa sel
epitel pseudostraified dari saluran mukosa panjang, nonmotile microvili
(stereocilia). Luas permukaan besar stereocilia ini memungkinkan mereka untuk
menyerap cairan lebih dari testis dan untuk memberi nutrien ke banyak sperma
yang disimpan sementara di dalam lumen. (Verrals, Sylvia. 2011).
Yang
belum dewasa, sperma hampir nonmotile yang meninggalkan daerah testis bergerak
perlahan di sepanjang duktus epididimis melalui cairan yang mengandung sejumlah
protein antimikroba, termasuk beberapa β-defensin. Ketika mereka bergerak
sepanjang tostous nya (perjalanan yang memakan waktu sekitar 20 hari),
kemampuan sperma untuk berenang mulai terlatih (Verrals, Sylvia. 2011).
Sperma
ejakulasi dari epdidymis, bukan dari testis. Ketika seorang pria sedang
terangsang secara seksual dan ejakulasi, otot polos di saluran dari kontrak
epididimis, duktus deferens. Sperma dapat disimpan dalam epididimis selama
beberapa bulan, tetapi jika diadakan lagi, mereka akhirnya phagocytized oleh
sel epithalial dari epididimis. Ini bukan masalah bagi pria, karena sperma yang
dihasilkan terus menerus (Verrals, Sylvia. 2011).
b.
Vas
Deferens
Vas
deferens berbentuk tabung yang masing-masing panjangnya 45 cm, yang mengangkut
spermatozoa dari epididymis ke urethra pars prostatica. Tidak seperti
epididymis, vas deferens tidak mempunyai pelapis epitel bercilia karena sekresi
vesicula seminalis dan prostat merupakan medium untuk membantu pengangkutan
spermatozoa. Spermatozoa disimpan di dalam vas deferens, disini terjadi
pemasakan dan peningkatan motilitasnya (Evelyn C, 2009).
Vas
deferens ini merupakan saluran yang dapat diikat dan dipotong pada saat
vasektomi. Sperma masih diproduksi dan memasuki vas deferens, tetapi sperma
tadi tidak dapat diejakulasikan sehingga mengalami degenerasi (Evelyn C, 2009).
Duktus
deferens (duk'tus def'er-ens, "membawa pergi"), atau vas deferens
sekitar 45 cm (18 inci) panjang. Ini berjalan ke atas sebagai bagian dari korda
spermatika dari epididimis melalui kanalis inguinalis ke dalam rongga panggul.
Mudah teraba saat melewati anterior tulang kemaluan, maka loop medial atas
ureter dan menurun sepanjang dinding kandung kemih posterior. Terminus yang
mengembang dari ampula duktus deferens dan kemudian bergabung dengan duktus
vesikula seminalis (kelenjar) untuk membentuk saluran ejakulasi pendek. Setiap
memasuki saluran ejakulasi prostat, dan ada itu bermuara uretra (Evelyn C, 2009).
Seperti
itu epididimis, mukosa duktus deferens adalah epithalium semu. Namun, lapisan
otot yang sangat tebal dan saluran terasa seperti kawat keras ketika terjepit
di antara jari. Pada saat ejakulasi, lapisan tebal otot polos di dindingnya
menciptakan gelombang peristaltik yang kuat dengan cepat memeras sperma depan
sepanjang saluran dan masuk ke uretra (Evelyn C, 2009).
Bagian
dari ductus deferens terletak pada skrotum. Beberapa pria memilih untuk
mengambil resposibilty penuh untuk pengendalian kelahiran dengan memiliki
vasektomi (memotong vas) dalam operasi ini relatif kecil, dokter membuat
sayatan kecil dalam skrotum dan kemudian memotong dan ligates (ikatan off)
masing-masing duktus deferens. Sperma masih diproduksi, mereka tidak bisa lagi
mencapai bagian luar tubuh. Akhirnya, mereka memburuk dan phagocytized.
Vasektomi adalah sederhana dan memberikan kontrol kelahiran sangat efektif
(hampir 100%). Bagi mereka yang ingin membalikkan prosedur itu, tingkat
keberhasilan sekitar 50% (Evelyn C, 2009).
2. Kelenjar Kelamin Pria
a.
Vesikel
Seminalis
Sepanjang vesikel seminalis, yang
merupakan kantong terkonvusi (berkelok-kelok) yang bermuara ke dalam duktus
ejaculator menghasilkan secret berupa cairan kental dan basa yang kaya akan
fruktosa yang berfungsi untuk melindungi dan memberi nutrisi sperma, yang
meningkatkan pH ejakulat dan mengandung prostaglandin yang menyebabkan gerakn
spermatozoa lebih cepat, sehingga lebih cepat sampi ke tuba fallopi. Setengah
lebih sekresi vesik seminalis dalah semen (Wibowo, 2012).
Cairan seminal adalah cairan tempat berenangnya
spermatozoa. Cairan ini memberi nutrien (makan) kepada spermatozoa dan membantu
motilitas spermatozoa. Setelah berjalan dari vesicula seminalis dan ductus
ejakulatorius ke urethra, disini ditambahkan sekresi prostat dan sekresi dari
glandula bulbourethralis. Akhirnya cairan seminal ini diejakulasikan selama
rangsangan seksual. Sekresi prostat ini
merupakan komponen paling besar dari cairan seminal (Wibowo,
2012).
b.
Kelenjar
Prostat
Prostat
merupakan bangunan yang berbentuk kerucut yang panjangnya 4 cm, lebarnya 3 cm
dan tebalnya 2 cm dengan berat kira-kira 8 gram. Prostat mengelilingi bagian
atas urethra dan terletak dalam hubungan langsung dengan cervix vesicae
urinaria. Prostattersusun atas jaringan kelenjar dan serabut-serabut otot
involunter dan bereda di dalam kapsul fibrosa (Wibowo, 2012).
Prostat adalah kelenjar berbentuk donat tunggal
seukuran lubang persik. Ini mengelilingi tentang uretra hanya kalah dengan
kandung kemih. Tertutup oleh kapsul jaringan conective tebal, terdiri dari
20-30 senyawa kelenjar tubuloalveolar diembed dalam massa (stroma) dari otot
polos dan jaringan ikat padat (Wibowo, 2012).
Jaringan
otot prostat berfungsi untuk membantu dalam ejakulasi. Sekresi prostat
diproduksi secara terus-menerus dan diekskresikan ke dalam urin. Setiap hari
diproduksi kira-kira 1 ml, tetapi jumlahnya tergantung dari kadar testosteron,
karena hormon inilah yang merangsang sekresi tadi. Sekret prostat mempunyai pH
6,6 dan susunannya seperti plasma, tetapi mengandung bahan-bahan tambahan
misalnya kolesterol, asam sitrat dan suatu enzim hialuronidase. Sekret prostat
ditambahkan ke dalam sperma dan cairan seminal pada saat sperma dan cairan
seminal melewati urethra (Wibowo, 2012).
Sekresi
kelenjar prostat memasuki uretra prostat melalui beberapa saluran prostat
ketika kontrak otot polos saat ejakulasi. Hal ini memainkan peran dalam
mengaktifkan sperma dan bertanggung jawab atas sebanyak sepertiga dari volume
air mani. Itu ia seperti susu, cairan sedikit asam yang mengandung sitrat
(sumber nutrisi), beberapa enzim (fibrinolisin, hialuronidase, asam fosfatase),
dan antigen prostatespecific (PSA). Prostat memiliki reputasi sebagai perusak
kesehatan (mungkin tercermin dalam umum salah ucapan "prostat") (Wibowo, 2012).
Prostat
sering membesar pada pria setengah umur atau umur tua, dan pembesaran ini
karena tekanan lain yang disebabkan oleh apa saja pada sphincter urethra atau
urethra itu sendisi, akan menyebabkan retensi urin akut. Keadaan demikian dapat
disembuhkan dengan memasang kateter ke dalam vesica urinaria atau melakukan prostatektomi
pada pasien tertentu (Wibowo, 2012).
c.
Glandula
Bulbourethtalis (Cowper)
Kelenjar bulbouretral (cowper) adalah
sepasang kelenjar yang ukuran dan bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar
ini mensekresi cairan basa yang mengandung mucus kedalam uretra penis untuk
melumasi dan melindungi serta ditambahkan pada semen (spermatozoa+secret) (Wibowo, 2012).
2.2.2
Alat
Reproduksi Luar
1. Skrotum
Adalah kantong longgar yang tersusun
atas kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus dan menopang testis di luar
tubuh yang pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa. Ada otot dartos yaitu
suatu lapisan serat dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk kerutan
pada kulit scrotal sebagai respon terhadap udara dingin atau eksitasi seksual.
Ada dua kantong scrotal, yang setiap scrotal berisis satu testis tunggal yang dipisahkan
oleh septum internal (Verrals,
Sylvia. 2011).
Scrotum adalah bangunan seperti kantongyang tertutup
oleh kulit dan merupakan tempat bergantungnya penis. Scrotum dibagi oleh septum
yang terdiri dari jaringan fibrosa menjadi dua ruangan yang masing-masing
berisi satu testis, satu epididymis, dan bagian permulaan vas deferens. Scrotum
tidak mengandung lemak subkutan, tetapi mengandung jaringan otot yang dapat
mengadakan retraksi (penarikan ke atas) testes dalam usaha untuk melindungi
testes terhadap trauma (Verrals, Sylvia.
2011).
2. Penis
Penis adalah organ yang berfungsi untuk
tempat keluar urine, semen serta sebagian organ kopulasi. Untuk
sebagian besar waktunya, penis tergantung linglai antara kedua paha, tergantung
ke bawah di depan scrotum. Penis memanjang pada ujung distalnya membentuk
bangunan seperti buah jati Belanda, yang disebut glans penis. (Verrals,
sylvia. 2011)
Penis tersusun atas tiga batang seperti spons yang
bersifat erektil dan kaya akan pembuluh darah. batang-batang spongiosa ini
dilapisi oleh selubung jaringan fibrosa yang kuat dan selanjutnya diluarnya
tertutup oleh kulit yang merupakan lanjutan kulit pada scrotum dan selakang
(inguinal). Kulit yang menutupi glans penis melipat ke belakang untuk membentuk
preputium, kecuali pada bayi yang preputiumnya masih melekat pada glans penis.
Lipatan kulit inilah yang dibuang saat operasi sirkumsisi (khitan) (Verrals, Sylvia. 2011).
Penis dilalui oleh sebagian dari urethra yang bekerja
sebagai jalannya sperma maupun untuk ekskresi urin. Suatu otot sphincter kecil
mencegah masuknya sperma ke dalam vesica urinariadan mencegah keluarnya sperma
dan urin secara bersama-sama. Ereksi penis penting apabila hubungan seksual
terjadi, dan hanya terjadi dalam reaksinya terhadap rangsangan seksual.
Otot-otot dasar pelvis (bulbocavernosus dan ischiocavernosus) ikut berperan
pada ereksi, tetapi sebagian besar ereksi ini disebabkan oleh perubahan pada
ketiga jaringan batang spongiosa tadi. Pembuluh-pembuluh darah yang terdapat di
dalam batang spongiosa sangat mengalami dilatasi dan cepat terisi dan
digelembungkan oleh darah apabila terjadi jawaban terhadap rangsangan seksual
yang menyebabkan saraf-saraf autonom memacu dinding-dinding otot polosnya.
Kalau cavernea terisi dengan darah, maka penisakan menjadi keras, berdiri
tegak, dan mengarah ke depan (Verrals,
Sylvia. 2011).
Anak laki-laki sebaiknya diberi penjelasan sebelum
mulainya pubertas bahwa ereksi tadi mungkin terjadi sebagai akibat rangsangan
seksual atau yang lain. Mereka sebaiknya juga diberitahu apabila merekan mulai
menghasilkan sperma, akan terjadi ‘mimpi basah’ (emisio nocturnal) sebagai
akibat dari mimpi erotik. Mereka sebaiknya diyakinkan bahwa keadaan demikian
adalah normal, karena laki-laki remaja memperlihatkan hal yang sama mengenai
fungsi reproduksi mereka seperti halnya menstruasi pada anak perempuan (Verrals, Sylvia. 2011).
a.
Fungsi
Penis
Ada dua cairan yang keluar dari
penis yaitu urin dan semen / air mani. Urin adalah cairan sisa yang dikeluarkan
tubuh dan tersimpan di kandung kemih (bladder). Semen adalah cairan yang berisi
protein dan merupakan nutrisi bagi sperma sekaligus media yang mengantar sperma
keluar dari penis, semen diproduksi di prostat. Sperma adalah sel pria yang
diproduksi di dalam testis yang bertugas membuahi sel telur (Verrals, Sylvia. 2011).
Urin, semen, dan sperma keluar dari
tubuh melalui saluran yang sama, yaitu uretra. Proses keluarnya urin disebut
kencing dan proses keluarnya semen beserta sperma disebut ejakulasi. Saluran
uretra berakhir di ujung kepala penis (meatus), yang menjadi tempat keluarnya
urin, semen, dan sperma. Sehingga secara umum fungsi penis ada dua, yaitu :
1) Urination,
penis berfungsi sebagai tempat keluarnnya air seni dari kandung kemih.
2) Ejakulasi,
penis berfungsi untuk melepaskan semen (air mani) dari kelenjar prostat dan
sperma dari testis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi
penis berkaitan dengan fungsi reprosuksi, seksual dan ereksi (pengeluaran).
Menjalankan fungsi ereksi, penis bertugas mengeluarkan cairan sisa metabolisme
yang tidak dibutuhkan tubuh, fungsi reproduksi untuk menyalurkan sel sperma ke
dalam rahim wanita agar dapat membuahi sel telur wanita (procreation). Dan
fungsi seksual sebagai alat untuk melakukan aktifitas seksual, baik itu bersama
pasangan maupun sendiri (recreation) (Verrals, Sylvia.
2011).
b.
Struktur
Internal Penis
Struktur internal penis terdiri dari
dua ruangan berbentuk jaringan (copora cavernosa) yang berjalan di sepanjang
penis, uretra (tabung untuk mengeluarkan urin dan ejakulasi), jaringan erektil
yang mengalilingi uretra, dua arteri utama, dan beberapa pembuluh darah dan
saraf. Bagian terpanjang dari penis adalah shaft, bagian ujung atas penis
terdapat kepala berbentuk cendawan yang disebut glans penis (Verrals, Sylvia. 2011).
Secara umum penis terdiri atas tuga
bagian utama, yang terbuat dari bahan seperti busa yang dapat terii darah,
yaitu :
1) Dua
buah Corpora Cavernosa di kiri dan kanan atas, kedua Corpora Cavernosa ini
diliputi oleh jaringan ikat yang disebut tunica albuginea, satu lapisan kolagen
yang padat dan di luarnya ada jaringan yang kurang padat yang disebut fascia
buck.
2) Korpus
Spongiosum, yang berada di bawah dua corpora cavernosa dan mengelilingi uretra.
c.
Corpora
Cavernosa
Corpora cavernosa adalah dua ruangan
yang mengisi sebagian besar penis. Ruang – ruang ini terisi jaringan spons yang
mencakup otot, ruang terbuka, pembuluh darah dan arteri. Ereksi terjadi ketika
corpora cavernosa terisi dengan darah dan berkembang.
Ereksi ini mengancangkan pembuluh
darah sehingga darah terjebak dan tidak bisa meninggalkan penis, memungkinkan
penis untuk tetap tegak selama beberapa menit. Setelah ejakulasi terjadi atau
jika gairah seks memudar, proses detumescence terjadi, di mana otak akan
mengurimkan sinyal yang memungkinkan darah meninggalkan penis, akibatnya penis
menjadi lemas kembali (Verrals, Sylvia. 2011).
d.
Selaput
Albugin
Adalah sebuah membran yang mengelilingi corpora
cavernosa. Membran ini berfungsi untuk menjaga darah tetap berada di dalam
penis selama ereksi terjadi (Verrals, Sylvia.
2011).
e.
Uretra
Uretra adalah tabung yang menjadi saluran tempat urin
keluar. Proses ejakulasi juga melalui uretra. Letaknya menyusun batang penis di
bawah corpora cavernosa dan melebar pada ujung uretra yang disebut meatus.
Meatus terletak di glans (kepala penis) (Verrals, Sylvia. 2011).
f.
Corpus
Spongiosum
Corpus spongiosum adalah salah satu bagian anatomi penis
ruang yang engelilingi uretra. Ruangan ini menjadi penuh dengan darah selama
ereksi (Verrals, Sylvia. 2011).
g.
Glans
(kepala penis)
Kepala penis berbentuk seperti kerucut. Kepala penis
sangat sensitif dan biasanya tertutup oleh kulup kecuali pada penis yang
ereksi. Kepala penis memiliki beberapa fungsi yaitu meningkatkan peluang untuk
pembuahan telur, menciptakan gesekan saat berhubungan seks, dan bertindak
sebagai penumbuk atau penekan di dalam vagina selama hubungan seksual (Verrals, Sylvia. 2011).
h.
Kulup
Kulup adalah selubung kulit yang dapat terbuka di bagian
atas. Saat bayi, kulup sangat ketat dan biasanya tidak bisa ditarik. Kulup akan
mengandur setelah usia bayi bertambah. Saat ereksi, kulup penis akan tertarik
sepenuhnya sehingga menampakkan kepala penis secara polos. Kulit kepala penis
sangat sensitif, dan fungsi dari kulup adalah untuk melindunginya (Verrals, Sylvia. 2011).
i.
Frenulum
Organ anatomi ini adalah salah satu area yang sangat
sensitif pada penis, lokasinya terletak di bagian bawah glans (kepala penis) (Verrals, Sylvia. 2011).
j.
Smegma
Yaitu cairan pelumas alami yang dikeluarkan untuk
membuat penis tetap lembab. Smegma ditemukan di bawah kulup penis (Verrals, Sylvia. 2011).
k.
Mekanisme
Ereksi Penis
Ereksi adalah salah suatu fungsi vascular korpus
kavernosum di bawah pengendalian sistem saraf otak. Jika penis lunak maka
stimulus simpatis terhadap arterial penis menyebabkan kontriksi sebagian organ
ini, sehingga aliran darah melalui penis tetap hanya sedikit. Saaat stimulasi
mental atau seksual, stimulasi parasimpatis menyebabkan vasodilatasi rterial
yang memasuki penis sehingga lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan
yang dapat di drainase vena. Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena
berisi darah dan menekan vena yang dikelilingi tunika albugiena nondistensi.
Setelah ejakulasi, impuls simpatis menyebebkan terjadinya vasokontriksi arteri
dan darah akan mengalir ke vena untuk di bawah menjauhi korpus. Penis mengalami
detumesensi atau kembali ke kondisi lunak (Marieb.2011)
l.
Ejakulasi
Adalah saat pengeluaran sperma yang
merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki. Semen diejakulasi
melalui serangkaian semprotan. Impuls simpatis dari pusat reflek medulla
spinalis menjalar dsepanjang syaraf spinal lumbal (L1 dan L2) menuju organ
genital dan menyebakan kontriksi peristaltic dalam duktus testis,epididimis dan
duktus deferen. Kontraksi ini menggerakkan sperma di sepanjang saluran. Impuls
parasimpatis menjalar pada saraf pudendal dan menyebabkan otot bulbokavernosum
pada dasar penis berkontraksi secara berirama (Marieb.2011)
Kontraksi yang stimulant pada vesika
seminalis, prostate dan kelenjar bulbouretral menyebabkan terjadinya sekresi
cairan seminal yang bercampuran dengan sperma untuk membentuk semen (Marieb.2011)
m.
Kuantitas
dan komposisi semen
Volume ejakulasi berkisar antara I ml
sampai 10 ml dan rata-rata 3 ml. semen terdiri dari 90% air dan mengandung
50-120 juta sperma per ml. volume sperma mencapai 5% volume semen (Marieb.2011)
Bagian pertama ejakulasi mengandung
spermatozoa cairan epididimal, dan sekresi kelenjar prostate dan bulbouretral.
Bagian terakhir ejakulasi berisi sekresi dari vesikal seminalis (Marieb.2011)
Setelah ejakulasi, spermatozoa bertahan
hidup hanya 24 sampai 72 jam dalam reproduksi perempuan. Sperma dapat disimpan
beberapa hari pada suhu rendah atau dibekukan jika akan disimpan lebih dari 1
tahun. Spermatozoa bergerak dengan ekornya 1-4 mm/mt. (Marieb.2011)
2.3
Maturasi
Seksual Pria
Struktur
sperma terdiri dari kepala, bagian tengah (badan) dan ekor (flagella).
Pada bagian kepala terdapat inti sel dan akrosom yang dibentuk
dari kompleks golgi, akrosom menghasilkan enzim yang berfungsi
membantu sperma menembus sel telur. Pada bagian tengah terdapat
mitokondria tempat berlangsungnya oksidasi sel untuk membentuk energy
yang digunakan oleh sperma sehingga sperma dapat bergerak aktif. (Wibowo. 2012)
Spermatogenesis
yang sempurna dicapai pada sebagian besar laki-laki pada umur 16 tahun, dan
kemudian berlangsung terus selama hidup. Spermatogenesis tidak terjadi secara
serentak pada semua tubulus semiferi atau bahkan tidak serentak pada setiap
bagian tubulus yang sama. Daur ini mulai pada lamina basalis epithelium
germinativum dalam jawabannya terhadap hormon pemacu folikel (FSH). Pada saat
spermatozoa berkembang, maka spermatozoa ini akan mendekati lumen tubulus.
Pemasakan spermatozoa memerlukan waktu kira-kira 10 hari. (Wibowo. 2012)
Spermatogonia
merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis paling tidak satu kali. Setelah reproduksi, spermatogonia ini
diberi nutrien (makan) oleh sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit
primer.
(Wibowo. 2012)
Spermatosit
primer mengandung kromosom dengan jumlah diploid pada inti selnya dan mengalami
meiosis 9pembelahan reduksi dan pertukaran bahan genetik). Satu spermatosit
akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder. (Wibowo. 2012)
Sel-sel
spermatosit sekunder yang haploid ini sekarang mengalami pembelahan meiosis
kedua untuk menyusun kembali bahan genetik. Pengaruh hormon luteinisasi (LH)
diperlukan untuk perkembangan stadium berikutnya. (Wibowo. 2012)
Sel sperma yang berfungsi dalam reproduksi, harus
mengalami perkembangan dan pembelahan. Proses pembelahan tersebut terjadi
secara mitosis dan meiosis. Sebagai alat reproduksi, sel sperma harus haploid
sehingga setelah pembuahan, akan tetap dihasilkan individu yang diploid. Begitu
juga halnya dengan pembentukan sel telur yang haploid. Pembelahan mitosis hanya
terjadi pada spermatogonia untuk memperbanyak bakal sel sperma menjadi
spermatosit primer. Mulai dari spermatosit, terjadi pembelahan secara meiosis
yang pertama dan menghasilkan sel anak haploid yang disebut spermatosit sekunder. Selanjutnya
terjadi pembelahann meiosis yang kedua dan menghasilkan sel spermatid. Setelah mengalami pematangan, sel spermatid akan
menjadi sel sperma. (Wibowo. 2012).
2.3.1
Langkah –
langkah Spermatogenesis
Tubulus seminiferus, mengandung banyak sel
epitel germinativum yang berukuran kecil sampai sedang yang dinamakan
spermatogonia, yang terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang pinggir
luar epitel tubulus. Sel-sel ini terus mengalami proliferasi untuk melengkapi
mereka kembali, dan sebagian dari mereka berdiferensiasi melalui
stadium-stadium definitive perkembangan untuk membentuk sperma (Marieb, 2011).
Stadium pertama spermatogenesis adalah
pertumbuhan beberapa spermatogonia menjadi sel yang sangat besar yang dinamakan
spermatosit. Kemudian spermatosis membelah dengan proses meiosis membentuk dua
spermatosit, masing-masing mengandung 23 kromosom. Spermatid tidak membelah
lagi tetapi menjadi matur selama beberapa minggu untuk menjadi spermatozoa (Marieb, 2011).
2.3.2
Kromosom
Seks
Pada setiap
spermatogonium, salah satu dari 23 pasang kromosom membawa informasi genetic
yang menentukan seks dari turunan akhir. Pasangan ini terdiri dari satu
kromosom “X”, yang dinamakan kromosom wanita dan satu kromosom “Y”, kromosom
pria. Selama pembelahan mitosis, kromosom penentu seks dibagi diantara
spermatid sehingga separoh sperma menjadi sperma pria yang mengandung kromosom “Y”
dan setengah lainnya sperma wanita yang mengandung kromosom “X”. Kelamin dari
keturunan ditentukan oleh jenis sperma mana yang mengadakan fertilisasi pada
ovum (Marieb, 2011).
2.3.3
Pembentukan
Sperma
Bila spermatid pertama kali dibentuk, mereka
masih mempunyai sifat umum sel epiteloid, tetapi segera sebagian besar
sitoplasmanya menghilang, dan setiap spermatid mulai memanjang menjadi
spermatozoa, terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Untuk membentuk
kepala, zat inti memadat menjadi suatu massa yang padat, dan membrane sel
berkontraksi sekitar inti. Ini adalah zat inti yang melakukan fertilisasi ovum (Marieb, 2011).
Di depan kepala sperma terdapat struktur kecil
yang dinamakan akrosom, yang dibentuk dari aparatus golgi serta mengandung
hialuronidase dan protease yang memegang peranan penting untuk masuknya sperma
ke dalam ovum. Sentriol mengelompok pada leher sperma dan mitokondria tersusun
berbentuk spiral dalam badan. Yang menonjol ke luar tubuh adalah ekor panjang,
yang merupakan pertumbuhan keluar dari salah satu sentriol. Ekor hampir
mempunyai struktur yang hampir sama seperti silia. Ekor mengandung dua pasang
mikrotubulus yang turun ke tengah dan sembilan mikrotubulus ganda yang tersusun
sekitar pinggir. Ekor diliputi oleh perluasan membrane sel, dan mengandung
banyak adenosine trifosfat, yang niscaya memberi energi pergerakan ekor. Pada
pengeluaran sperma dari saluran genitalis pria ke dalam saluran genitalis
wanita, ekor mulai bergerak bolak-balik dan bergerak spiral pada ujungnya,
memberikan pendorongan yang menyerupai ular yang menggerakkan sperma ke depan
dengan kecepatan maksimum sekitar 20 sentimeter per jam (Marieb, 2011).
2.4
Hormon
Pada Sistem Reproduksi Pria
Menurut
Syaifuddin (2006), hormon-hormon yang terdapat pada sistem reproduksi pria,
yaitu :
1. FSH
Yaitu
hormone yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Hormone FSH ini berfungsi
dalam proses pembentukan dan pematangan spermatozoa yang dikenal sebagai
spermatogenesis.
FSH juga
disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi
sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatoid menjadi sperma
(spermiasi) tidak akan terjadi
2. LH
LH
(Luteinizing Hormone) disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi
menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testosterone.
3. Testosteron
Testosteron
disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat diantara tubulus seminiferus.
Hormone ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk
sperma, terutama meiosis untuk membentuk spermatogenesis sekunder.
Dihasilkan
oleh sel intertisial yang terletak antara tubulus seminiferus. Sel ini
berjumlah sedikit pada bayi dan anak, tetapi banyak terdapat pada pria dewasa.
Setelah pubertas, sel intertisial banyak menghasilkan hormone testosterone yang
disekresikan oleh testis. Sebagian besar testosterone berikatan longgar dengan
protein plasma yang terdapat dalam darah dan sebagian terikat paa jaringan yang
dibuahi dalam sel menjadi dehidrasi testosterone. Testosteron yang tidak
terikat pada jaringan dengan cepat diubah oleh hati menjadi aldosteron dan
dehidroepialdosteron. Konjugasi ini disekresikan dalam usus menjadi empedu ke
dalam urin.
Fungsi
testosterone adalah sebagai berikut :
a.
Efek
desensus (penempatan) testis. Hal ini menunjukkan bahwa testosterone merupakan
hal yang penting untuk perkembangan seks pria selama kehidupan manusia dan
merupakan factor keturunan.
b.
Perkembangan
seks primer dan sekunder :
Sekresi testosterone setelah
pubertas menyebabkan penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun
serta mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa
pubertas.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reproduksi
adalah suatu proses transmisi genetic ke generasi berikutnya, pada proses ini akan
diturunkan sifat-sifat dari suatu spesies baik sifat khusus maupun sifat
individual dari suatu spesies.
1. Alat reproduksi dalam pada laki-laki terdiri dari
testis dan Saluran Reproduksi / Sistem Duktus dan kelenjar
kelamin. Saluran reproduksi terdiri dari epididimis, vas deferens sedangkan
pada kelenjar kelamis terdiri dari vesikel seminalis, kelenjar prostat dan
Glandula Bulbourethtalis (Cowper)
2. Alar reproduksi luar pada laki-laki terdiri dari
skrotum dan penis.
3.
Langkah-langkah spermatogenesis :
Tubulus seminiferus,
mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran kecil sampai sedang
yang dinamakan spermatogonia, yang terletak dalam dua sampai tiga lapisan
sepanjang pinggir luar epitel tubulus. Sel-sel ini terus mengalami proliferasi
untuk melengkapi mereka kembali, dan sebagian dari mereka berdiferensiasi
melalui stadium-stadium definitive perkembangan untuk membentuk sperma.
Stadium pertama spermatogenesis adalah pertumbuhan
beberapa spermatogonia menjadi sel yang sangat besar yang dinamakan
spermatosit. Kemudian spermatosis membelah dengan proses meiosis membentuk dua
spermatosit, masing-masing mengandung 23 kromosom. Spermatid tidak membelah
lagi tetapi menjadi matur selama beberapa minggu untuk menjadi spermatozoa.
Hormon
yang terdapat pada system reproduksi pria adalah FSH untuk menstimulir
spematogenesis, LH untuk menstimulir Sel
Interstitiil Leydig untuk memproduksi Testosteron, dan testosteron bertanggung
jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama organ seks sekundernya.
DAFTAR
PUSTAKA
J, Schust, Heffner, J, Linda, dan J, Danny. 2009. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi 2. Jakarta : EGC.
Marieb,
Elaine N dan Katja Ttoen. 2011. Anatomy
and Physiologi. San Fransisco: Pearson
Pearce,
Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi
untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Setiadi. 2004. Fisiologi Manusia Untuk Perawat. Surabaya : Akper Hang Tuah
Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa
keperawatan. Jakarta: EGC
Verrals,
Sylvia. 2011. Anatomi Fisiologi
Terapan dalam Kebidanan. Jakarta: EGC
Wibowo, S, Daniel. 2012. Anatomi
Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.
0 komentar:
Posting Komentar